Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

BANYAK orang mengatakan diam adalah emas. Diam menjadi pilihan terbaik untuk membiarkan waktu membuktikan kebenaran.

Padahal, diam bukanlah jalan terbaik, terutama bagi orang-orang saleh.

"DAN peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya."

Ayat ke-25 surah Al-Anfal di atas seharusnya bisa mengingatkan kita tentang tanggung jawab manusia hidup di dunia. Ketika kita menyaksikan banyaknya kemungkaran, kemaksiatan, kemerosotan moral yang terjadi, kita memiliki tanggung jawab untuk bisa menyuarakan kebenaran.

Namun harus diingat, menyuarakan kebenaran bukan lantas kita mesti melakukan konfrontasi dan melibatkan banyak orang. Ada adab mengkritik dalam Islam, yaitu menyajikan dalil dan fakta serta dilakukan secara personal. Karena tujuannya adalah membenarkan kesalahan yang dilakukan orang tersebut, bukan membuka aib lalu merusak nama baik orang tersebut.

Orang yang saleh—memahami syariah Islam dengan baik—sejatinya tak akan sesumbar menjatuhkan harga diri orang lain. Orang yang saleh menyadari bahwa setiap manusia pasti mempunyai kelebihan, bahkan bisa jadi kelebihan itu lebih banyak dari kekurangannya.

Menyuarakan kebenaran juga bisa dilakukan dengan cara persuasif melalui kajian ilmu dan aktivitas positif. Melihat maraknya kemaksiatan di kampung tempat tinggal kita misalnya, kita bisa merangkul masyarakat perlahan-lahan untuk menjauh.

Kita mendekati mereka, mengajak mereka untuk berdiskusi santai penuh humor, sambil menyelipkan alasan-alasan mengapa kita akan jauh lebih bahagia bila tidak melakukan hal-hal yang dilarang Allah.

Kita bisa memberdayakan masyarakat untuk melakukan kreativitas yang menghasilkan secara ekonomi. Mengajak mereka melihat bukti nyata bahwa Allah Maha Pengasih, bahwa Dia memberikan rezeki pada siapa pun yang mau bekerja di jalan yang halal.

Tegas membela kebenaran bukan berarti membenci orang yang berbuat durhaka kepada Allah. Yang terutama adalah menyampaikan perintah Allah, lewat dakwah lisan maupun tulisan. Harus ada aksi, meskipun hasil akhirnya tetap kita serahkan kepada Allah Swt.

Sebaliknya, diamnya orang saleh bisa menjadi berbahaya.

Ketika kemungkaran kian merajalela, namun orang saleh lebih memilih mengunci mulut rapat-rapat dan hanya meningkatkan kesalehan pribadinya melalui ibadah, ingatlah konsekuensi dari ayat ke-25 surah Al-Anfal di atas.

Bahwasanya Allah akan menimpakan bencana yang tak hanya dirasakan oleh orang-orang kafir atau mereka yang membangkang dari perintah Allah, tapi bencana itu juga dirasakan oleh para orang saleh.

Maka selagi kita hidup di dunia, janganlah pelit untuk membagikan kebaikan untuk sesama manusia.

Yang terpenting adalah menjaga kemurnian ajakan kita untuk semata mencari ridha Allah. Jangan melibatkan hal-hal yang membuat ajakan kita tampak seperti kita memuji kesalehan diri sendiri. Jangan pernah kita berpikir bahwa kita lebih saleh dari orang lain. Tapi berpikirlah bahwa inilah tanggung jawab kita sebagai khalifah di muka bumi.

Wallahu a'lam bishawab.

 

 

 




Menyikapi Toxic People Sesuai Anjuran Al-Qur’an

Sebelumnya

Ketika Maksiat dan Dosa Menjauhkan Kita dari Qiyamul Lail

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur