Prof. Dr. Julie Sulianti Saroso/ Foto: massbiologicshistory.umassmed.edu.
Prof. Dr. Julie Sulianti Saroso/ Foto: massbiologicshistory.umassmed.edu.
KOMENTAR

BELAKANGAN ini, nama Sulianti Saroso selalu disebut-sebut. Nama yang diabadikan menjadi nama rumah sakit itu semakin dikenal masyarakat umum lantaran selalu menjadi pusat isolasi dan penyembuhan beberapa penyakit menular sebut saja flu burung, difteri, TB-RO, gigitan hewan penular rabies, dan sekarang adalah Corona.

Lalu, siapakah Sulianti Saroso itu?

Nama lengkapnya Julie Sulianti Saroso. Dia disebut-sebut bukan dokter biasa, tetapi seorang dokter pejuang. Julie melontarkan isu pembatasan kelahiran, sekalipun muncul penolakan baik dari masyarakat maupun pemimpin republik ini, kala itu.

Orang-orang saat itu memanggil namanya Sul. Lahir 10 Mei 1917 di Karangasem, Bali. Ia menamatkan studi di Gymnasium Bandung, lalu melanjutkan jejak ayahnya, dr Sulaiman, dengan mendaftar ke Sekolah Tinggi Kedokteran (Geneeskundige Hoge School) di Batavia.

Lulus pada 1942, Sul lalu bekerja di bagian penyakit dalam Centrale Burgelijke Ziekenhuis yang kini dikenal dengan RS Cipto Mangunkusumo (RSCM). Selanjutnya, Sul bekerja di bagian penyakit anak di RS Bethesda, Yogyakarta.

Puas dengan kegiatan politik, Sul kembali ke dunia kedokteran. Dia bekerja di Kementerian Kesehatan dan prestasinya luar biasa. Ia mendapat beasiswa dari WHO untuk mempelajari sistem kesehatan ibu dan anak di negara-negara Eropa.

"Sul membawa banyak ide mengenai kesehatan ibu dan anak, khususnya pengendalian angka kelahiran melalui pendidikan seks dan gerakan keluarga berencana," tulis Terence H Hill dalam People, Population, and Policy in Indonesia.

Karena banyak mendapat tentangan dari pemerintah maupun Presiden Soekarno, Sul mulai bekerja hati-hati. Ia bersama sejumlah tokoh perempuan kemudian mendirikan Yayasan Kesejahteraan Keluarga pada 12 November 1952. Yayasan itu membuka akses terhadap pengaturan kehamilan serta kesehatan ibu dan anak.

Apa yang dipelopori Sul kemudian mendapat tempat di masa Orde Baru melalui Program Keluarga Berencana.

"Selama 24 tahun pertama WHO, hanya dua perempuan terpilih sebagai Presiden Majelis Kesehatan Dunia. Mereka adalah Rajkumari Amrit Kaur dari India (1950) dan Julie Sulianti Saroso dari Indonesia (1973)," tulis saero.who.int.

Sul bukan dokter biasa. Kecemerlangannya berhasil mengangkat dunia kedokteran Indonesia ke tingkat dunia.

Sul meninggal pada 29 April 1991. Namanya diabadikan menjadi nama sebuah rumah sakit, yaitu Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Prof. Dr. Sulianti Saroso.

Pada profilnya, RSPI Sulianti Saroso memiliki tugas pokok dan fungsi berbeda dengan rumah sakit umum lainnya. Selain sebagai rujukan penyakit infeksi nasional, rumah sakit ini menjadi tempat kajian penyakit infeksi yang hasilnya dijadikan sebagai rekomendasi kebijakan pemerintah dan pedoman nasional.

"RSPI Sulianti Saroso adalah salah satu tempat di Indonesia yang melakukan riset penyakit infeksi terintegrasi pelayanan di Indonesia," kata Dirut RSPI Sulianti Saroso, Mohammad Syahril.




Indonesia Siapkan Gender Budget sebagai Tindak Lanjut Agenda CSW-68 New York tentang Pemberdayaan Perempuan & Pengentasan Kemiskinan

Sebelumnya

Nuzul Quran Masjid Al Hidayah: Quran dan Ibu sebagai Petunjuk Awal dan Madrasah Pertama Anak

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Women