KOMENTAR

MAHA Besar Allah yang telah menciptakan unta!

Puji dan syukur kehadirat Allah Swt. memang sangat penting didahulukan demi memulai pembahasan ini. Tidak ada satu pun kesia-siaan dari apa yang diciptakan Allah Swt., karena segalanya memberikan faedah yang terkadang luput dari pengamatan insan.

Bahkan, dalam Al-Qur’an pun terdapat ayat yang mendorong umat manusia memahami makhluk Tuhan yang menarik ini, surat al-Ghasiyyah ayat 17, yang artinya, “Tidakkah mereka memperhatikan unta, bagaimana ia diciptakan?”

Di tengah kepungan tandus kerontangnya padang pasir, Tuhan menciptakan unta yang luar biasa manfaatnya, bukan saja menjadi transportasi yang tangguh di gurun panas, unta juga menyumbangkan segenap manfaat dari setiap inci tubuhnya.

Bayangkan, betapa dashyatnya manfaat unta; dagingnya bisa dimakan, kulitnya yang tebal dapat dijadikan kemah nan kokoh, tinjanya menjadi pupuk unggulan, urinenya bahan pengobatan dan lain-lain.

Singkat kata, tidak ada secuil pun kesia-siaan pada tubuh unta, karenanya hewan ini benar-benar anugerah Ilahi bagi kehidupan keras di padang pasir.

Nah, apabila di antara kita ada yang mendengar heboh-heboh perihal urine unta dijadikan obat, sebaiknya jangan bersikap antipati dahulu. Urine memang dipandang sebagai kotoran, tetapi demi pengobatan urine unta ternyata sudah dimanfaatkan sejak berabad-abad yang lampau.

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam buku Ath-Tibbu An-Nabawi (2020: 64-65) menguraikan secara detail:

Dalam Shahih Bukhari Muslim diriwayatkan bahwa Anas bin Malik berkata, “Beberapa orang dari suku Ukal dan Urainah datang ke Madinah dan mengeluh bahwa mereka terjangkit penyakit istisqa. Mereka memperlihatkan rasa tidak suka kepada Nabi yang menyuruh mereka mendatangi sekelompok unta zakat untuk minum susu dan urine unta-unta itu (sebagai obat). Mereka pun menuruti perintah Rasulullah. Setelah mereka sembuh, mereka malah membunuh gembala dan mengusir unta-unta tesebut, menentang Allah dan Rasul-Nya. Kemudian Rasulullah mengirim beberapa orang untuk mengejar dan menangkap mereka.”

Bukti bahwa penyakit itu istisqa berasal dari Imam Muslim yang meriwayatkan dalam kitab Shahih-nya dari hadis yang sama di atas bahwa orang-orang Badui berkata, “Cuaca Madinah tidak cocok bagi kami, perut kami menggembung dan organ-organ kami gemetar... (dan seterusnya).”

Jawa adalah penyakit perut, sedangkan istisqa adalah penyakit fisik yang terjadi ketika hawa dingin yang membahayakan menembus organ-organ tubuh, kecuali organ pencernaan, sehingga organ-organ itu membengkak.

Ada tiga bentuk istisqa:
1. Dalam jaringan tubuh, ini yang paling akut;
2. Dalam rongga tubuh;
3. Busung.

Karena obat yang dibutuhkan bagi penyakit ini meliputi obat pencahar atau laksatif ringan dan obat pelancar buang air kecil atau diuretik yang membantu membersihkan tubuh dari cairan, sedangkan diuretik terkandung di dalam susu dan urine unta, maka Rasulullah memerintahkan orang-orang Ukal dan Urainah minum susu dan urine unta.

Kisah ini mengandung bukti yang mendorong penggunaan obat-obatan dan menunjukkan kesucian urine unta. Hadis tersebut juga mengindikasikan kesucian susu hewan yang halal dimakan oleh kaum muslimin.

Alangkah terperincinya penjelasan Ibnu Qayyim Al-Jauziyah perihal urine unta sebagai bahan pengobatan; mulai dari dalil hadis Nabi Muhammad saw., tradisi pengobatan yang telah berlangsung sekian lama serta analisa ilmiah medis sebagai bahan pendukung.    

Ternyata perkembangan dalam pemanfaatan urine unta telah berkembang lebih pesat, yang barangkali disebabkan kita yang lagi hidup di negeri Khatulistiwa sehingga tidak begitu akrab dengan perkembangan unta.

Faiqotul Mala dalam buku Otoritas Hadis-Hadis `Bermasalah` dalam Shahih Al-Bukhari (2015: 254) menerangkan:

Sejarah penggunaan air urine sebagai obat telah dimulai sejak berabad-abad yang lalu, dan kini penggunaan urine unta sudah menyebar ke beberapa negara. Misalnya, di Yaman urine unta digunaan sebagai obat luka atau luka bakar, bahkan mereka mengeringkan urine unta tersebut kemudian meremasnya sehingga berbentuk butiran.

Di Kuwait urine unta digunakan untuk mengobati leukemia dan penyakit kanker. Sementara bagi masyarakat Sudan, lebih dari 75% urine unta dapat mengobati penyakit dalam, 50% dapat mengobati busung air, 32% dapat mengobati malaria, 30% dapat digunakan sebagai antikuman atau antibakteri, 20% dapat mengobati sakit gigi dan gusi, dan 30% dapat digunakan sebagai sampo untuk merawat rambut.

Penjelasan di atas terlihat kemudahan yang diberikan agama, di mana urine unta suatu pengkhususan, dapat dimanfaatkan dalam kondisi darurat, yakni upaya mendapatkan kesembuhan.

Sungguh menarik apa yang disampaikan oleh hadis di atas dan sampai di masa-masa mendatang pun pihak medis akan terus tertantang menyingkap rahasia di balik khasiat urine unta.

Memang tidak satu jalan menuju kesembuhan, sekiranya kita tidak meyakini suatu cara maka boleh meninggalkannya lalu menjatuhkan pada pilihan berbeda, tetapi bukan pula menyalahkan sesuatu yang sudah diperbolehkan agama. Karena Islam mengedepankan keselamatan umat manusia, dan membuka pintu-pintu keringanan demi mengembalikan kesehatannya.

Dengan demikian, kita dapatlah menghargai pihak-pihak yang menjadikan urine unta sebagai bahan pengobatan. Dan sekiranya di antara kita ada yang berminat hendak mencoba, sebaiknya berkonsultasilah terlebih dahulu dengan ahlinya yang berkompeten.
 




Ternyata Siomay Bisa Saja Haram

Sebelumnya

Parsel: Halal atau Haram?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Halal Haram