Orangtua harus memiliki ilmu yang mumpuni tentang bagaimana menjadikan anak mandiri sesuai usianya/ Net
Orangtua harus memiliki ilmu yang mumpuni tentang bagaimana menjadikan anak mandiri sesuai usianya/ Net
KOMENTAR

MEMBENTUK anak yang mandiri memerlukan waktu yang tidak sebentar. Perlu proses panjang hingga akhirnya anak tumbuh menjadi mandiri sesuai usianya.

Dalam perjalanan membentuk anak mandiri, pasti ada beberapa kendala yang datangnya tidak hanya pada diri si anak, namun juga dari lingkungan sekitar. Salah satunya adalah campur tangan dari banyak pihak, sehingga anak bingung mau mengikuti yang mana.

Namun menurut Psikolog Anak Sarra Risman, kegagalan membentuk anak mandiri lebih sering datang dari orangtua itu sendiri. Karenanya orangtua harus memiliki ilmu yang mumpuni tentang bagaimana menjadikan anak mandiri sesuai usianya.

"Orangtua itu tidak hanya berperan sebagai petani, tapi bisa juga menjadi hama. Ya, hama kemandirian yang pada akhirnya gagal menumbuhkan biji menjadi pohon yang berbuah lebat," kata psikolog lulusan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta ini.

Ada empat hal yang memicu orangtua menjadi hama kemandirian, yaitu:

1. Kasihan
Sebagai orangtua, rasa kasihan melihat anak mengerjakan sesuatu sendiri kadang sering muncul.

Misalnya, anak usia 3 tahun seharusnya sudah bisa tidur di kamar sendiri. Tapi ada kalanya baik ibu maupun ayah tidak tega membiarkan si kecil tidur sendiri.

"Di sini orangtua harus konsisten, harus punya rasa tega nggak tega. Biarkan saja anak tidur sendiri, toh di usia 3 tahun memang baiknya anak sudah tidur di kamar yang terpisah dengan orangtuanya," tegas Sarra.

2. Buru-buru
Hama kemandirian selanjutnya adalah rasa ingin buru-buru yang tidak bisa dikendalikan.

"Biasanya nih ibu-ibu pengennya yang instan. Mau pergi, anaknya pakai sepatu sendiri. Karena masih belajar dan tangannya juga kecil, pakai sepatunya lama. Gemes lihat anak pakai sepatu lama, akhirnya dibantuin. Itu yang salah," ujarnya.

Anak, lanjut Sarra, butuh proses untuk mencapai kemandiriannya. Seperti halnya orangtua, butuh waktu untuk membuat anak menjadi terbiasa melakukan tanggung jawabnya.

3. Mau rapih
Tidak hanya buru-buru, ibu juga maunya rapih, sementara anak lagi-lagi memerlukan proses.

Misalnya saat melatih anak untuk makan sendiri. Berantakan, nasi bertebaran di lantai, adalah hal yang biasa. Selesai makan, ada baiknya mengajarkan anak untuk merapihkan sisa makanan yang ada di lantai.

"Tapi ini tidak. Karena maunya rumah selalu rapih, akhirnya anak disuapi, tidak jadi dilatih untuk makan sendiri," katanya.

4. Banyak tangan
Ibu merasa tidak sanggup untuk mendidik anak mandiri seorang diri. Kemudian minta bantuan kepada ayah atau nenek/kakeknya.

Sementara, pola pengasuhan ayah, nenek/kakek berbeda dengan ibu. Akhirnya anak bingung harus mengikuti pola pengasuhan yang mana. Tentunya yang diikuti adalah yang membuat anak merasa nyaman.




Jadilah Sahabat Terbaik Anak

Sebelumnya

Mengajarkan Adab kepada Anak Seperti Pesan Buya Hamka

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Parenting