Badak/Net
Badak/Net
KOMENTAR

SEKELOMPOK ilmuan dari Universitas Oxford di Inggris tengah mengembangkan cula badak palsu dengan menggunakan rambut kuda. Langkah ini merupakan upaya untuk menciptakan cula palsu yang kredibel untuk membanjiri pasar dan mengurangi permintaan cula badak asli serta melindungi badak.

Mereka tengah mengembangkan upaya menciptakan tanduk sintetis dengan mengikat rambut kuda, menempelkannya bersama-sama dengan matriks sutra yang diregenerasi untuk meniru sifat kolagen dari tanduk badak asli.

Cula badak sendiri hingga saat ini masih menjadi daya tarik bagi para pemburu. Pasalnya, di pasara gelap, cula badak kerap diperdagangkan untuk sejumlah tujuan. Selain untuk hiasan, cula badak juga dipercaya dapat menyembuhkan masalah kesehatan, seperti kanker.

Hal itulah yang menyebabkan perburuan badak terus menerus terjadi dan telah menyebabkan penurunan populasi badak dunia. Menurut data dari konservasi Save the Rhino, 892 badak dibunuh di Afrika pada tahun 2018 saja.

Sementara itu, menurut World Wide Fund for Nature (WWF), saat ini diperkirakan hanya ada 20.000 badak putih, 5.000 badak hitam dan 3.500 badak satu tanduk yang lebih besar yang hidup. Selain itu, diperkirakan hanya ada kurang dari 80 badak Sumatra, dan kurang dari 68 badak Jawa yang saat ini masih hidup. Kedua jenis badak itu dianggap sebagai spesies yang terancam punah.

Perdagangan internasional atas cula badak sendiri sebenarnya telah dilarang sejak tahun 1977. Larangan itu diatur oleh Konvensi Perdagangan Internasional Spesies Fauna dan Flora Liar yang Terancam Punah (CITES). Tetapi, menurut kelompok Save the Rhino, masing-masing negara menentukan undang-undang mereka sendiri yang mengizinkan atau melarang penjualannya di dalam negeri.

Atas dasar itulah, para ilmuwan Oxford dalam jurnal terbaru yang dirilis awal bulan november ini mengungkapkan bahwa mereka telah mampu membuat sampel yang tampak seperti cula badak nyata. Mereka berharap, temuan mereka ke depannya bisa menjadi cula tiruan yang kredibel dan beredar di pasaran sehingga permintaan konsumen atas cula badak asli semakin musnah.

Para ilmuwan mengatakan bahwa studi analitik mereka menunjukkan bahwa tanduk bulu kuda palsu memiliki komposisi dan sifat yang mirip dengan tanduk alami, yang tumbuh dari jumbai rambut yang padat di hidung hewan.

"Tampaknya dari penyelidikan kami bahwa agak mudah dan murah untuk membuat bahan seperti tanduk bio-terinspirasi yang meniru bulu badak yang luar biasa mahal dari rambut hidung," kata salah seorang penulis penelitian, Profesor Fritz Vollrath, dari Departemen Oxford University of Oxford Zoologi dalam sebuah pernyataan.

"Kami menyerahkannya kepada orang lain untuk mengembangkan teknologi ini lebih lanjut dengan tujuan untuk membingungkan perdagangan, menekan harga dan dengan demikian mendukung konservasi badak," tambahnya seperti dimuat CNN.

Lebih lanjut Vollrath mengatakan, dengan menunjukkan betapa mudahnya cula badak palsu dapat dibuat, dia berharap calon konsumen akan berpikir dua kali untuk membeli cula badak dengan jumlah besar.

"Apa yang saya harapkan adalah bahwa cerita itu mengatakan bahwa cula badak bukanlah zat magis, itu adalah rambut, direkatkan dengan benda lengket yang keluar dari hidung. Tidak ada yang istimewa, tidak ada yang ajaib," kata Vollrath.




Rakerkesnas 2024, Presiden: Indonesia Harus Bisa Manfaatkan Bonus Demografi

Sebelumnya

Tak Lagi Berstatus Ibu Kota, Jakarta Siap Melesat Jadi Pusat Perdagangan Dunia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News