KOMENTAR

ARISA Nakamoto, seorang wanita cantik asal Jepang yang kemudian mendapat hidayah untuk menjadi seorang muslimah. Proses hijrahnya Arisa yang kini memiliki nama Nur Arisa Maryam itu, cukup mengesankan.

Awalnya, Arisa tertarik untuk mempelajari bahasa asing. Hingga suatu ketika, ibu Arisa menyarankan anaknya untuk mempelajari bahasa Malaysia. Entah apa alasannya, sehingga sang ibu tertarik agar anaknya mempelajari bahasa Melayu di Malaysia.

Tepat setahun belajar bahasa, Arisa mengaku masih saja menemui kesulitan. Menurut dia, kata-kata sulit tersebut ada hubungannya dengan Islam, sehingga ia pun memutuskan mengambil studi Islam agar lebih mengerti bahasa yang dimaksud.

Dari situlah Arisa memiliki interaksi terhadap Islam lebih intensif lagi. Suatu waktu, ia diajak rekan-rekan muslim untuk menghadiri acara di Masjid Tokyo Camii. Di sini Arisa mengaku syok, ketika teman-temannya melaksanakan shalat. Karena ternyata, 2 tahun ia belajar Islam, belum satupun yang dipahaminya. Terutama tentang kewajiban shalat lima waktu.

Singkat cerita, tepat tanggal 17 Januari 2015, Arisa bersyahadat. "Airmataku tak henti mengalir, tanda bahagia. Dan di malam itu pula aku bisa mendirikan shalat isya dengan kondisi diriku sudah muslim untuk pertama kalinya," kenang dia.

Arisa kemudian memutuskan tinggal di Inggris dan memperdalam Bahasa Arab dan Studi Islam di salah satu Univeristas di London. Di negara ini pula ia menemukan suami, seorang muslim kelahiran London.

Hidup sebagai muslim di negara yang minoritas umat Islam, bukanlah hal mudah. Arisa yang setelah menikah sempat kembali ke Jepang, mengaku lebih sulit menemukan makanan jalan di Negara Sakura itu ketimbang di Inggris.

"Di Jepang, komunitas muslimnya sangat sedikit. Kalau di Inggris, kehidupannya lebih mudah karena di sana banyak masjid dan restoran halal. Di Jepang, kita harus memeriksa bahan-bahan dalam produk hewani. Yang simple saja, roti banyak mengandung lemak babi. Sementara di Inggris, hanya perlu memeriksa apakah ada tanda halalnya atau tidak," ungkap dia.

Dari situlah Arisa mengambil kesimpulan, bahwa untuk bertahan di negara yang memiliki minoritas muslim, haruslah membentuk sebuah komunitas. Ini berfungsi sebagai tempat sharing, berbagi ilmu dan pengalaman, hingga berbagi informasi mengenai apapun tentang Islam.

Di komunitas itu pula Arisa membagikan cerita perjalanannya menjadi seorang muslim. Kisahnya itu dituangkan dalam bentuk manga atau komik Jepang, agar lebih mudah dimengerti. Dia juga banyak mem promosikan produk-produk halal dan Islami, seperti restoran, kosmetik, pakaian, dan sebagainya.

"Waktu saya pakai hijab, banyak yang sangka saya sedang main cosplay. Itu adalah mengenakan pakaian seperti tokoh-tokoh di dalam komik, film, atau video games. Tapi tak apa-apa, karena sekarang budaya ini menjadi populer di Jepang dan impactnya Jepang menjadi lebih terbuka akan keragaman, terutama akan Islam," ucap Arisa.




Universitas Mercu Buana Sumbang Dua Sumur Resapan di Masjid At Tabayyun

Sebelumnya

Didukung Jago Syariah, Halal Fair 2024 Siap Melejitkan Pasar Produk Halal Yogyakarta

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel C&E