Foto : Agung Hadiawan
Foto : Agung Hadiawan
KOMENTAR

KOREAN Center RMOL bekerja sama dengan Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) menggelar webinar hybrid internasional "Indonesia-Korea: Enhancing Special Strategic Partnership and Co-Prosperity" bertempat di Roemah Djan, Jl. Talang No.3, Jakarta Pusat serta disiarkan langsung dari YouTube dan Facebook RMOL, Selasa (09/11/21).

Webinar internasional ini dihadiri Menteri BUMN & Ketua Umum MES Erick Thohir, Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia H.E. Park Tae-sung, Duta Besar Venezuela untuk Indonesia H. E. Radames Jesus Gomez, Ketua Komisi I DPR RI Meutya Hafid, Ketua Grup Kerja Sama Bilateral Indonesia-Korea Edward Tannur, CEO RMOL Network & Sekretaris MES Teguh Santosa, COO RMOL Network Yusuf Yazid, anggota Komite Pemberdayaan Perempuan dan Sumber Daya Keluarga MES Amy Atmanto, Presiden Direktur Regional Executive Asia-Oceania Josef M. Ullmer, serta Dewan Pembina Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) Djan Faridz.

Dalam sambutannya, Ketua Grup Kerja Sama Bilateral (GKSB) Indonesia-Korea Edward Tannur menyampaikan beberapa poin penting yang didapat dari kunjungannya bersama tim GKSB ke Korea Selatan 1 – 6 November lalu.

"Pertama, meningkatkan kerja sama di bidang pertanian melalui studi banding antara petani kedua negara. Kedua, konsistensi dukungan dan kemudahan investasi bagi pengusaha Korea Selatan. Ketiga, dalam bidang kesehatan, pengembangan vaksin dan pemberian bantuan sosial bagi rakyat terdampak pandemi. Keempat, di bidang pariwisata, mengembangkan sistem sister city (seperti Surabaya-Busan), akses penerbangan langsung, dan wisata alam ramah lingkungan," ujar Edward.

Sementara itu Ketua Komisi I DPR RI Meutya Hafid menekankan pada kerja sama yang terjalin antara Indonesia-Korea sejak pandemi Covid-19.

"Sejak pandemi, Korea Selatan telah menjadi partner penting bagi Indonesia untuk membantu persediaan kebutuhan medis dan APD, disinfektan, dan PCR. Hingga saat ini, Korea Selatan tetap menjadi teman setia bagi Indonesia. Kami berterima kasih untuk itu," ujar Meutya.

Mantan jurnalis televisi itu juga mengharapkan peningkatan kemitraan yang lebih sinergis dalam bidang ekonomi serta peningkatan kerja sama badan legislatif kedua negara.

Sebagai keynote speaker, Menteri BUMN & Ketua Umum MES Erick Thohir menjelaskan bahwa kerja sama Indonesia-Korea Selatan telah terjalin intensif. Ia mencontohkan kolaborasi yang dilakukan BUMN di antaranya Dirgantara Indonesia, Krakatau Steel, dan Biofarma dengan beberapa perusahaan Korea.

Sesuai target nol karbon pada 2060, Kementerian BUMN menginisiasi transformasi Eco Lifestyle agar Indonesia menjadi rumah yang lebih baik bagi generasi masa depan. Gaya hidup ramah lingkungan ini di antaranya adalah sumber energi geotermal (energi terbarukan), solar cell, restorasi tanah dan penanaman kembali, juga daur ulang baterai untuk meminimalkan limbah logam berat.

Pun dalam bidang farmasi, Indonesia telah menggagas pengembangan vaksin, produk herbal, juga kawasan Sanur sebagai zona ekonomi khusus untuk medical tourism.

"Kami ingin membangun sektor kesehatan yang tangguh, dan kami mengundang Korea Selatan sebagai mitra strategis Indonesia untuk mewujudkannya. Kami berharap kerja sama yang telah terjalin dapat bertambah kuat guna menghasilkan keuntungan dan nilai tambah bagi kedua negara. Tentu saja potensi kerja sama di sektor-sektor lain masih terbuka lebar," papar Erick.

Harapan serupa disampaikan Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia H.E. Park Tae-sung. Tak hanya kerja sama dalam bidang manufaktur, teknologi, dan kesehatan, Dubes Korea Selatan juga menyoroti kerja sama budaya.

"Saya tidak ragu bahwa hubungan Korea dan Indonesia akan makin kuat dan makin erat. Untuk mempromosikan pertukaran budaya, Kedubes Korea telah mengadakan gelar budaya akhir Oktober lalu, termasuk Hanbok-Batik fashion show yang mengusung kolaborasi budaya dua negara."

Menurut Dubes Korea Selatan, mulai banyak kaum muda Korea yang menyukai budaya Indonesia seperti musik dan makanan, juga destinasi wisata.

"Saya berharap Indonesia dan Korea dapat menjadi sahabat spesial layaknya saudara kandung. Kami mendorong persahabatan yang tulus lebih dari sekadar kemitraan strategis dalam bidang ekonomi. Ikatan kerja sama telah mengakar di berbagai sektor, namun masih ada potensi tak terbatas untuk kita tumbuh dan sejahtera bersama. Saya berharap webinar hari ini dapat menjadi kesempatan yang memperkuat persahabatan istimewa dan kemitraan strategis kedua negara. Indonesia dan Korea maju bersama dan sejahtera bersama," pungkas Dubes Park Tae-sung menutup sambutannya dalam bahasa Indonesia.

Bulan November menjadi bulan istimewa dalam hubungan Indonesia-Korea. Hal tersebut didasari kunjungan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in pada November 2017 yang mengumumkan dua kebijakan luar negeri yang sangat penting.

Dua kebijakan tersebut adalah meningkatkan hubungan dengan Indonesia melalui sebuah Special Strategic Partnership dan memulai New Southern Policy (NSP) yang bertujuan memperkuat hubungan Korea dengan ASEAN di mana Indonesia menjadi pemain kuncinya.

Dihadiri 350 peserta yang terdiri dari para pejabat pemerintahan, akademisi, jurnalis, mahasiswa, dan masyarakat umum, webinar nternasional ini menghadirkan pembicara yaitu H.E. Umar Hadi (Duta Besar RI untuk Republik Korea 2017 -2021), Shin Yoonsung (Korea Institute for Industrial Economic & Trade), dan Teguh Santosa (mewakili Masyarakat Ekonomi Syariah), dengan moderator Amelia Fitriani (Ketua Korean Center RMOL).

Apa saja faktor yang dapat meningkatkan kemitraan strategis kedua negara, terutama setelah pandemi?

H.E. Umar Hadi menekankan pentingnya tiga hal untuk memperkuat kerja sama kedua negara di masa depan.

"Tiga hal yang sangat penting adalah meningkatkan kemitraan dalam sektor digital, sektor lingkungan hidup, dan sektor SDM. Terlebih lagi jika dikaitkan dengan ekonomi syariah yang terus bertumbuh, ketiga hal tersebut selaras dengan syariah Islam. Bagaimana mempermudah hidup, melestarikan alam, dan meningkatkan kualitas manusia, semua pada hakikatnya sejalan dengan syariah. Kerja sama Indonesia-Korea tak perlu disematkan 'label' khusus, namun tiga hal yang saya sebutkan tadi cukup untuk mendeskripsikannya," ujar penerima penghargaan Golden Ambassador dari RMOL ini.

Shin Yoonsung dari Korea Institute for Industrial Economic & Trade menyatakan penghormatannya kepada Indonesia. Ia melihat bagaimana perekonomian Indonesia mulai tumbuh kembali (setelah pandemi).




Kencangkan Dukungan ke Palestina, Universitas Siber Muhammadiyah Gelar Aksi Hybrid dan Penggalangan Dana

Sebelumnya

Kelompok Pro-Israel Serang Demonstran Pro-Palestina, Bentrokan Terjadi di Kampus UCLA

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News