KOMENTAR

SEJUMLAH bangunan ikonik di Turki hancur akibat gempa berkekuatan 7,8 magnitudo yang terjadi di Turki dan Suriah pada 6 Februari lalu. Salah satunya adalah Masjid Habib-I Nejjar yang merupakan masjid tertua di Turki, seperti dilansir Euronews.

Bangunan masjid yang sebelumnya berdiri megah telah hancur akibat guncangan gempa. Hampir semua bangunan rata dengan tanah. Dinding dan kubah masjid hancur.

Euronews menyebutkan bahwa umat Islam di Turki merasakan kehilangan mendalam karena luluh lantaknya masjid ini. Betapa tidak, umat Islam Turki terbiasa melaksanakan salat di Masjid Habib-I Nejjar pada malam Lailatul Qadr.

Masjid Habib-I Nejjar memiliki tempat istimewa di hati kaum Muslimin, tak hanya di Turki tapi juga di seluruh penjuru dunia. Seperti diketahui, masjid ini dikunjungi oleh umat Muslim sebelum mereka berziarah ke kota Mekah.

Masjid ini berada di Antakya, Provinsi Hatay yang menderita kerusakan parah terdampak gempa. Britannica menulis bahawa Antakya (Antiokhia) adalah sebuah kota kuno di Turki yang diprediksi sudah berdiri sejak 300 tahun sebelum Masehi, tepatnya di era pemerintahan Alexander Agung.

Masjid Habib-I Nejjar sebelum gempa

Ada tiga informasi terkait sejarah Masjid Habib-I Nejjar ini.

Satu sumber menyatakan bahwa masjid tertua di Turki itu dibangun pada abad ke-7.

Sumber lain, seperti dikutip dari English News menyatakan bahwa bangunan ini awalnya adalah gereja, lalu difungsikan sebagai masjid pada tahun 638 Masehi setelah umat Islam merebut kota tersebut. Masjid inilah yang menjadi masjid pertama di perbatasan Turki.

Adapun sumber ketiga menyatakan bahwa Masjid Habib-I Nejjar telah berdiri tegak di bawah enam kekuasaan yang berbeda. Mulai dari Khulafaur Rasyidin (637 M), Kekaisaran Bizantium (969 M), Dinasti Turki Seljuk (1084 M), juga Perang Salib (1098 M). Barulah kemudian di masa pemerintahanvSultan Baibars dari Kesultanan Mamluk (1268 M), bangunan itu dialihfungsikan sebagai rumah ibadah umat Islam.

Dikutip dari Reuters, jumlah korban jiwa mencapai 45.000 orang per Sabtu (18/2/2023). Angka itu diperkirakan masih akan terus bertambah mengingat masih banyak reruntuhan yang belum tersentuh.




Bali Tawarkan Pariwisata Baru Kolaborasi Seni, Budaya, dan Inovasi

Sebelumnya

Festival Balon Udara 2024 di Wonosobo, Suguhkan Langit Cappadocia Khas Indonesia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Horizon