Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

PERNAHKAH Anda membayangkan apa yang akan suami Anda lakukan ketika beliau sedang ada tamu dan kita membanting piring di depan tamu-tamu beliau karena kesal dengan seseorang?

Mungkin suami kita akan langsung membentak  atau memarahi kita seketika itu juga, karena malu terhadap tamu-tamunya.

Namun tidak demikian dengan Rasulullah Shallalahu wa ‘alaihi wassalam. Beliau tetap sabar menghadapi kemarahan Aisyah.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dahulu pernah berada di sebagian istrinya (yaitu ‘Aisyah). Salah satu istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (Ummahatul Mukminin yaitu Zainab binti Jahsy) mengutus pembantunya untuk mengantarkan piring berisi makanan. Lantas ketika itu ‘Aisyah memukul piring tersebut. Piring tersebut akhirnya pecah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas mengumpulkan bagian yang pecah tersebut. Kemudian beliau meletakkan makanan di atasnya, lalu beliau perintahkan, “Ayo makanlah kalian.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menahan piring tersebut hingga selesai. Piring yang bagus diserahkan beliau, lantas piring yang pecah ditahan.” (HR. Bukhari no. 2481).
 
Ketika itu Rasulullah menemui sejumlah tamu yang merupakan sahabat dekat beliau. Tiba-tiba terdengar suara piring pecah dengan nyaring. Ternyata Aisyah radhiallahu anhu, istri Rasulullah baru saja memukul piring berisi makanan untuk Rasulullah, yang dibawa oleh pembantu Zainab. Piring tersebut pecah dan makanannya jatuh berantakan.

Mengetahui hal tersebut, Rasulullah tidak marah, beliau dengan tenang mendekati Aisyah dan pembantu Zainab. Lalu memunguti makanan yang berhamburan tersebut dan meletakkannya di piring kemudian membawanya ke depan untuk dimakan bersama para tamunya.

Beliau mengatakan kepada para tamunya : “ Makanlah. Ibu kalian sedang cemburu.”

Beliau juga mengganti piring yang pecah dengan piring baru yang utuh untuk dibawa kembali oleh pembantunya Zainab.    

Masya Allah begitu lembutnya akhlak Rasulullah. Beliau memaklumi ketika itu Aisyah radhiallahu anhu sedang cemburu karena di hari giliran Aisyah, Zainab, istri beliau yang lain mengirimkan makanan untuknya, sehingga hal itu menimbulkan cemburu pada diri Aisyah yang spontan memecahkan piring sebagai bentuk ekspresi kecemburuannya.

Rasulullah menyelesaikan masalah dengan bijak dengan tidak memarahi Aisyah dan membiarkannya, karena beliau memahami bahwa menegur istri yang sedang cemburu, hatinya tertutup emosi.

Beliau mengganti piring yang dipecahkan Aisyah, karena beliau memahami bahwa tindakan merusak barang orang lain tidak dapat dibenarkan, sehingga harus diiganti dengan barang yang serupa.

Di hadapan para sahabat beliau tetap bersikap tenang dan tidak memarahi Aisyah di depan umum.

Beliau mengendalikan emosinya dengan baik sehingga tidak menimbulkan masalah baru yang lebih pelik.




Hubbu Syahwat

Sebelumnya

Bukankah Aku Ini Tuhanmu?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur