Dr. Muhammad Faisal, Executive Director Youth Laboratory Indonesia saat menjadi nara sumber dalam PROFESSIONAL WOMEN'S WEEK 2021 by NINA NUGROHO/ FARAH
Dr. Muhammad Faisal, Executive Director Youth Laboratory Indonesia saat menjadi nara sumber dalam PROFESSIONAL WOMEN'S WEEK 2021 by NINA NUGROHO/ FARAH
KOMENTAR

WEBINAR sesi kedua di hari ketiga PROFESSIONAL WOMEN'S WEEK 2021 by NINA NUGROHO bertema "Menyiapkan Anak-Anak agar Menjadi Generasi Pejuang" yang digelar Rabu (22/9/21) menghadirkan narasumber Dr. Muhammad Faisal, Executive Director Youth Laboratory Indonesia yang juga penulis buku Generasi Kembali ke Akar.

Dr. Faisal mengatakan wanita memiliki peran penting dalam menyiapkan anak-anaknya sebagai generasi pejuang.

Hal ini penting dilakukan lantaran dengan segala dinamika persaingan di dunia luar, anak-anak harus memiliki kecakapan untuk menghadapi kehidupan yang penuh tantangan di masa sekarang dan akan datang.

Sejatinya persiapan itu tidaklah rumit namun banyak orangtua yang salah kaprah.

“Orangtua sekarang khususnya para ibu, lebih menyiapkan anak-anaknya dengan skill ketimbang mempersiapkan watak yang kuat bagi anak-anaknya. Anak-anak kita saat ini mudah galau, mudah gelisah. Jadi sangat rentan mempunyai masalah kesehatan mental. Masalah kesehatan mental penting karena anak-anak ini hidup di tengah kehidupan yang  penuh persaingan. Setiap orang selalu membanding-bandingkan dirinya dengan diri orang lain,” kata Dr. Faisal.

Untuk itu Dr. Faisal mengingatkan para ibu agar tidak ikut-ikutan menjebak anak terjerumus ke dalam jurang. Ibu mesti mengapresiasi anak dengan pencapaian-pencapaian yang diperolehnya.

“Jangan terpengaruh dengan komparasi, karena anak kita tidak perlu diperbandingkan dengan orang lain. Tidak salah juga kalau orangtua memfasilitasi anaknya dengan berbagai les ini itu. Tapi jangan lupa mengasah anak dengan watak yang baik. Kalau ini kan, enggak ada tempat lesnya. Ada di dalam keluarganya sendiri, bagaimana keluarga membentuk watak si anak,” ujarnya.

Apabila watak yang baik sudah terbentuk, dengan sendirinya ilmu pengetahuan sebagai penunjang peningkatan skill tinggal mengikuti saja. "Setelah itu jangan lupa mengajarkan anak-anak kita menjadi pribadi yang pandai bersyukur," tegas Dr. Faisal.

Generasi Muda PascaPandemi Covid-19

Dr. Faisal menjelaskan tentang karakter generasi muda yang terbentuk berdasarkan critical moment yang terjadi dalam kehidupan mereka. Untuk saat ini, pandemi Covid-19 menjadi critical moment generasi muda di seluruh dunia yang membedakan mereka dari generasi lain.

Berdasarkan hasil survei yang Youth Lab lakukan pada tahun 2020 hingga awal tahun 2021, Dr. Faisal menemukan beberapa kegelisahan yang dirasakan anak muda saat ini mulai dari takut kehilangan pekerjaan, takut tidak mendapat jodoh, hingga takut pada ketidakpastian yang dibawa pandemi.

Generasi muda akan menjadi bonus demografi Indonesia hingga tahun 2040 karena jumlahnya bisa mencapai 70% dari total penduduk bangsa ini.

Bonus demografi ini bisa menjadi anugerah selama generasi muda Tanah Air tumbuh tangguh dan mampu bersaing di tengah percepatan teknologi di masa depan. Sebaliknya, bonus demografi itu bisa menjadi bencana apabila generasi muda banyak menghadapi masalah kesehatan mental dan justru berkonflik dengan generasi senior.

" Ada enam kunci yang menjadikan generasi Indonesia masa depan berdaya juang. Kehidupan sosial, integritas akhlak, literasi Indonesia yang lebih mendalam, pehamanan tentang kebhinekaan, tidak mudah menyerah dan memiliki pemikiran positif tentang diri sendiri, serta mindfulness—bisa mencapai ketenangan batin meski sendirian," tegas Dr. Faisal.




Pengabdian Masyarakat Prodi Psikologi Universitas Binawan: Gelar Skrining dan Edukasi Kesehatan Mental Remaja di MA As-Syafi’iyah 01 Jakarta

Sebelumnya

“Reparasi” Pakaian Mengurangi Limbah Fesyen di Fashion Revolution Week Sejauh Mata Memandang

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel C&E