Seniman Jenny Holzer (70) membuat kampanye #YouVote di berbagai kota yang akan berlangsung hingga bulan November/ Foto: Christopher Dilts/ Vogue
Seniman Jenny Holzer (70) membuat kampanye #YouVote di berbagai kota yang akan berlangsung hingga bulan November/ Foto: Christopher Dilts/ Vogue
KOMENTAR

AJAKAN kepada rakyat Amerika Serikat untuk memilih presiden yang akan memimpin negara itu empat tahun ke depan banyak disuarakan para politikus, musisi, hingga bintang Hollywood.

Para pengusaha juga banyak menggelar promosi yang berhubungan dengan kampanye VOTE agar suara rakyat tidak terbuang percuma.

Salah satu yang tak kalah aktif 'bersuara' adalah seniman Jenny Holzer (70). Ia membuat kampanye #YouVote di berbagai kota yang akan berlangsung hingga bulan November.

Jenny yang merupakan anggota Artists Rights Society (ARS) menggunakan LED pada badan truk hingga billboard untuk mengajak rakyat menggunakan hak pilih mereka.

Jenny mengisi billboard di beberapa kota dengan berbagai tulisan. Ada "Protect Yourself" di Madison, Wisconsin, "Register" dan "Vote Early" juga tulisan lainnya di Philadelphia dan Charlotte, North Carolina. Ada pula "COVID-19 President" dan satu kata yang memiliki sejuta makna "Enough" di Milwaukee.

"Inilah saatnya orang-orang menjadi aware dengan berbagai isu yang terjadi, dan memiliki rencana untuk bertindak. Voting is action," ujar Jenny kepada Vogue.

Jenny memulai karirnya sejak era 1970-an. Karya-karyanya banyak memuat komentar-komentar seputar dunia sosial politik, terutama yang berkaitan dengan feminisme dan kritik seputar keserakahan kaum kapitalis.

Jenny dikenal dengan instalasi berbasis tulisan, proyeksi, dan rambu LED (kita lebih mengenalnya sebagai neon sign). Karya-karyanya yang terkenal biasanya dituangkan dalam bentuk surat panjang maupun bait-bait puisi.

Pada tahun 1988, kritikus Paul Taylor mengatakan bahwa Jenny membuat poster luar ruangan dan billboard elektronik berisi pesan-pesan yang berani dan menohok. "Ia bisa membuat pesan-pesan kuat seputar kehidupan dan kematian, dari hal-hal dangkal hingga sesuatu yang brilian," ujar Paul.

Berbagai pesan yang ditampilkan Jenny diambilnya dari slogan-slogan unjuk rasa dan percakapan yang banyak terjadi seputar pilpres tahun ini.

Ia berbicara dengan banyak orang, baik itu yang dikenalnya maupun tidak, untuk mengetahui opini mereka tentang apa yang penting untuk dilakukan, apa yang harus didukung, dan apa yang harus dihentikan. Dipilihlah kata-kata yang menarik mata dan bisa menyemangati siapa pun untuk memilih.

Meskipun ada tulisan "COVID-19 President" yang seolah menggambarkan petahana, Jenny menegaskan itu bukan sebuah "endorsement". Inti dari kampanye #YouVote bukan untuk mengajak orang memilih satu calon.

"Karya seni saya bukanlah suatu arahan untuk melakukan sesuatu. Saya sangat percaya bahwa masyarakat mampu menyimpulkan sendiri dengan baik," tegas Jenny.

 

 




Protes 28 Pegawai Berujung Pemecatan: Desak Google Putuskan Kontrak Kerja Sama dengan Israel

Sebelumnya

Israel Luncurkan Serangan Balasan, Iran: Isfahan Baik-Baik Saja

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News