KOMENTAR

BAHAGIA dan membahagiakan adalah kunci menciptakan kebahagiaan diri sendiri. Dua hal yang harus kita latih terus-menerus agar kita bisa merasa bahagia dengan apa adanya kondisi kita.

Kebahagiaan sejatinya adalah sesuatu yang bisa diupayakan secara mandiri. Karena bahagia ditentukan oleh pikiran kita. Faktor lain seperti kekayaan, pasangan ideal, juga kesehatan adalah pelengkap.

Bisa saja kita divonis dokter terinfeksi Covid-19 tapi kita tetap menjalani hari demi hari dengan penuh semangat, itu berarti kita bahagia meski raga sedang tak sehat. Beberapa figur publik seperti Wali Kota Bogor Bima Arya dan Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana pernah menulis “memelihara semangat dan tetap bahagia” adalah satu kunci untuk bisa sembuh dari Covid-19.

Kita mesti menyadari bahwa untuk menjadi bahagia atau tidak bahagia adalah pilihan. Dan sudah pasti semua orang ingin bahagia.

Sejatinya, setiap orang memiliki kemampuan untuk menciptakan kebahagiaannya sendiri, terlepas dari apa pun kondisi hidupnya. Inilah yang disebut kebahagiaan hakiki. Kebahagiaan yang tidak tergantung pada hubungan kita dengan orang lain, lingkungan, maupun harta benda.

Ketika kita mampu memenuhi diri kita dengan perasaan bahagia, maka insya Allah orang akan melihat kita sebagai individu yang memiliki kualitas idaman. Pun bagi lawan jenis, kita bisa dipandang sebagai pendamping hidup yang tidak rapuh dan memiliki karakter terbaik untuk mengarungi pasang surut kehidupan.

Untuk bisa bahagia secara mandiri, banyak dari kita sebenarnya sudah tahu jawabannya. Kita sering membaca artikel-artikel berisi pendapat psikolog tentang tips untuk hidup bahagia. Hanya saja tidak mudah mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Satu hal yang terpenting adalah kita harus merasa damai dengan diri sendiri. Kita merasakan kedamaian tentang siapa dan bagaimana diri kita. Kita merasa nyaman dengan diri kita. Kita menerima kekurangan dalam diri kita tapi tidak menganggapnya sebagai kesulitan untuk bisa menjalani kehidupan. Kita menggunakan kelebihan kita untuk meraih kehidupan yang lebih sejahtera.

Betul, berdamai setali tiga uang dengan bersyukur.

Saat ini kita dihadapkan pada pandemi. Saat inilah nilai kebahagiaan kita diuji. Banyak dari kita yang sebelum pandemi hidup berkecukupan dan bisa bepergian ke mana saja. Kini pemasukan berkurang dan terkurung di rumah saja. Kebebasan seolah terengggut. Tentu ada “bagian”dari nilai kebahagiaan yang hilang.

Kini, kebahagiaan kita bertransformasi menjadi hal lebih sederhana yang sebelumnya kita tidak pernah pikirkan. Melihat pasangan dan buah hati lebih dekat dan lebih lama, semoga ini menjadi kebahagiaan baru yang ‘mewah’yang selama ini belum pernah kita rasakan.

Namun, apakah kebahagiaan yang tercipta dari pikiran kita akan menjadi kebahagiaan yang sempurna?

Ada satu hal yang akan menyempurnakannya yaitu “membahagiakan”. Ya, membahagiakan orang lain akan menjadikan kebahagiaan hidup kita sempurna. Selama kita tulus membantu orang lain dan membuat bahagia orang lain, saat itu juga kebahagiaan orang itu mengalir ke diri kita dan menjadikan kita manusia paling berbahagia di muka bumi.

Jadi jika kita merasa kurang bahagia, merasa suntuk dengan hidup kita, cobalah untuk membahagiakan (orang lain). Tidak harus memberi bantuan materi jika memang kita tak berlebih. Memberi dukungan moril berupa motivasi dan solusi kepada sahabat-sahabat yang sedang merasa sedih pun bisa menjadi jalan membahagiakan.

Jadi, jangan terlalu lama untuk menentukan kondisi hidup kita. Menjadi bahagia dengan jalan sederhana, atau dipusingkan dengan segala kekurangan dan ‘ketidakidealan’ yang bersliweran di depan mata?

Yuk, tentukan dari sekarang sebelum terlambat.

 




Bukankah Aku Ini Tuhanmu?

Sebelumnya

Ya Allah, Aku Belum Pernah Kecewa dalam Berdoa

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur