Para siswa Santi Rama yang cakap memperhatikan pemaparan/Farah
Para siswa Santi Rama yang cakap memperhatikan pemaparan/Farah
KOMENTAR

KANTOR redaksi Farah.id kehadiran tamu istimewa pada Rabu pagi (20/11). Sebanyak 16 orang siswa Sekolah Luar Biasa (SLB) Santi Rama berkunjung untuk melihat dan belajar proses pembuatan berita.

Kedatangan para siswa disambut hangat oleh Editor in Chief Farah.id, Teguh Santosa dan Deputy Editor in Chief Farah.id, Intansari Fitri di kantor redaksi yang bertempat di lantai 1 Gedung Priamanaya, Jalan Proklamasi 53, Menteng, Jakarta Pusat.

Sesekali mengangguk-angguk dengan penuh semangat, para siswa cakap memperhatikan pemaparan Redaktur Farah.id, Reni Erina. Erin, sapaan Reni didampingi oleh seorang guru yang bertugas untuk menerjemahkan pemaparan dengan bahasa isyarat.

Dalam kesempatan itu, Erin menjelaskan, ada banyak hal yang bisa dilakukan oleh para siswa saat ini atau ketika dewasa nanti, salah satunya adalah dengan menulis, khususnya menulis berita.

"Menulis itu seperti terapi jiwa karena bisa mengungkapkan isi hati, menghibur, dan orang bisa tahu apa yang ada dalam isi hati kita," papar Erin kepada para siswa.

"Apakah di sini ada yang suka menulis?" sambungnya bertanya pada para siswa yang kompak datang dengan mengenakan baju seragam batik warna coklat.

Seketika dua orang siswa langsung mengangkat tangan.

"Saya suka menulis komik," ujar Rama.

"Saya suka menulis cerita pendek,” sergah Najwa yang tidak mau kalah dengan Rama.

Dengan suasana penuh canda tapi serius, para siswa satu per satu kemudian mulai bercerita mengenai hobi yang mereka miliki. Cerita disampaikan dengan pengucapan secara perlahan-lahan dan nada tegas.

Mereka juga secara aktif bertanya mengenai proses menulis dari awal hingga bagaimana sebuah tulisan dapat dimuat dalam suatu majalah atau situs berita.

Untuk mengapresiasi para siswa yang berani bertanya, Erin dan Teguh Santosa kemudian memberikan 4 buah novel karyanya untuk memberikan motivasi bagi para siswa agar bisa terus menekuni hobi dan bisa sukses di bidang yang mereka gemari.

"Apapun hobi kalian, asal kalian tekun, tidak patah semangat, kalian bisa sukses dengan yang kalian gemari," ujar Erin menyemangati.

Santi Rama sendiri adalah sebuah yayasan yang didirikan oleh istri dari Jenderal Besar TNI (Purn) A.H. Nasution, JS Nasution pada 5 September 1970.

Yayasan ini memiliki fokus untuk usaha rehabilitasi anak tunarungu. Santi Rama menjadi badan pertama di Indonesia yang memberi pelayanan intervensi dan rehabilitasi dini bagi anak tunarungu pada usia balita.(Sarah Meiliana Gunawan/F)




Rakerkesnas 2024, Presiden: Indonesia Harus Bisa Manfaatkan Bonus Demografi

Sebelumnya

Tak Lagi Berstatus Ibu Kota, Jakarta Siap Melesat Jadi Pusat Perdagangan Dunia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News