Ilustrasi Ummu Jamil/Net
Ilustrasi Ummu Jamil/Net
KOMENTAR

ABU Lahab sudah demikian termasyhur dengan kejahatannya terhadap Nabi Muhammad. Malangnya lagi, lelaki itu tidak memiliki istri yang baik, yang diharapkan dapat menjadi penyeimbang. Ummu Jamil malah terpengaruh keburukan suami, bahkan wanita itu tidak kalah ganas menyakiti Rasulullah.

Begitu buruknya perangai Ummu Jamil, sampai-sampai Al-Qur’an membuat suatu perumpamaan. Surat al-Lahab ayat 4-5, yang artinya: “(begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar (penyebar fitnah). Di lehernya ada tali dari sabut yang dipintal.”

Ayat-ayat ini turun justru ketika Ummu Jamil masih hidup. Mestinya, dia memperoleh petunjuk supaya memahami langkah keliru dirinya. Jika tidak bisa mengubah perangai buruk Abu Lahab, setidaknya dia mampu memperbaiki dirinya sendiri terlebih dulu.

Apa mau dikata, Ummu Jamil malah makin tersesat di jalan kegelapan. Dia justru kian membenci Rasulullah dan makin terhanyut dalam konspirasi jahat suaminya. Sungguh disayangkan!

Maulana Muhammad Ali pada kitab Al-Qur'an Terjemah dan Tafsir Juz XXX (2017: 884) menerangkan: Nyala yang ditimbulkan dari api kehidupan Abu Lahab, menjilat istrinya, sehingga istrinya pun ikut mengambil bagian dalam melawan Nabi suci.

Ikut sertanya istri Abu Lahab dalam melawan Nabi suci digambarkan di sini sebagai hammalatal hathab, yang biasa diterjemahkan pembawa kayu bakar. Para mufasir mengira bahwa yang diisyaratkan di sini ialah semak-semak berduri yang ia angkut dari hutan dan diserakkan di jalan yang dilalui Nabi suci. Tetapi kata hammalatal hathab berarti pembawa fitnah, karena istri Abu Lahab biasa menyiarkan berita yang tidak benar tentang Nabi.

Para ahli kamus juga memberi keterangan serupa; mereka menerangkan bahwa kata hathab berarti kayu bakar dan berarti pula fitnah atau umpatan; yahmilul-hathab artinya ia pergi ke sana ke sini dengan menyebar fitnah atau umpatan.

Qatadah juga memberi penjelasan serupa. Beliau menambahkan, istri Abu Lahab biasa menyiarkan berita yang tidak benar mengenai Nabi.

Istri Abu Lahab adalah wanita kaya yang memiliki kalung berlian. Boleh jadi bahwa yang dimaksud tali yang dipintal ialah kalung berlian itu, karena kalung berlian tidak ada harganya dalam penglihatan Allah, seperti juga tali.

Bagi Allah, yang dilihat itu bukan perhiasan lahir, melainkan perhiasan batin. Oleh karena istri Abu Lahab itu pembawa fitnah dan umpatan, maka akhlaknya adalah serendah wanita yang memakai jerat atau serabut pohon palem di lehernya.

Ada dua hal yang dilekatkan oleh Al-Qur’an terhadap sosok Ummu Jamil, pertama, hammalatal hathab berarti pembawa kayu bakar. Tentunya, wanita sekaya Ummu Jamil tidak perlu repot-repot memanggul kayu bakar.

Kedua, hablun min masad berarti tali sabut. Maksudnya, suatu gambaran hinanya Ummu Jamil, hingga yang dibanggakannya tak lebih hanyalah tali sabut yang dikalungkan di leher. Kalung mewah yang dipamer-pamerkannya tidaklah mengangkat harkat martabat dirinya. Sebab, perhiasan terbaik itu terletak pada mulianya pekerti.

Muhammad Sulaiman Abdullah Al-Asyqar dalam Tafsir Juz Amma (2008: 11) menguraikan: Istrinya juga memasuki api yang bergejolak. Ia adalah Ummu Jamil binti Harb, saudara perempuan Abu Sufyan. Wanita ini biasa membawa kayu dari duri untuk dia letakkan di jalanan yang biasa dilalui Nabi saw.

Al-Masad berarti sabut yang biasa dijadikan sebagai bahan tali. Wanita ini memiliki kalung yang mewah dari permata. Dia berkata, “Demi Latta dan Uzza, akan aku sumbangkan kalung ini untuk memusuhi Muhammad.” Maka kalung itu akan menjadi azab di tubuhnya pada hari kiamat kelak.

Tidak ada yang perlu dibanggakan dari kemewahan perhiasannya, sebab itulah yang menjatuhkan nasib Ummu Jamil ke jurang kehinaan. Dia sudah mencoba mengandalkan kekayaannya untuk membujuk orang-orang memusuhi Nabi Muhammad.

Sia-sia saja bujukannya dengan janji-janji manis terkait kalung mewah tersebut, karena yang diperolehnya balasan kehinaan di akhirat, berupa tali sabut yang dikalungkan di lehernya.

Di muka bumi ini saja tidak ada orang yang sudi berkalungkan tali sabut, entah bagaimana hinanya Ummu Jamil mengenakan kalung buruk tersebut di akhirat nan abadi.




Assalamualaikum dan Semangat Mulia yang Menaunginya

Sebelumnya

Tafsir Keadilan Gender di Antara Mukmin Perempuan dan Mukmin Laki-laki

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tafsir