KOMENTAR

MEDIA Inggris The Guardian mengangkat artikel ‘Death by a Thousand Cuts’ : vast expanse of rainforest lost in 2018” ('Kematian Akibat Seribu Tebasan': Hamparan Luas Hutan Hujan yang Hilang pada 2018) yang diterbitkan pada 25 April 2019. Artikel tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara yang berhasil menurunkan deforestasi di tengah tren deforestasi dunia. Indonesia menjadi satu-satunya negara pemilik hutan hujan tropis yang mendapat apresiasi Internasional atas keberhasilannya menurunkan angka deforestasi.

Jika dibandingkan negara-negara pemilik hutan hujan tropis lain di dunia seperti Ghana, Pantai Gading, Papua Nugini, Angola, Suriname, Liberia, dan Kolombia, angka laju deforestasi Indonesia jauh lebih rendah, hal ini berdasarkan data presentase perubahan dari tahun 2017 ke tahun 2018. 

Berbagai upaya yang dilakukan KLHK terakhir ini menunjukkan hasil yang signifikan, seperti pengurangan hutan Indonesia. “Jika dilihat tren deforestasi berdasarkan data sebelumnya, maka tahun ini pengurangan hutan Indonesia relatif rendah dan cenderung stabil,” ujar Belinda Arunawati Margono, Direktur Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan, KLHK pada jumpa pers di Jakarta, (8/5).

Upaya pemerintah melalui KLHK yang signifikan mengurangi angka deforestasi adalah pemberlakuan Moratorium Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut melalui penerbitan Inpres Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut, kemudian Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan.

Upaya lainnya seperti Pengendalian Kerusakan Gambut, Pengendalian Perubahan Iklim, Pembatasan perubahan Alokasi Kawasan Hutan (HPK) untuk sektor non kehutanan, Penyelesaian Penguasaan Tanah dalam Kawasan Hutan (PPTKH/TORA), Pengelolaan Hutan lestari, Perhutanan Sosial, serta Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) juga memberikan penambahan dampak pada penurunan deforestasi.

Hasil pemantauan hutan Indonesia tahun 2018 menunjukkan bahwa, luas lahan berhutan adalah 93,5 juta ha, di mana 71,1% atau 85,6 juta ha berada di dalam kawasan hutan. Kemudian deforestasi netto tahun 2017 -2018 di dalam dan di luar kawasan hutan Indonesia sebesar 0,44 juta ha, yang berasal dari angka deforestasi bruto sebesar 0,49 juta ha, dengan dikurangi reforestasi sebesar 0,05 juta ha. Luas deforestasi tertinggi terjadi di kelas hutan sekunder, yaitu 0,3 juta ha, di mana 51,8% atau 0,16 juta ha berada di dalam kawasan hutan, dan sisanya seluas 0,15 juta ha di luar kawasan hutan.

"Angka yang keluar terkait data kawasan hutan itu berasal dari sistem monitoring hutan (SIMONTANA) yang dibangun KLHK yang sangat baik dalam memberikan data-data yang akurat, konsisten dan terpercaya. Sistem SIMONTANA ini tidak hanya memantau hutan yang didalam kawasan hutan tetapi di seluruh daratan di Indonesia," lanjut Belinda.

Keberhasilan ini hendaknya disyukuri oleh bangsa Indonesia, dan semoga dapat menjadi contoh bagi negara lain untuk melakukan pengelolaan hutan yang baik, sehingga pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat seiring dengan kelestarian hutan dan lingkungan.




Banjir Bandang Lahar Dingin Terjang Sejumlah Wilayah Sekitar Gunung Marapi Sumbar, BNPB: Masyarakat Harus Waspada Bahaya Susulan

Sebelumnya

Jemaah Haji Tak Boleh Melepas Gelang dan Kalung Identitas Selama di Tanah Suci, Ini Alasannya

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News