Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

BANYAK orang penasaran tentang akibat Covid-19 di masa depan bagi mereka yang pernah dinyatakan positif terpapar Covid-19. Apakah mereka tidak diperbolehkan melakukan olahraga berat lagi? Apakah ada kerusakan paru-paru yang tidak bisa disembuhkan? Dan masih banyak pertanyaan lain seputar mitos atau fakta.

Satu hal yang harus menjadi perhatian utama bahwa Covid-19 adalah sesuatu yang baru. Banyak pengetahuan yang berkembang seputar Covid-19. Hal yang sekarang diyakini sebagai fakta, beberapa bulan lagi bisa berubah menjadi mitos. Begitu pun sebaliknya. Hal yang sekarang disebut mitos, nanti bisa saja menjadi fakta.

Melansir kanal YouTube lifestyleOne , berikut ini penjelasan DR. dr. Irsan Hasan Sp. PD-KGEH menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang berbagai risiko jangka panjang Covid-19.

Benarkah seseorang yang sudah sembuh dari Covid-19 dapat mengalami penciutan otot?

Jawaban: Terkait penciutan otot, untuk sekarang itu adalah fakta. Kemungkinan atrofi atau hipotrofi otot. Tapi perlu diperhatikan, otot menciut bukan karena virus melainkan saat dirawat (bed rest) lama, tiduran terus, otot tidak digunakan sehingga mengecil.

Sama halnya saat seseorang hobi angkat barbel atau nge-gym, otot membesar karena digunakan. Tapi jika didiamkan saja, otot akan mengecil. Itu juga yang terjadi pada pasien Covid-19. Dia tiduran, pakai ventilator, tidak bergerak, akhirnya otot mengecil. Pada saat sembuh, diperlukan latihan, diperlukan fisioterapi, untuk mengembalikan massa otot.

Setelah sembuh dari Covid-19, apakah seseorang harus terus minum obat pengencer darah?

Jawaban: Ini mitos. Di awal pandemi tahun lalu, semua orang berpikir Covid-19 ini murni penyakit paru-paru. Seiring waktu, didapat pengetahuan baru bahwa yang terkena bukan hanya paru-paru. Mekanisme atau kejadiannya bukan hanya soal rusaknya pernapasan.

Salah satunya, diketahui terjadi penggumpalan darah pada orang yang terkena Covid-19. Mereka inilah yang diberi obat anti-penggumpalan darah. Obat disuntikkan ke tubuh pasien agar darah tidak menggumpal hingga tidak menyumbat pembuluh darah.

Berita tentang hal tersebut kadang ditanggapi sebagai terjadi pengentalan darah, hingga mengharuskan seseorang minum obat pengencer darah. Padahal ini berbeda. Ini bukan pengentalan melainkan trombosis (penggumpalan).

Biasanya saat sembuh, penggumpalan darah ini akan berhenti. Jadi tidak perlu mengonsumsi obat pengencer darah untuk jangka panjang karena masalahnya sudah selesai.

Benarkah Covid-19 bisa menyebabkan penggumpalan darah yang bisa langsung menyebabkan serangan jantung?

Jawaban: Ternyata disadari efek Covid-19 tidak hanya pada paru-paru. Bisa ke jantung, otak, ginjal, hati, juga usus. Karena itu sekarang Covid-19 juga dikenal sebagai the great imitator (peniru ulung) karena bisa menyerang ke mana-mana. Salah satu efeknya bisa ke jantung dengan melalui berbagai mekanisme, termasuk penggumpalan darah. Sehingga didapatkan ada pasien Covid-19 dengan gangguan jantung.

Apakah setelah sembuh dari Covid-19 akan terbentuk jaringan parut pada paru-paru?

Jawaban: Ini fakta. Kita mengetahui bahwa salah satu cara mendeteksi Covid-19 adalah melalui CT scan. Saat di-scan, terlihat jaringan putih pada paru yang disebut GGO, kemudian berlanjut dengan fibrosis, yaitu pembentukan jaringan parut di paru. Dari pengamatan singkat selama ini, jaringan parut tersebut bisa tetap ada pada pasien yang sembuh dari Covid-19.

GGO atau ground-glass opacification/ opacity merupakan bercak atau bintik putih yang buram dan menggumpal. GGO menandakan adanya abnormalitas pada paru-paru.

Berapa lama hal itu akan terjadi, dan apakah jaringan parut bisa hilang atau akan ada selamanya? Berdasarkan pengalaman seperti pada penyakit SARS, MERS, dan sebagainya, ada orang yang fibrosisnya bisa bertahan berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, terutama jika fibrosisnya luas.

Sedangkan pada Covid-19, kita belum tahu. Tapi terbukti, walaupun orang itu sembuh, sudah boleh pulang dari rumah sakit, gambaran putih atau fibrosisnya masih ada. Artinya bisa saja ditemukan jaringan parut yang berkepanjangan.

Apakah orang yang sudah sembuh dari Covid-19 akan mengalami penyakit hati kronis?

Jawaban: Hampir setengah dari jumlah pasien Covid-19 memang mengalami gangguan fungsi hati (liver). Ada tes SGOT dan SGPT, hampir setengah mengalami kenaikan SGOT dan SGPT. Tes fungsi hati, seperti SGOT dan SGPT, sering dilakukan dalam proses pemeriksaan kesehatan. Tujuan tes ini untuk mengetahui kondisi organ hati, apakah berfungsi normal atau mengalami kerusakan.

Dalam hati ada reseptor yang bisa menangkap virus. Sehingga virus lari ke sana kemudian ikut bersarang di sana hingga bisa menimbulkan kerusakan hati. Namun masih menjadi pertanyaan apakah rusaknya hati dikarenakan virus, obat-obatan, atau karena kurangnya oksigen di paru-paru. Karena ketika oksigen di paru kurang lalu oksigen yang dikirim ke hati kurang, hati juga bisa terganggu.

Diketahui setelah Covid-19 membaik, kondisi SGOT dan SGPT juga ikut membaik. Setelah pasien sembuh, hati akan mengalami perbaikan.

Benarkah setelah sembuh dari Covid-19 seseorang akan kebal selamanya?

Jawaban: Pada sebagian infeksi virus, akan terbentuk antibodi saat orang tersebut sembuh. Antibodi tersebut menjadi pertahanan terhadap virus. Saat ini, antibodi yang dimiliki orang yang sudah sembuh dari Covid-19 dianggap dapat melindungi dirinya dari terkena kembali.




Kenali Ciri-Ciri Nyamuk Aedes Aegypti yang Jadi Penyebab Demam Berdarah

Sebelumnya

Cara Tepat Merawat Luka Bakar untuk Mencegah Infeksi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Health