Para pembicara yang hadir dalam kick off Water Stewardship di Masjid Istiqlal Jakarta, beberapa hari lalu/Ist
Para pembicara yang hadir dalam kick off Water Stewardship di Masjid Istiqlal Jakarta, beberapa hari lalu/Ist
KOMENTAR

UNILEVER secara resmi telah memulai program Water Stewardship di lingkungan masjid. Program ini berupa dukungan penerapan teknologi dan infrastruktur tata Kelola air dan edukasi masyarakat untuk memulai kebiasaan menggunakan air dengan lebih bijak.

Berkolaborasi dengan Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia (SIL UI), program ini rencananya akan diimplementasikan di empat masjid di wilayah Jakarta, Depok, dan Bekasi, sebagai pilot project.

Masjid tersebut adalah Masjid Arief Rahman Hakim (UI Salemba), Masjid Ukhuwah Islamiyah (UI Depok), Masjid Agung At-Tin, dan Masjid Istiqlal.

“Sejalan dengan salah satu pilar strategi global The Unilever Compass, yaitu membangun planet yang lebih lestari, Unilever ikut berkontribusi dalam mengatasi krisis air bersih yang dihadapi dunia, termasuk Indonesia,” kata Nurdiana Darus, Direktur dan Sekretaris Perusahaan PT Unilever Indonesia, Tbk.

Masjid adalah salah satu fasilitas umum yang banyak dikunjungi dan menggunakan air bersih Dalam jumlah yang cukup tinggi. Di balik fakta ini, Unilever Indonesia percaya bahwa masjid juga memiliki potensi yang sangat besar untuk memulai dan menyebarluaskan edukasi kebiasaan baik Dalam menghemat dan memanfaatkan air bersih.

“Islam sendiri menganjurkan umatnya untuk tidak berlebihan, termasuk Dalam memanfaatkan air. Contohnya Dalam berwudhu, Rasulullah mengajarkan untuk berwudhu dengan sangat hemat, yaitu sebanyak 1 mud saja atau setara dengan cakupan dua telapak tangan dewasa dalam 1 kali wudhu. Tentu ajaran ini sangat relevan dengan krisis air bersih yang terjadi saat ini. Oleh karena itu, teladan dan bijak dalam menggunakan air bersih selayaknya dimulai dari masjid,” ujar Prof Dr KH Nasaruddin Umar, MA, Imam Besar Masjid Istiqlal.

Sementara itu, Dosen SIL UI Dr Hayati Sari Hasibuan, ST MT menjelaskan, menurut data yang terkumpul dari empat masjid di atas, rata-rata volume air yang terbuang sebanyak 6000 sampai 58000 liter per hari. Seluruhnya merupakan grey water (air limbah non-industri) yang sebenarnya sangat potensial untuk diolah kembali, salah satunya lewat teknologi water recycling.

“Upaya pengelolaan air lainnya adalah melalui system pemanenan air hujan yang melibatkan penampungan dan beberapa tahapan filterisasi. Dengan begitu, air hujan dapat digunakan sebagai bahan baku dengan atau tanpa pengolahan lebih lanjut, karena relatif lebih bersih,” demikian Hayati.




Universitas Mercu Buana Sumbang Dua Sumur Resapan di Masjid At Tabayyun

Sebelumnya

Didukung Jago Syariah, Halal Fair 2024 Siap Melejitkan Pasar Produk Halal Yogyakarta

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel C&E