Pakaian tradisional adat Buton, Sulawesi Tenggara yang bernama “kombo” sekilas mirip dengan hanbok, pakaian tradisional masyarakat Korea/ Net
Pakaian tradisional adat Buton, Sulawesi Tenggara yang bernama “kombo” sekilas mirip dengan hanbok, pakaian tradisional masyarakat Korea/ Net
KOMENTAR

MENJADI bagian dari identitas budaya, pakaian adat tradisional daerah merupakan salah satu unsur kebudayaan yang tumbuh dan berkembang seiring dengan pertumbuhan suku bangsa.

Pakaian adat tradisional ini dalam kehidupan nyata mempunyai berbagai fungsi yang sesuai dengan pesan-pesan nilai budaya yang terkandung di dalamnya.

Pakaian tradisional adat Buton, Sulawesi Tenggara yang bernama “kombo” sekilas mirip dengan hanbok, pakaian tradisional masyarakat Korea.

Bagi masyarakat Buton, pakaian adat tradisional mempunyai makna istimewa. Masyarakat mengenakan pakaian adat tradisional dengan ciri-ciri atau spesifikasi tertentu seperti warna, bentuk, perhiasan, jumlah aksesoris yang digunakan, serta perlengkapan lainnya. Ciri tersebut menandakan tingkatan status sosial dalam kehidupan masyarakat Buton.

Baju kombo adalah pakaian kebesaran kaum wanita Buton. Bahan dari baju kombo terbuat dari kain satin dengan warna dasar warna-warni, yang dihiasi dengan manik-manik, benang berwarna yang biasanya terdiri dari benang emas atau benang perak, serta dihiasi berbagai macam perhiasan yang terbuat dari emas, perak, maupun kuningan.

Pakaian ini terdiri dari satu pasang, berupa baju atasan dan bawahan sarung yang disebut bia ogena (sarung besar). Untuk permukaan baju, dijahitkan rangkaian manik-manik dengan bentuk belah ketupat.

Pada setiap petak belah ketupat terdapat hiasan dari perak atau kuningan dengan motif tawana kapa (daun kapas), dan pada ujung daun kapas tersebut dijahitkan sekuntum bunga yang berdiri tegak.

Sarung yang dipakai sebagai kelengkapan pakaian kombo yang disebut bia ogena adalah sarung yang terdiri dari gabungan beberapa macam warna polos seperti merah, hitam, hijau, kuning, biru, dan putih yang dijahit secara bertingkat-tingkat. Artinya menunjukkan alam kejadian manusia dan jagad raya, bahwa proses kejadian manusia dan alam semesta diciptakan oleh Tuhan secara bertahap.

Pemakaian baju adat ini dibedakan dari jenis sarung yang dikenakan untuk bangsawan dan rakyat biasa. Para bangsawan mengenakan jenis sarung kumbea yang memiliki hiasan emas sedangkan jenis sarung bagi rakyat biasa tidak memiliki hiasan emas.

Cara pemakaian sarung inilah yang membuat baju adat kombo terlihat seperti hanbok atau baju adat rakyat Korea Selatan. Cara pakai yang menutupi bagian baju tersebut membuat pakaian adat ini terlihat unik dan menarik dengan balutan kain warna-warni yang cerah.

 

 

 

 

 

 

 




Belajar Teknik “Beauty Without Pain” dan Hands On Bersama dr. Reno Yonora

Sebelumnya

JMFW 2025 Hadirkan Karya Kreatif Siswa SMK dan Perguruan Tinggi Vokasi dari Padang Hingga Manokwari

Berikutnya

KOMENTAR ANDA