Prof Dr dr Siti Setiati, Sp-PD K.Ger, M.Epid, FINASIM dalam acara virtual bertajuk Kupas Tuntas Vaksin Covid-19 dan Nutrisi untuk Lansia bersama Entrasol, Minggu (7/3).
Prof Dr dr Siti Setiati, Sp-PD K.Ger, M.Epid, FINASIM dalam acara virtual bertajuk Kupas Tuntas Vaksin Covid-19 dan Nutrisi untuk Lansia bersama Entrasol, Minggu (7/3).
KOMENTAR

VAKSINASI Covid-19 untuk lansia terus berlanjut. Vaksinasi ini penting, karena lansia termasuk kelompok paling rentan terpapar virus Corona dengan sejumlah permasalahannya. Mulai dari imunitas tubuh yang mulai melemah, hingga penyakit penyerta yang dibawa.

Beberapa persiapan lansia untuk melakukan vaksinasi Covid-19 menjadi perhatian serius, tidak hanya saat skrinning yang dilakukan oleh petugas kesehatan, namun juga menjadi perhatian penting bagi anggota keluarga yang mendampinginya.

Prof Dr dr Siti Setiati, Sp-PD K.Ger, M.Epid, FINASIM, salah satu dokter spesialis penyakit dalam di RSCM Jakarta menjelaskan, vaksinasi ini penting karena berfungsi untuk membentuk kekebalan tubuh. Pada lansia, vaksinasi tidak boleh dilewatkan karena risiko terinfeksi Covid-19 sangat tinggi. Berdasarkan data, 48,3 persen angka kematian Covid adalah milik lansia.

"Kondisi ini disebabkan karena adanya efek penuaan yang berpengaruh pada sistem imun tubuh lansia. Inflamasi kronis rendah ini akibat adanya penurunan imunitas, paparan kuman/antigen, dan adanya penyakit penyerta yang menimbulkan inflamasi," jelas Siti di acara Kupas Tuntas Vaksin Covid-19 dan Nutrisi untuk Lansia bersama Entrasol, Minggu (7/3).

Pada lansia biasanya sudah terjadi inflamasi kronis level rendah akibat dari kombinasi penurunan imun tubuh, paparan terhadap antigen terus menerus, dan peningkatan produksi sitokin proinflamasi dari senescent T Cells dan makrofag. Ditambah munculnya penyakit penyerta seperti diabetes dan hipertensi.

Akibatnya, terjadi risiko peningkatan infeksi, kanker, autoimun, penurunan respon terhadap imunisasi, serta respon terhadap pengobatan infeksi.

Berdasarkan Permenkes No HK.02.02/11/368/2021, kriteria khusus lansia yang berhak mendapat vaksin di antaranya:

• Sehat
• Jika ada penyakit penyerta (komorbid), maka: penyakit harus terkontrol, tekanan darah di bawah 180/110 mmHg, gula darah terkendali dan tidak dalam kondisi akut, jika ada TBC maka harus rutin melakukan pengobatan selama 2 minggu, dan harus ada rekomendasi dokter untuk lansia yang menderita kanker darah, kanker tumor padat, kelainan darah  (talasemia, imunohematologi, hemofilia, dan gangguan koagolasi).

Lansia juga harus melewati skrinning kerentaan, di mana ada sejumlah pertanyaan yang wajib dijawab, yaitu:

• Apakah kesulitan naik 10 anak tangga?
• Sering merasa kelelahan?
• Kesulitan berjalan sekitar 100-200 meter?
• Penurunan berat badan yang berarti dalam setahun terakhir.
• Memiliki paling sedikit tiga dari penyakit hipertensi, diabetes melitus, kanker, PPOK, serangan jantung, gagal jantung kongestif, nyeri dada, asma, nyeri sendi, stroke dan penyakit gagal ginjal. Jika ada tiga penyakit atau lebih, maka vaksinasi tidak boleh dilakukan.

"PAPDI (Persatuan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia) pada 9 Februari kemarin sudah memberikan rekomendasi berupa kuesioner RAPUH," ujar Siti.

Kuesioner RAPUH itu adalah:

1. R = Resistensi, dengan diri sendiri atau tanpa bantuan alat, apakah Anda mengalami kesulitan naik 10 anak tangga dan tanpa istirahat diantaranya?
(Skor 1=Ya, 0=Tidak)

2. A = Aktivitas, seberapa sering dalam 4 minggu Anda merasa kelelahan?
1. Sepanjang waktu
2. Sebagian besar waktu
3. Kadang-kadang
4. Jarang
(Skor 1=jawaban 1 dan 2, 0=selain jawaban 1 dan 2)

3. P = Penyakit lebih dari 4, partisipan ditanya, apakah dokter pernah mengatakan kepada Anda tentang penyakit Anda? (11 penyakit utama; hipertensi, diabetes, kanker (selain kanker kulit kecil), penyakit paru kronis, serangan jantung, gagal jantung kongestif, nyeri dada, asma, nyeri dada, stroke, gagal ginjal)?
(Skor 1=5 sampai 11 penyakit, 0=0 sampai 4 penyakit)

4. U = Usaha berjalan, dengan diri sendiri dan tanpa bantuan, apakah Anda mengalami kesulitan berjalan kira-kira sejauh 100 sampai 200 meter?
(Skor 1=Ya, 0=Tidak)

5. H = Hilangnya berat badan:

• Berapa berat badan Anda saat ini tanpa baju dan alas kaki?
• Keterangan perhitungan berat badan dalam persen (berat badan 1 tahun lalu dikurang berat badan sekarang/berat badan 1 tahun lalu x 100 persen)
• Bila hasil lebih dari 5 persen (mewakili kehilangan berat badan 5 persen), diberi skor 1

"Pertanyaan mengenai kerentaan ini menjadi penting, karena lansia dengan kerentaan mudah mengalami sakit hanya karena stresor yang ringan. Atau, sakitnya akan menjadi berat dan kemungkinan meninggal dunianya cukup tinggi," ucap dia.

Makanya, penting untuk menjaga kerentaan dengan rumus AVOID, yaitu Aktivitas fisik, Vaksinasi (pneumonia, flu), Optimisasi pengobatan (cegah polifarmasi), Interaksi (cegah isolasi dan kesendirian), dan Diet yang benar serta cukup nutrisi.

"Lakukan skrinning kesehatan dan kerentaan minimal 3 hari sebelum vaksinasi. Skrinning bisa dilakukan di.rumah, puskesmas, rumah sakit, atau praktik dokter," katanya.

Saat vaksinasi, perhatikan:

1. Daftar sesuai mekanisme dan datang tepat waktu.
2. Gunakan masker medis, penutup kepala dan muka.
3. Bawa alat tulis, hand sanitizer, dan minum sendiri.
4. Makan dan cukupi nutrisi sebelum vaksinasi.
5. Selama di lokasi vaksinasi, patuhi protokol 3M dan kurangi interaksi jika tidak perlu.
6. Segera pulang, cuci baju, mandi dan keramas.

 




Rakerkesnas 2024, Presiden: Indonesia Harus Bisa Manfaatkan Bonus Demografi

Sebelumnya

Tak Lagi Berstatus Ibu Kota, Jakarta Siap Melesat Jadi Pusat Perdagangan Dunia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News