Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

KEHEBATAN perempuan dalam berbicara di muka umum ternyata sudah ada sejak zaman Rasulullah SAW. Sosok wanita pemberani dan tangguh itu diwakili oleh Asma' Binti Yazid, yang termasuk golongan kaum Anshar. Ia disebut sebagai Ummu Salamah.

Semasa hidupnya, Asma' dijuluki juru bicara (jubir) kaum wanita. Alasannya, karena di zamannya tak satupun wanita Arab mampu menandingi kepiawaiannya dalam berkhutbah. Bahkan As'a' binti Yazid bin Sukun bin Rafi ini pernah terjun langsung dalam perang Yarmuk dan berhasil membunuh sembilan tentara Romawi yang sedang bersembunyi.

Dalam buku karya Syaikh Muhammad Sa'id Mursi disebutkan, Asma' pernah mendatangi Rasulullah dan berkata:

"Engkau bagaikan ini sekaligus ayahku, wahai Rasulullah. Keberadaan kunci sini adalah untuk mewakili para wanita. Bahwa Allah telah mengutus mu untuk segenap laki-laki dan perempuan. Kami mengimani mu dan Tuhan ku.

Aku akan memberitahukan kepadamu, bahwa kaum wanita tak mempunyai gerak leluasa sebagaimana laki-laki. Amal perbuatan kami hanya sebatas perbuatan yang bersifat rumah tangga, tempat pelampiasan nafsu kalian, sekaligus untuk mengandung dan melahirkan anak-anak kalian pula.

Berbeda dengan kalian semua wahai kaum laki-laki. Kalian melebihi kami dalam hal berjamaah, menjenguk orang sakit, mengantarkan mayat ke kuburan, haji, dan yang lebih utama adalah kemampuan kalian berjihad di jalan Allah.

Amal perbuatan kami di saat kalian pergi haji atau melakukan jihad hanya sebatas menjaga harta, mencuci pakaian, dan mendidik anak-anak. Oleh karena itu, kami ingin bertanya kepada kalian, apakah amal perbuatan kami itu pahalanya bisa disetarakan dengan amal perbuatan kalian?"

Seketika itu pula Rasulullah tersentak dan bertanya kepada para sahabat, "Apakah kalian pernah mendengar sebuah perkataan yang lebih baik daripada perkataan seorang wanita yang sedang membahas permasalahan agamanya?"

Para sahabat pun menjawab, "Wahai Rasul, sama sekali kami tidak menyangka kalau para wanita mempunyai keinginan mulia semacam itu".

Rasulullah kemudian menoleh kepada Asma' Binti Yazid dan berkata, "Engkau pahamilah dan sampaikanlah apa yang akan aku katakan nanti kepada wanita-wanita selainku. Bahwa suami dengan baik merawatnya di saat ia sakit, mematuhi perintahnya, pahala setara dengan amal perbuatan yang hanya bisa dikerjakan oleh para laki-laki tersebut."

Jawaban itu langsung membuat Asma' beranjak dan meninggalkan tempat seraya mengucapkan kalimat "la illaha illallah".

Keberanian dan kecerdasan Asma' Binti Yazid ini merupakan hal yang jarang ditemui pada masa Nabi. Ini bukti kecerdasan dan ketulusan hati Asma' dalam membela agama Allah SWT.

Semasa hidupnya, Asma' mampu meriwayatkan sekitar 80 hadis Nabi. Salah satunya adalah: "Bahwasannya Rasulullah SAW bersabda: berdusta dilarang kecuali pada tiga tempat. Pertama, seorang suami yang membohongi istrinya demi keharmonisan rumah tangga. Kedua, 'mendustai' musuh di saat melakukan perang. Dan ketiga, 'mendustai' manusia demi misi perdamaian".

Hadis ini merupakan hadis shahih atas riwayat Imam Tirmidzi.

Asma' Binti Yazid meninggal dunia pada tahun 30 Hijriah. Perjuangan serta kontribusinya dalam sejarah Islam sangat bermakna menjadi sebuah teladan.

Teladannya membekas hingga menembus waktu. Bahkan muslimah juga.berhak bersuara, menyuarakan pendapat, dan melemparkan argumentasi yang selaras dengan nilai-nilai kebaikan.

 




Hubbu Syahwat

Sebelumnya

Bukankah Aku Ini Tuhanmu?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur