Masyarakat Afghanistan kini menanti Taliban menepati janjinya untuk menghadirkan kehidupan yang damai dan inklusif, termasuk memenuhi hak perempuan untuk maju dan berkembang/ Net
Masyarakat Afghanistan kini menanti Taliban menepati janjinya untuk menghadirkan kehidupan yang damai dan inklusif, termasuk memenuhi hak perempuan untuk maju dan berkembang/ Net
KOMENTAR

PULUHAN perempuan Afghanistan menggelar demonstrasi di Kota Herat, Kamis (2/9/21) menuntut hak mereka untuk mendapat pendidikan dan bekerja.

Mariam Ebram (24), salah satu demonstran mengatakan bahwa ia dan teman-temannya membawa rasa frustasi mereka ke jalan karena tidak mendapat jawaban dari pemerintah Taliban yang berkuasa saat ini terkait hak perempuan untuk bekerja.

Kenyataannya, Mariam dan teman-temannya selama beberapa minggu terakhir diperintahkan pulang saat mereka sampai di kantor mereka yang berlokasi di Herat, kota terbesar di wilayah Afghanistan barat.

Ketika para perempuan Herat menemui para petinggi Taliban untuk meminta penjelasan tentang kebijakan Taliban terhadap hak perempuan, mereka tak pernah mendapat jawaban memuaskan.

"Setelah berminggu-minggu mencoba mencari jawaban dari pihak Taliban, kami memutuskan untuk menyuarakan suara perempuan secara terbuka," ujar Mariam.

Mariam menambahkan bahwa ketika para perempuan mencoba mencari jawaban, tak ada yang mereka lihat selain Taliban 20 tahun lalu. Tidak ada yang berubah. Mariam mengenang aturan Taliban selama kurun waktu 1996 – 2001, ditandai larangan terhadap perempuan mendapat pendidikan dan pekerjaan.

Sejak mengambil alih Afghanistan bulan lalu, banyak warga takut akan kembalinya aturan ketat Taliban tersebut. Namun para pemimpin Taliban berjanji untuk mengizinkan perempuan bekerja dan mendapat pendidikan.

Para perempuan berani berkata terus terang kepada sejumlah pemimpin Taliban, termasuk kepala polisi juga direktur informasi dan budaya. "Kalian telah mengusir 'penjajah' dan memadamkan demokrasi, lantas apa yang kalian bawa untuk menggantikan itu semua? Dan apa peran kita nantinya?

Menurut Mariam, ia dan teman-temannya menerima kritik Taliban terhadap pemerintah sebelumnya yang dianggap korup. Namun mereka juga ingin tahu apa yang ditawarkan sistem baru yang dipimpin Taliban untuk perempuan.

Para perempuan memutuskan turun ke jalan setelah wawancara BBC Pashto dengan pemimpin senior Taliban Sher Mohammad Abbas Stanikzai baru-baru ini.

"Yang kami minta hanyalah hak kami. Lagipula, sebuah pemerintahan tanpa kehadiran perempuan tidak akan bertahan lama," kata Mariam, dilansir Aljazeera.

Meski demikian, ia dan rekan-rekan aktivis perempuan akan menerima jika Taliban mengizinkan hadirnya perwakilan perempuan di tubuh pemerintah maupun majelis nasional (Loya Jirga).

Hingga saat ini sikap Taliban masih samar tentang perempuan bekerja.

Pada akhir Agustus, juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan bahwa perempuan yang bekerja di pemerintahan sebaiknya tetap berada di rumah untuk memastikan keamanan mereka di jalan maupun di kantor.

Namun minggu lalu, Taliban menyuruh para perempuan pegawai Kementerian Kesehatan Masyarakat untuk kembali bekerja.

Masyarakat Afghanistan kini menanti Taliban menepati janjinya untuk menghadirkan kehidupan yang damai dan inklusif, termasuk memenuhi hak perempuan untuk maju dan berkembang.

 




Rakerkesnas 2024, Presiden: Indonesia Harus Bisa Manfaatkan Bonus Demografi

Sebelumnya

Tak Lagi Berstatus Ibu Kota, Jakarta Siap Melesat Jadi Pusat Perdagangan Dunia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News