Ali/ Net
Ali/ Net
KOMENTAR

NIHAD Abu Ali masih bisa mengingat jelas kata-kata terakhir yang diucapkan mendiang putranya, Ali, pada malam ulang tahunnya yang ke-15.

“Bu, coba tebak apa yang akan terjadi besok? Saya akan tumbuh di usia yang baru!"

Nihad mengenang kata-kata itu dengan air mata mengalir di pipinya.

"Dia berencana membeli kue untuk ulang tahunnya, tapi ternyata kami harus kehilangan dia," kata ibu yang berduka itu.

Remaja Palestina itu ditembak dan terluka parah oleh seorang tentara Israel selama terjadi demonstrasi mingguan anti-pemukiman pada 4 Desember lalu di Desa Al-Mughayir, 27 kilometer timur laut Ramallah, seperti dikutip dari Anadolu Agency, Senin (14/12).

Dia dilarikan ke rumah sakit. Dokter berusaha  menghentikan pendarahan internalnya, namun gagal. Nyawa Ali tak tertolong.

“Dia anak yang sangat penyayang. Dia selalu ada di sekitarku membantu, bercanda dan menciumku. Tapi sekarang, dia telah pergi selamanya," kenang sang ibu sambil menangis.

Sementara sang ayah, Ayman Abu-Alia teringat saat ia membangunkan putranya, sehari sebelum kematiannya, agar putranya itu membantu kakeknya merumput hewan milik keluarganya.

“Saya mengatakan kepadanya bahwa kakeknya membutuhkannya. Dia berdoa dan pergi untuk membantu kakeknya," kenang sang ayah.

Ali biasa pergi bersama kakeknya ke sebelah timur desa di mana terdapat sumur air untuk menggembalakan hewan.

"Pemukim Israel mengendalikan air dan tanah kami di sana di bawah perlindungan tentara," kata Abu-Alia.  

"Mereka menghancurkan pipa air yang kami gunakan untuk irigasi, apalagi mengancam Ali dan kakeknya beberapa kali sebelumnya," tambahnya.

Saat sedang berdiri di depan rumah kakeknya, Ali mendengar suara tembakan. Dia berlari ke timur desa untuk bergabung dengan saudara dan teman-temannya dalam demonstrasi.

"Saya melihatnya menonton demonstrasi bersama teman-temannya," kata saudaranya Bassam (18), kepada Anadolu Agency.  

"Dia berdiri dengan tangan di saku mengobrol tentang hari ulang tahunnya ketika seorang tentara Israel menembaknya," lanjutnya.

Neneknya Khayriat Abu-Alia masih tidak percaya bahwa dia telah kehilangan cucunya yang tercinta di hari ulang tahunnya.

“Dia ada di sekitar kita. Dia selalu ada kapan pun kami membutuhkannya," katanya.  

“Setiap malam, saya memanggilnya tetapi dia tidak lagi menjawab saya. Saya tidak bisa melupakan kehilangan cucu tercinta," tutur sang nenek.




Banjir Bandang Lahar Dingin Terjang Sejumlah Wilayah Sekitar Gunung Marapi Sumbar, BNPB: Masyarakat Harus Waspada Bahaya Susulan

Sebelumnya

Jemaah Haji Tak Boleh Melepas Gelang dan Kalung Identitas Selama di Tanah Suci, Ini Alasannya

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News