Photo : kratonjogja.id
Photo : kratonjogja.id
KOMENTAR

MENDENGAR kata Yogyakarta pasti teringat dengan sebuatan kota pelajar dan gudegnya. Banyak kenangan manis yang terukir di Yogyakarta, membuat siapa pun ingin kembali ke sana.

Hingga kini Yogya masih menjadi kota favorit banyak masyarakat dari luar Yogyakarta juga mancanegara. Selain destinasi wisata, kuliner, dan keramah-tamahan warganya, Yogyakarta juga menyimpan sejarah mengenai “surjan” yaitu busana tradisional Jawa dari Kota Yogyakarta.

Pangeran Mangkubumi (Sultan HB I) setelah Perjanjian Giyanti tahun 1755 menetapkan surjan sebagai busana resmi Keraton Yogyakarta. Menurut KRT Jatiningrat Tepas Dwarapura Keraton Yogyakarta, Surjan berasal dari istilah siro + jan yang berarti pelita atau yang memberi terang.

Surjan juga disebut pakaian takwa yang dalam sejarahnya dibuat oleh Sunan Kalijaga berdasar QS Al-A’araf ayat 26 yang berbunyi, Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa (dimaksud agar selalu bertakwa kepada Allah Ta’Ala) itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.” 

Tujuan mengenakan surjan agar si pemakai memiliki jiwa takwa dalam dirinya untuk selalu mengingat Allah Swt.

Bentuk Surjan yaitu busana berlengan panjang, berkerah tinggi, memiliki kancing, ujung bawah baju berbentuk runcing, dikenakan oleh pria Yogyakarta. Pada bagian kerah memiliki tiga pasang kancing yang menggambarkan rukun iman dalam agama Islam.

Di bagian dada, ada dua kancing sebelah kiri dan kanan bermakna dua kalimat syahadat. Serta tiga buah kancing yang letaknya tertutup dari luar di dalam bagian dada, bermakna tiga macam nafsu manusia yang harus direda yaitu hewani, makan dan minum, serta nafsu setan. Terdapat lima kancing pada bagian lengan di sebelah kiri dan kanan bermakna rukun Islam.

Surjan terdiri dari dua jenis yaitu surjan lurik yang terbuat dari kain lurik. Semakin besar ukuran motif lurik maka semakin besar jabatannya. Surjan “ontrokusuma” yang bermotif bunga (kusuma) terbuat dari kain sutra bermotif hiasan berbagai macam bunga hanya dikenakan oleh para bangsawan.

Merupakan busana bagian atas, surjan dikenakan menggunakan busana bagian bawah yaitu kain jarik (batik), dilengkapi dengan blangkon Yogyakarta yang memiliki bentuk cepolan di bagian belakang berbeda dengan blangkon Solo. Sebabnya karena dahulu orang Yogya memiliki rambut yang panjang sehingga ketika mengenakan blangkon harus digulung ke dalam. Menggulung rambut juga bermakna menutupi aib diri sendiri maupun orang lain.




Rekomendasi Makeup Natural untuk Remaja: Saatnya Tampil Cantik Tanpa Berlebihan

Sebelumnya

Indonesia Hadirkan Solusi Perawatan Kecantikan Kulit Tercanggih

Berikutnya

KOMENTAR ANDA