Masker medis lebih baik dari masker kain, namun dengan syarat harus dikenakan dengan baik dan benar menutupi wajah, terutama hidung dan mulut/ Net
Masker medis lebih baik dari masker kain, namun dengan syarat harus dikenakan dengan baik dan benar menutupi wajah, terutama hidung dan mulut/ Net
KOMENTAR

BERITA tentang varian Omicron yang sudah ada di Tanah Air mau tak mau membuat masyarakat mengetatkan kembali protokol kesehatan pribadi yang beberapa waktu terakhir mungkin sempat dilonggarkan.

Menurut Dr. William Schaffner dari Vanderbilt University School of Medicine, meski dianggap lebih menular dibandingkan Delta bahkan diprediksi akan segera menjadi varian dominan di sejumlah negara, cara pencegahan COVID-19 yaitu vaksinasi, masker, jarak sosial, dan pengurangan mobilitas masih dianggap sebagai strategi terbaik untuk memperlambat Omicron.

Sejumlah negara bagian di Amerika Serikat yang sebelumnya melonggarkan aturan pemakaian masker, kini kembali memperketat peraturan tersebut demi mengurangi laju Omicron.

Meski demikian, Prof. Schaffner menjelaskan bahwa masker adalah penghalang yang tidak sempurna, yang berarti masih memungkinkan beberapa partikel lolos, terlebih pada varian Omicron yang menghasilkan 70 kali lebih banyak dari varian lain. Namun bukan berarti masker tidak berguna.

Karena itulah protokol kesehatan harus diterapkan secara berlapis. Artinya tak hanya memakai masker (yang tak sempurna), tapi menyempurnakannya dengan menjaga jarak dan mengurangi mobilitas. Dua hal yang menjadi tantangan berat di masa libur akhir tahun ini.

Danielle Zerr, MD, Direktur Medis Pencegahan Infeksi di RS Anak Seattle mengatakan bahwa penghalang terkuat adalah vaksin. Yang kini diperkuat dengan dosis booster untuk melawan Omicron. Namun penerima vaksin juga tetap harus mengenakan masker untuk perlindungan maksimal.

Masker seperti apa yang mampu menghadang Omicron?

Mari kembali pada panduan Centers for Disease Control and Prevention (CDC) tentang penggunaan masker sebagai salah satu protokol kesehatan terpenting di masa pandemi COVID-19.

  • Memiliki dua atau lebih lapisan kain yang bisa dicuci dan memungkinkan bernapas.
  • Pas di sisi wajah sehingga tidak ada celah.
  • Memiliki kawat hidung untuk mencegah kebocoran udara dari atas
  • Tidak boleh memiliki katup atau ventilasi pernapasan yang memungkinkan partikel virus keluar.

Dilansir Health, CDC menegaskan bahwa masker efektif mengurangi risiko tertular atau menyebarkan COVID-19, termasuk varian Omicron. Masker bukanlah penghalang varian spesifik melainkan berlaku untuk semua kondisi pandemi. Masker berfungsi sebagai penghalang, penjebak, dan penyaring partikel virus yang kita hirup dari udara.

Jika menginginkan perlindungan lebih, pakailah KN95 dan N95. Paul Bozek dari Dalla Lana School of Public Health, seperti disiarkan CBC. Menurutnya KN95 atau N95 masih yang terbaik untuk menghadang virus.

Namun dikarenakan harga masker KN95 atau N95 terbilang mahal, sejumlah ahli mengatakan masker medis lebih baik dari masker kain, namun dengan syarat harus dikenakan dengan baik dan benar menutupi wajah, terutama hidung dan mulut.

Meski demikian, baik masker bedah maupun masker kain multi-layer asalkan sesuai pedoman CDC di atas tetap bisa dipakai. Sedangkan mengenakan masker dobel hingga saat ini belum terbukti menghadang Omicron.

"Yang terpenting, masker harus menutupi mulut dan hidung dengan baik. Kita dapat melepaskan virus hanya dengan bernapas melalui hidung. Bernapas dapat mengontaminasi udara sekitar kita hingga tiga kaki atau lebih jauh," tegas Dr. Schaffner.

 

 

 


 

 

 


 

 

 

 




Rakerkesnas 2024, Presiden: Indonesia Harus Bisa Manfaatkan Bonus Demografi

Sebelumnya

Tak Lagi Berstatus Ibu Kota, Jakarta Siap Melesat Jadi Pusat Perdagangan Dunia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News