Mohammed Shahed (tengah) pemilik dua rumah sakit yang mengeluarkan ribuan laporan tes Covid-19 palsu dibawa dengan helikopter setelah ditangkap oleh personel Batalyon Aksi Cepat Bangladesh/AP
Mohammed Shahed (tengah) pemilik dua rumah sakit yang mengeluarkan ribuan laporan tes Covid-19 palsu dibawa dengan helikopter setelah ditangkap oleh personel Batalyon Aksi Cepat Bangladesh/AP
KOMENTAR

DI TENGAH pandemi virus corona atau Covid-19 yang masih menghantui saat ini, ada sejumlah oknum yang justru tega memanfaatkannya demi keuntungan pribadi.

Seperti kasus yang baru terungkap di Bangladesh. Pihak keamanan negara tersebut menangkap seorang pria pemilik dua rumah sakit di Bangladesh yang melakukan tes Covid-19 palsu.

Atas seizinnya, rumah sakit tersebut telah mengeluarkan ribuan laporan tes Covid-19 palsu.

Sang pemilik rumah sakit itu bernama Mohammed Shahed. Dia juga merupakan seorang anggota partai yang memerintah dan kerap wara-wiri di acara talk show TV.

Shahed juga merupakan ketua grup Regent dan pemilik dua rumah sakit Regent di ibukota, Dhaka.

Ulahnya pun diketahui pihak keamanan dan dia segera ditangkap oleh Batalyon Tindakan Cepat saat hendak melarikan diri ke India pekan ini.

Penangkapan dilakukan di dekat perbatasan India setelah perburuan sembilan hari.

Menindaklanjuti penangkapan tersebut, Komisaris Cabang Detektif di Dhaka, Abdul Baten, menjelaskan bahwa Shahed mengakui perbuatannya setelah penangkapannya. Dia juga mengakui bahwa bahwa rumah sakitnya tidak memiliki peralatan yang tepat untuk melakukan tes Covid-19.

Dikabarkan ABC News, dua rumah sakit itu telah mengeluarkan lebih dari 10 ribu hasil tes Covid-19. Sekitar 60 persen di antaranya adalah palsu, meskipun pasien dikenakan biaya untuk itu.

Rumah sakit diduga mengatur siasat agar tes yang tersisa dilakukan oleh rumah sakit lain.

Sebenarnya, kedua rumah sakit itu sudah memiliki masalah sebelumnya. Rumah sakit tersebut tidak memperpanjang lisensi medis mereka selama bertahun-tahun. Namun Kementerian Kesehatan tetap menandatangani perjanjian dengan Shahed untuk mendedikasikan rumah sakit itu untuk pengujian dan perawatan Covid-19 karena jumlah kasus meningkat di Bangladesh.

Hingga Kamis (16/7), jumlah kasus infeksi virus corona atau Covid-19 di Bangladesh telah mendekati 200 ribu kasus dengan 2.496 kematian.

Pakar kesehatan masyarakat mengatakan jumlah sebenarnya jauh lebih tinggi karena hanya sekitar 70 fasilitas pengujian yang tersedia di negara berpenduduk 160 juta orang tersebut.




Rakerkesnas 2024, Presiden: Indonesia Harus Bisa Manfaatkan Bonus Demografi

Sebelumnya

Tak Lagi Berstatus Ibu Kota, Jakarta Siap Melesat Jadi Pusat Perdagangan Dunia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News