Bukan dari laut, garam hitam Papua berasal dari pelepah nipah. Pelepah nipah dibakar untuk menghasilkan garam yang baik bagi kesehatan, antikanker dan antikolestero. Garam ini sudah diakui dunia/Net
Bukan dari laut, garam hitam Papua berasal dari pelepah nipah. Pelepah nipah dibakar untuk menghasilkan garam yang baik bagi kesehatan, antikanker dan antikolestero. Garam ini sudah diakui dunia/Net
KOMENTAR

GARAM selalu menjadi bumbu masak yang tidak pernah dilewatkan saat mengolah makanan. Tanpa garam, dipastikan masakan Bunda terasa hambar, tidak gurih dan nikmat. Garam menjadi bagian terpenting dalam sebuah masakan.

Garam pada umumnya berwarna putih dan terbuat dari penyulingan air laut. Tapi, pernahkah Bunda melihat garam khas Papua? Ya, garam Papua berwarna hitam dan terbuat dari pelepah nipah. Tanaman nipah biasanya tumbuh di ekosistem mangrove.

Cara membuat garam nipah cukup unik dan memerlukan proses yang panjang. Awalnya, pelepah nipah yang sudah dipotong disebar di atas tikar dan dijemur selama 3-4 hari. Setelah kering, pelepah tersebut dibakar dan abunya direndam dengan air bersih selama sehari semalam agar hasilnya maksimal.

Kemudian, air hasil rendaman yang sudah mulai menunjukkan rasa asin itu disebut dalam wadah hingga kering menjadi kerak dan muncul zat padat garam. Jika sudah kering, garam hitam yang ada di dasar panci tinggal dikeruk dari tempat perebusan supaya menghasilkan garam halus.

Nantinya, gumpalan garam tersebut dibungkus dengan daun nipah untuk disimpan atau dijual eceran.

Antikolesterol dan antikanker

Nipah kaya protein, kalium dan magnesium. Dari situlah kemudian garam nipah dipercaya bisa menurunkan darah tinggi dan menekan kolesterol serta memiliki zat antikanker.

Sampai saat ini, masih belum banyak orang yang mmeproduksi dan menjualnya di pasaran. Di Indonesia, garam nipah baru dikembangkan di Papua dan Jambi.

Mendapat penghargaan dunia

Keunikan garam nipah Papua sempat mendapatkan penghargaan dari panggung dunia. Tepatnya pada 208, garam nipah Papua mendapatkan penghargaan Salon International de I’Alimentation (SIAL) Innovation Award. Ini adalah garam dari tanaman yang pertama mendapatkan pengakuan di tingkat internasional. Proses kurasinya dilakukan oleh perwakilan asosiasi chef Perancis.

Adalah helianti Hilman, perintis PT Kampung Kearifan Indonesia atau yang dikenal dengan Javara, yang mengubah stigma pangan dari pedesaan menjadi komoditas bernilai tinggi saat diekspor.

Menurutnya, ini hanya sebuah langkah kecil namun sekaligus menegaskan bahwa hutan Indonesia menyimpan kekayaan keanekaragaman hayati yang luar biasa dan memiliki potensi ekonomi yang bisa dikelola secara berkelanjutan tanpa mengubah bentuknya.




Bali Tawarkan Pariwisata Baru Kolaborasi Seni, Budaya, dan Inovasi

Sebelumnya

Festival Balon Udara 2024 di Wonosobo, Suguhkan Langit Cappadocia Khas Indonesia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Horizon