FATMAWATI Rusdi bukan sekadar nama dalam panggung politik Sulawesi Selatan. Ia adalah simbol ketangguhan perempuan Indonesia yang menembus batas tradisi, menjadikan kepemimpinan sebagai ruang pengabdian, bukan sekadar prestise. Lahir di Parepare pada 9 Mei 1980, Fatma—begitu ia akrab disapa—tumbuh dalam lingkungan yang membentuknya menjadi sosok pekerja keras dan visioner.
Perjalanan pendidikannya, dari bangku SD di Sidenreng Rappang hingga meraih gelar S2 dari Universitas Jayabaya, mencerminkan semangat belajar tanpa henti. Sebelum terjun ke politik, ia memimpin PT Bayumas Jaya Mandiri Lines di Jakarta. Namun, panggilan untuk mengabdi kepada masyarakat membawanya ke Senayan sebagai Anggota Komisi V DPR RI. Selanjutnya, ia terpilih menjadi Wakil Wali Kota Makassar dan kini menjabat sebagai Wakil Gubernur Sulawesi Selatan periode 2025–2030.
Kiprah Fatmawati tidak hanya terlihat dari jabatan publiknya. Ia juga aktif dalam organisasi perempuan, sosial, dan keagamaan, seperti PKK, Dharma Wanita, dan INSA. Dedikasinya pun diakui lewat berbagai penghargaan, termasuk Influential in Female Leadership (2023) dan Perempuan Inspirator Bidang Sosial (2021).
Bagi Fatmawati, kepemimpinan perempuan bukan lagi cita-cita, tetapi kenyataan. “Perempuan hari ini tidak hanya menjadi pelengkap, tetapi penentu arah pembangunan,” ujarnya.
Ia mencatat bahwa Sulsel kini memiliki tiga kepala daerah perempuan, empat wakil kepala daerah perempuan, dan seorang Ketua DPRD perempuan.
Namun, Fatmawati tidak menutup mata terhadap kenyataan pahit: kekerasan terhadap perempuan dan anak masih terjadi di ruang yang seharusnya aman. Ia mendorong korban untuk bersuara, memanfaatkan layanan seperti UPTD PPA dan PUSPAGA. “Kita tidak bisa membiarkan korban menghadapi ini sendirian. Edukasi adalah fondasi, keberanian adalah kunci,” tegasnya dalam Rapat Konsolidasi dan Koordinasi Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) Sulsel di Auditorium KH Muhyiddin Zain, Universitas Islam Makassar, Sabtu (24/5/2025).
Fatmawati Rusdi adalah gambaran nyata bahwa ketika perempuan diberi ruang, mereka tak hanya mampu memimpin, tapi juga membawa perubahan. Ia adalah suara yang menggerakkan, dan cahaya yang menuntun jalan perempuan lainnya untuk bangkit dan bersinar.
KOMENTAR ANDA