KOMENTAR

HIRUK pikuk kabar perselingkuhan itu justru membuat ngeri diri sendiri, karena semakin kita membuatnya heboh, ya bagaikan melempar bola ke tembok. Kian keras dilempar maka sederas itulah pantulannya akan kembali kepada diri kita.

Dan pertanyaannya, dapatkah sepanjang hayat ini kita memelihara diri sendiri agar tidak terjerumus ke jurang perselingkuhan yang menjijikkan itu?

Berat sekali menjawabnya.

Memang lebih gampang membicarakan perselingkuhan orang lain, apalagi kalau dia itu pesohor, yang begitu merdu menyanyikan lagu-lagu religi, yang jilbabnya demikian anggun, dan menjadi inspirasi berhijab bagi kalangan muslimah. Tapi kok sampai terjerat sama suami orang sih, mbak?

Makin tebal pengetahuan agama seseorang, justru kian berat godaan yang menerjangnya. Dan satu per satu pun berguguran di jalan dakwah.  

Apalagi kini, teknologi telah mendukung perselingkuhan itu dengan mudahnya. Terkadang kita dapat berasyik-masyuk dengan suami atau istri orang lain justru di ranjang pasangan sendiri. Kita pun hanyut dan kemudian mabuk bersama-sama di belantara imajinasi yang teramat liar.

Di ruang gelap hatinya manusia, tersembunyi sesuatu yang liar, dan terkadang menjerumuskan kepada hal-hal gila, tapi kok malah mengasyikkan. Dari sudut nan gulita itulah, ada yang memplesetkan, selingkuh adalah selingan indah keluarga utuh.

Indahnya dari mana coba?

Ungkapan liar itu sudah jelas sumbernya, dari sesuatu yang bersemayam di sudut yang teramat kelam tadi. Sesuatu yang mampu membolak-balikkan hati, menjadikan yang haram tampak indah, yang terkutuk malah memabukan.

Manusia ini makhluk yang gampang terjangkiti bosan. Betapa nikmatnya makan daging rendang, tetapi kalau seminggu makan itu terus, maka daging pun jadi membosankan dan melihatnya saja sudah eneg duluan.

Bagaimana dengan pernikahan yang telah menempuh bilangan tahun, belasan atau bahkan puluhan? Seluk beluk pasangan telah diketahui jelas di tiap incinya, tidak ada lagi misteri, tiada pula ringkuh, tak ada tersipu malu atau pun rasa penasaran tentang ini atau itu. Dan cobaan pernikahan itu hadir dalam bentuk yang menakutkan, yakni kebosanan.

Kemudian, begitu melirik halaman tetangga, alangkah indah rumput dan bunga-bunga di sana. Sebetulnya bukan suami tetangga yang ganteng atau istri orang lain yang cantik, melainkan kebosanan itu telah menjungkirbalikkan realita; tidak terlihat lagi fakta tentang pasangan yang setia, penyayang, taat beragama, rela berkorban, dengan keindahan lahir maupun batin.

Dan adalah Nabi Muhammad yang pernah menyingkap sisi gelap itu. Dalam Haji Wada, suatu peristiwa haji akbar yang demikian besar, terselip sebuah kejadian agung, yang jika diamalkan maka insyallah perselingkuhan itu akan terantisipasi:

Sebagaimana yang dikutip oleh Zaitunah Subhan dalam buku Al-Qur’an dan Perempuan, bahwa Rasulullah Saw. telah memperingatkan hal ini melalui riwayat Ibnu Abbas, “Fadl bin Abbas membonceng dengan Rasulullah pada waktu Haji Wada, maka datanglah perempuan dari (bangsa) Khatsam, maka mulailah Fadl melihat kepadanya dan dia (perempuan itu) mulai melihat kepadanya (Fadl) dan Nabi pun memalingkan muka Fadl ke arah lain.” (HR. Bukhari)      

Dalam bahasa Al-Qur’an, larangan zina disampaikan dengan cara yang unik. Surat Al-Isra' ayat 32, yang artinya, “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.”

Hamka dalam buku Tafsir Al-Azhar Jilid 8 menerangkan, disuruh kita menjauhinya karena kalau sudah dekat kepadanya, sangatlah sukar melepaskan diri. Sebab itu maka duduk berkhalwat dengan perempuan, sangatlah dilarang, kalau bukan dengan istri sendiri. Karena sudah berdekat, samalah artinya dengan mendekatkan minyak bensin dengan api menyala.

Sebab itu sebelum dia jadi dosa, yang mulai akan berat, jika kelihatan yang begitu, palingkanlah penglihatan kepada yang lain. Menurut pepatah Melayu juga, “Mata palingan Tuhan, hati palingan setan.”

Jangankan melakukan perbuatan zina, mendekatinya saja sudah diharamkan. Bagaimana dengan perselingkuhan? Ada yang mengatakan itu termasuk zina, minimalnya zina hati. Karena kita telah berasyik-masyuk dengan orang yang bukan pasangan sah, entah itu dalam kenyataan atau masih di dalam hati atau imajinasi.

Tetapi ada juga yang berpandangan perselingkuhan itu baru tergolong perbuatan yang mendekati zina. Kalau pun berpegang dengan pendapat ini, maka tetap saja terlarang dalam agama, karena yang demikian itu telah tergolong mendekatinya.

Sayyid Sabiq dalam buku Fikih Sunnah - Jilid 3 mengutip, Amir bin Rabiah meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Janganlah laki-laki berduaan dengan seorang perempuan yang tidak halal baginya, sebab yang menjadi ketiga adalah setan kecuali (jika ditemani) mahramnya.” (HR. Ahmad)  

Nah, mudah-mudahan sidang pembaca dapat menerka ya, apa yang tersembunyi di sudut gelap hati manusia itu.

 




Menyikapi Toxic People Sesuai Anjuran Al-Qur’an

Sebelumnya

Ketika Maksiat dan Dosa Menjauhkan Kita dari Qiyamul Lail

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur