BRIGITTE Marie-Claude Macron adalah sosok yang membuktikan bahwa cinta, keyakinan, dan keteguhan hati mampu mengatasi batas usia, norma sosial, bahkan kontroversi publik. Ibu Negara Prancis ini lahir pada 13 April 1953 dan mengawali karier sebagai guru sastra dan pembina klub drama di sebuah sekolah Katolik di Amiens, Prancis. Dari ruang kelas itulah kisah hidupnya berubah—ia bertemu Emmanuel Macron, murid brilian berusia 15 tahun yang kelak menjadi Presiden Prancis.
Namun, kisah Brigitte bukan semata tentang romansa. Sejak menjadi Ibu Negara pada 2017, Brigitte Macron mengambil peran aktif dalam berbagai inisiatif sosial. Ia memperjuangkan isu-isu penting seperti pemberantasan perundungan di sekolah, pendidikan inklusif, dan hak penyandang disabilitas. Ia dikenal tidak hanya mendampingi Presiden di acara-acara kenegaraan, tetapi juga turun langsung dalam proyek-proyek sosial yang menyentuh masyarakat luas.
Dedikasinya paling menonjol ketika pada 2019, ia mendirikan Institut des Vocations pour l'Emploi, sebuah program pelatihan kerja dan pemberdayaan bagi orang dewasa muda yang putus sekolah atau belum mendapatkan pekerjaan. Brigitte percaya bahwa setiap orang, terutama generasi muda, berhak mendapatkan kesempatan kedua untuk membangun masa depan yang lebih baik.
Meski tak memiliki posisi resmi dalam pemerintahan, peran Brigitte sangat signifikan. Emmanuel menyebut istrinya sebagai “jangkar” hidupnya—penyampai kebenaran dan penyeimbang emosi di tengah tekanan sebagai kepala negara.
“Akses terhadap kebenaran adalah salah satu tantangan terbesar,” ungkap Macron dalam sebuah wawancara dengan CNN. “Brigitte mencintai saya apa adanya, bukan karena jabatan.”
Brigitte juga dikenal dengan gaya busana khas Parisian chic—elegan, modern, dan berkelas—namun selalu mencerminkan kesederhanaan dan kepercayaan diri. Tak jarang, Brigitte tampil dalam balutan karya rumah mode ternama seperti Louis Vuitton dan Dior yang mencerminkan kepercayaan diri. Ia kerap menjadi pusat perhatian media mode dunia tanpa kehilangan identitas pribadinya.
Keteguhan hati Brigitte Macron dalam menghadapi tekanan publik, serta dedikasinya dalam memperjuangkan isu-isu sosial, menjadikannya panutan perempuan modern. Ia membuktikan bahwa keberanian mengikuti suara hati, dikombinasikan dengan semangat pengabdian, bisa mengubah stigma menjadi inspirasi.
KOMENTAR ANDA