Ilustrasi/Net
Ilustrasi/Net
KOMENTAR

NAMANYA manusia, diciptakan Allah dengan berbagai karakter. Ada yang begitu merindukan surga dan selalu beramal saleh agar berjumpa dengan Sang Khalik, tetapi ada pula yang takut akan kematian namun selalu marah tatkala disinggung tentang persiapannya menyambut maut.

Dengan tegas Allah mengatakan, satu-satunya jalan mencapai surga-Nya adalah dengan kematian yang indah. Tugas manusia kemudian adalah bagaimana mencapai kematian yang indah itu.

Dikaitkan dengan momentum Ramadan, boleh jadi inilah Ramadan terakhir kita di dunia. Lalu, apa yang perlu kita perbuat?

Merindukan Kematian

Kematian adalah hal yang paling pasti di dunia ini. Ke manapun bersembunyi, maut pasti akan datang. Menjadi sia-sia dipeliharanya rasa takut, karena sejatinya kita mesti mempersiapkan diri dengan sempurna.

Islam punya sejarah-sejarah epik mengagumkan, tentang keberanian menghadapi kematian. Jumlah mujahid Islam hanya sedikit, senjatanya juga minim, tapi mereka mampu menghancurkan pasukan kafir yang berjumlah sangat besar dan bersenjata canggih.

Menjadi pertanyaan besar, yang kemudian jawabannya hanya satu, yaitu pasukan Islam berperang karena mengejar kematian. Mereka rindu akan itu, sedangkan musuh berperang dalam keadaan takut mati dan selalu kalah dari laskar beriman. 

Ya, jika kita merindukan kematian yang indah, maka kita akan menjadi pemenang dunia akhirat. 

Salah satu kalimat nasihat mengingatkan, berusahalah untuk kebahagiaan akhiratmu seolah-olah kamu akan mati esok hari. Dengan banyak mengingat kematian, maka orang akan tahu diri. Mereka tak akan berani melanggar hukum-hukum Allah. Mereka tak akan bernyali menyakiti manusia dan makhluk lainnya. Mereka pun lebih setia di jalan lurus yang diridhai Allah. 

Itu pula mengapa umat Islam dianjurkan untuk bersegera melayat ke tempat-tempat kematian, karena maut adalah nasihat yang terbaik. Sikap sombong, jahat, iri, dengki dan sifat-sifat buruk lainnya akan sirna, berganti dengan sifat tahu diri; ternyata kita hanyalah makhluk lemah yang akan kembali pada Allah. 

Bukan hanya kembali, tapi di akhirat kelak kita akan dihadapkan dengan pengadilan yang paling adil. Di sana tidak ada lagi manipulasi atau rekayasa hukum, segala amalan baik atau buruk akan mendapat ganjaran pasti; surga atau neraka. 

Kualitas iman seorang muslim akan terlihat melalui keyakinannya terhadap ajal. Orang yang lemah iman akan khawatir, bahkan takut dengan kematian. Sedangkan muslim yang kuat imannya justru merindukan kematian, sebab ia telah membekali dirinya dengan pahala dari amal saleh dan menghapus dosa-dosanya melalui tobat. Dia pantas rindu dengan kematian, karena kematian yang akan menjadi gerbang indah baginya menuju surga dan Tuhannya. 

Tetapi perlu diingat, merindukan kematian tidaklah sama dengan mencari-cari cara supaya cepat mati, melainkan ikhlas dengan takdir maut yang digariskan Allah sembari mempersiapkan bekal amal saleh. 

Ramadan Terakhir 

Jika ini Ramadan terakhir, maka bayangkanlah bulan terindah ini lenyap dari pelukan. Tidak ada lagi romantika sahur, habis sudah nikmatnya menahan haus lapar, tamat kesempatan agung salat Tarawih atau Witir, dan peluang-peluang emas menambang pahala lenyap pula.

Maka, persiapkanlah perbekalan! Dan sebaik-baik bekal adalah takwa. 

Pada surat Al-Baqarah ayat 183 disebutkan, sasaran akhir dan utama dari puasa ialah insan yang bertakwa. Ramadan memberi kita perbekalan untuk kehidupan dan juga kematian. Kita tidak akan pernah menyesali Ramadan ini sekiranya menjadi yang terakhir, sebab selama bulan suci kita telah mengisinya dengan amalan saleh dalam bingkai semangat mempersiapkan bekal takwa guna menyongsong kematian terindah. 

Nabi Muhammad Saw bersabda, ”Sesungguhnya di dalam surga ada sebuah pintu yang disebut Ar-Rayyan. Pada hari kiamat, orang-orang yang puasa masuk ke surga dari pintu itu. Tidak seorang pun masuk dari pintu itu selain mereka. (Mereka) dipanggil, ’Mana orang yang puasa?’ Lalu mereka berdiri. Tidak seorang pun masuk dari pintu itu selain mereka. Setelah mereka itu masuk, pintu segera dikunci, maka tidak seorang pun lagi yang dapat masuk.” (dikutip dari kitab Shahih Bukhariy)

Sekiranya ini Ramadan terakhir dan kita telah mengisinya dengan puasa yang sebenar-benarnya, maka kita bolehlah berbahagia menyambut kematian. Sebab kita akan memperoleh pintu istimewa dalam memasuki surga. Berdasarkan hadist ini pula, orang-orang saleh berhak mengharapkan ajalnya ditakdirkan tiba di bulan penuh rahmat ini. Wajar pula, sebagian pendapat meyakini wafat di bulan Ramadan termasuk kematian yang indah. 

Allah Swt  berhak menjadikan ini Ramadan terakhir kita dan tak satupun yang mampu mencampurinya. Maka, manfaatkanlah kesempatan yang tersisa untuk bertobat. Inilah saatnya memohon ampunan atas segala dosa-dosa yang terus bertumpuk. Ramadan bulan maghfirah, bulan ampunan di mana kesempatan itu terbuka sangat lebar. 

Apalagi yang kita harapkan dari kehidupan yang singkat ini selain ampunan Allah.

Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, maka ampunilah dosa-dosa kami ini. Masukkanlah kami ke dalam surgamu, dari gerbang yang disediakan khusus bagi orang-orang yang mencintai puasa. Amin.




Menjadi Korban Cinta yang Salah

Sebelumnya

Ana Khairun Minhu

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur