Solihah menyuarakan pentingnya akses sanitasi yang inklusif untuk seluruh anak termasuk anak penyandang disabilitas/ist
Solihah menyuarakan pentingnya akses sanitasi yang inklusif untuk seluruh anak termasuk anak penyandang disabilitas/ist
KOMENTAR

REMAJA perempuan asal NTB, Solihah, hadir sebagai satu dari 150 delegasi Plan International pada konferensi terbesar untuk hak perempuan atau Women Deliver 2023 di Kigali, Rwanda, Afrika. 

Kegiatan ini berlangsung dari 17 Juli hingga 20 Juli 2023 kemarin, untuk mewakili komunitas tuli di sekolahnya di Kota Mataram.  

Di hadapan para delegasi, Solihah menyuarakan pentingnya akses sanitasi yang inklusif untuk seluruh anak termasuk anak penyandang disabilitas. Secara spesifik, ia menyampaikan pentingnya informasi dan dukungan bagi remaja perempuan tentang manajemen kebersihan dan kesehatan menstruasi (MKM) yang masih menjadi masalah.

“Dulu kami bingung dan khawatir jika sedang menstruasi sampai harus pulang sekolah atau malah tidak boleh bersekolah sama sekali," katanya dalam keterangannya, Jumat (21/7).

Dia mengaku sejak adanya edukasi tentang kebersihan dan kesehatan menstruasi oleh Plan Indonesia di sekolah, serta fasilitas pendukung yang inklusif, dirinya bersama teman wanita lainya begitu nyaman melanjutkan belajar saat sedang menstruasi. 

"Akses toilet di sekolah sekarang sudah inklusif untuk penyandang disabilitas disertai berbagai informasi dan fasilitas pendukung untuk remaja perempuan yang menstruasi,” ujar Solihah.

Informasi dan fasilitas sanitasi yang inklusif untuk seluruh anak termasuk anak penyandang disabilitas menjadi poin penting yang didiskusikan di forum ini. 

Di Indonesia faktanya, ada lebih dari 2200 sekolah berkebutuhan khusus dengan lebih dari 133 ribu peserta didik. Namun informasi dan fasilitasi sanitasi termasuk manajemen kebersihan dan kesehatan menstruasi (MKM) masih belum merata dan inklusif bahkan di sekolah berkebutuhan khusus sekalipun. 

Temuan dari riset Plan Indonesia bersama The SMERU Research Institute di tiga provinsi di Indonesia pada 2018 menunjukkan sekolah yang memiliki toilet dengan fasilitas MKM masih sedikit, di NTB dan NTB hanya ada sekitar 21%. 

Riset ini menunjukkan topik seputar menstruasi masih tabu dibicarakan di sekolah, di ranah publik dan di luar keluarga. Kalaupun ada pembicaraan hanya di kalangan perempuan. Selain itu, masih ada mitos-mitos terkait larangan terkait menstruasi, seperti tidak boleh memasak dan membuat kue, tidak boleh Bertani dan berkebun, serta mitos larangan-larangan lainnya.




Rakerkesnas 2024, Presiden: Indonesia Harus Bisa Manfaatkan Bonus Demografi

Sebelumnya

Tak Lagi Berstatus Ibu Kota, Jakarta Siap Melesat Jadi Pusat Perdagangan Dunia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News