CEO Speak Project Sandika, Perwakilan Kemenpora Bapak Imam Gunawan dan Bapak Rasyid, COO Speak Project Riri/ FARAH
CEO Speak Project Sandika, Perwakilan Kemenpora Bapak Imam Gunawan dan Bapak Rasyid, COO Speak Project Riri/ FARAH
KOMENTAR

MENGINJAK tahun kedua, Speak Project mengumumkan dibukanya kembali kelas Speak Disability Academy (SDA). Program pelatihan ini dikhususkan untuk orang-orang dengan kebutuhan khusus. Tujuannya, meningkatkan keterampilan sekaligus memberi akses peluang pekerjaan, utamanya di bidang komunikasi.

"Disabilitas selama ini selalu menjadi isu penting, namun tidak banyak orang yang berkontribusi di dalamnya. Ada 7 konsep yang diusung oleh Speak Project, salah satunya minimnya wadah pelatiha. Bagi teman disabilitas. Mereka kebanyakan hanya dijadikan objek. Jadi kita punya konsep, bagaimana membuat mereka mandiri dan tidak bergantung pada bantuan orang lain," papar Sandika Dewi Rosalini, Founder dan CEO Speak Project dalam sambutannya saat Halal Bihalal dan Media Gathering di Max One Hotel, Hayam Wuruk, Jakarta, Minggu (13/6).

Speak Project, lanjut Sandika, merasa memiliki tanggung jawab moril. Dari situlah kemudian pada 2019 mereka membuat workshop untuk para tuli, tuna daksa dan netra, dan hasilnya sangat luar biasa.

Merasa terpacu, pada 2010 Sandika mengadakan kursus berkelanjutan selama 6 bulan, dengan maksud agar para penyandang disabilitas ini setelah mengikutinya dapat menghasilkan uang dari keahlian berbicaranya. Dan ternyata, beberapa lulusan Speak Disability Academy banyak yang menjadi MC, public speaker, ataupun poadcaster.

"Orang-orang dengan disabilitas memiliki akses terbatas terhadap pekerjaan. Mereka sering ditempatkan pada pekerjaan yang tidak memerlukan keterampilan khusus, sehingga mendapat upah yang rendah. Padahal teman-teman disabilitas punya potensi yang sama jika diberi kesempatan untuk mengembangkan diri dan diberi ruang aktualisasi," ucap alumni UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.

Dalam halal bihalal ini, Speak Project juga menandatangi nota kerjasama dengan Union House, sebuah platform inklusi untuk meningkatkan keterampilan para penyandang disabilitas. Dengan kolaborasi ini diharapkan Speak Project dapat menjangkau lebih banyak teman-teman disabilitas dan memberikan dampak lebih besar.

"Kami melihat adanya visi yang sama antara Union House dan Speak Project dalam mensukung teman-teman disabilitas dalam mengasah bakat di bidang komunikasi. Kami percaya, mereka bisa menjadi ahli pemasaran, MC, dan pebisnis hebat, tak kalah dengan teman-teman yang tidak memiliki disabilitas," ujar Cristy Natalia, Founder Union House, yang juga alumni Speak Project.

Berbicara tentang SDA, program yang telah dijalankan sejak tahun lalu ini berhasil melahirkan teman-teman disabilitas yang cakap dan terampil berkomunikasi. Batch pertama dijalankan selama 6 bulan dan diikuti oleh 18 peserta. Materi yang disampaikan berupa pelatihan publik speaking and master of ceremony.

SDA menyasar penyandang disabilitas usia 17-35 tahun. Pendaftaran akan dibuka pada Juli mendatang dengan detil tata cara dan persyaratan akan diumumkan melalui medsos Speak Project dan Union House.

Speak Project sendiri selama lima tahun ini sudah menunjukkan pencapaian luar biasa. Mereka ditunjuk sebagai Mitra Lembaga Pelatihan Resmi dalam Program Kartu Prakerja dan telah menjangkau lebih dari 13.000 peserta pelatihan.

 




ParagonCorp Gelar Kelulusan Women’s Space Bersama 10 Perempuan Penggerak di Jakarta

Sebelumnya

Universitas Mercu Buana Sumbang Dua Sumur Resapan di Masjid At Tabayyun

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel C&E