INDONESIAEvent Indonesia International Modest Fashion (IN2MOTION) Fest hadir sebagai platform inspiratif bagi para desainer dan kreator fashion untuk mengekspresikan kreativitas sekaligus memperluas peluang di industri modest fashion yang terus berkembang.
Tak hanya menampilkan karya dari desainer-desainer hebat Indonesia, tetapi juga memberikan kesempatan bagi pengunjung untuk mengenal dan memahami industri modest fashion secara lebih mendalam.
Talkshow edukatif hadir dengan tema “ETHICS IN MOTION : Designing Authentic Sustainability in Modest Fashion” yang membahas proses praktik keberlanjutan yang autentik dalam industri busana sederhana. Sesi ini menghadirkan pembicara Tjok Istri Ratna CS, Ketua Program Studi Desain Mode ISI Bali dan Ketua Perkumpulan Program studi Desain Mode Indonesia (IMODEA); Irmasari Joedawinata, Wakil Ketua Umum bidang Ekonomi Kreatif di Kamar Dagang & Industri (KADIN) Kepulauan Riau; serta Indina Putri Fadjar, Deputy product development / Sustainable fashion IFC.
Talkshow ini menjadi ruang penting untuk menggali pemahaman tentang authentic sustainability—keberlanjutan yang benar-benar diterapkan secara menyeluruh, bukan hanya sebagai jargon pemasaran.
Eco Fashion Berbasis Wastra Nusantara oleh Tjok Istri Ratna C.S
Tjok Istri Ratna membuka sesi dengan membagikan pengalamannya meneliti wastra-wastra kuno Nusantara, salah satunya Wastra Bebali. Ia mengulas bagaimana sejarah dan filosofi yang terkandung di dalam kain-kain tradisional tersebut menjadi dasar kuat bagi eksplorasi kreatifnya.
Pada kesempatan ini pula, ia memperkenalkan koleksinya yang bertajuk "Tutur Bumi", sebuah karya eco fashion berkelanjutan yang berakar kuat pada tradisi sandang Indonesia. Koleksi ini menghidupkan kembali kekayaan wastra Nusantara dalam bentuk yang lebih modern dan relevan dengan zaman sekarang.
Seluruh karya dalam koleksi ini menggunakan bahan alami asli Indonesia. Salah satu karyanya yang diberi nama Rawikara, dibuat menggunakan kain calico berbahan 100% katun serta memanfaatkan limbah teh sebagai pewarna alami. Proses ini tidak hanya menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan, tetapi juga mencerminkan inovasi berbasis lokal.
Pendekatannya ini menunjukkan bagaimana keberlanjutan dapat berjalan berdampingan dengan kearifan lokal.
Ketahanan Sandang dan Rantai Pasok yang Adil
Mewakili perspektif industri dan ekonomi kreatif, Indina Putri Fadjar menekankan pentingnya ketahanan sandang sebagai isu strategis yang perlu disetarakan dengan ketahanan pangan. Sebagai Wakil Ketua Umum KADIN Kepri, ia melihat langsung bagaimana rantai pasok lokal masih menghadapi berbagai tantangan struktural, mulai dari keterbatasan bahan baku, kapasitas produksi, hingga kesenjangan teknologi dan pelatihan di kalangan pelaku UMKM.
Indina juga menegaskan bahwa keberlanjutan harus dibangun sebagai ekosistem yang saling terhubung, mencakup ketersediaan bahan baku lokal, kemandirian produksi, dan penguatan kapasitas pelaku usaha agar mampu bersaing di pasar global.
Menurutnya, hal ini tentu memerlukan dukungan berbagai pihak, termasuk pemerintah dan komunitas fashion seperti Indonesian Fashion Chamber (IFC), untuk secara aktif memberikan pelatihan dan mendorong pengembangan potensi industri kreatif di seluruh Indonesia.
Lebih jauh, Indina menyampaikan bahwa keberlanjutan seharusnya tidak hanya menjadi program perusahaan atau pelaku usaha, tetapi juga menjadi budaya kolektif yang tumbuh di tengah masyarakat. Ia percaya bahwa jika prinsip ini dijalankan secara kolaboratif, akan tercipta gerakan komunitas yang mampu menciptakan dampak lebih luas dan berkelanjutan.
“Sustainability is the way of life and become to be a lifestyle,” ujarnya.
Pentingnya Transparansi dalam Praktik Keberlanjutan
Menutup sesi ini, Irmasari Joedawinata mengangkat isu yang sering terlewatkan namun sangat krusial dalam praktik keberlanjutan: greenwashing. Ia menjelaskan bahwa banyak perusahaan menggunakan klaim “ramah lingkungan” tanpa benar-benar menerapkannya secara menyeluruh, baik dari segi bahan baku, sistem produksi, maupun dampaknya terhadap pekerja dan masyarakat.
Greenwashing adalah bentuk ketidakjujuran dan ketidakterbukaan informasi yang dilakukan oleh perusahaan. Biasanya, perusahaan melebih-lebihkan atau menyembunyikan fakta dari publik, sehingga menciptakan persepsi seolah-olah mereka menjalankan praktik hijau secara menyeluruh—padahal kenyataannya tidak demikian.
Irma menekankan pentingnya edukasi tentang praktik ini, khususnya bagi para pelaku industri. Menurutnya, masih banyak pelaku usaha yang belum mengetahui atau memahami secara menyeluruh asal-usul dan proses produksi bahan baku yang mereka gunakan.
“Kadang-kadang, tuh, mungkin [para] pelaku [usaha] ada yang tidak mengerti [tentang asal bahan dasar tersebut],” pungkas Irma.
Oleh karena itu, kesadaran akan praktik greenwashing perlu ditumbuhkan di seluruh lapisan industri fashion. Irma juga mengajak semua pihak untuk lebih bertanggung jawab, mulai dari memastikan transparansi bahan baku, memperhatikan kesejahteraan pekerja, hingga menerapkan prinsip zero waste dalam kegiatan produksi.
Talkshow ini menyatukan tiga perspektif yang saling melengkapi: kreativitas berbasis budaya, penguatan ekonomi lokal, dan pengawasan etika industri. Ketiganya menggarisbawahi satu hal penting: bahwa keberlanjutan bukan hanya tren, melainkan cara hidup yang membutuhkan kolaborasi serta kesadaran kolektif.
KOMENTAR ANDA