Joe Biden-Kamala Harris/ Net
Joe Biden-Kamala Harris/ Net
KOMENTAR

PARA investor terkemuka Amerika bernapas lega dengan menangnya Joseph 'Joe' Biden dalam pemilihan yang sangat menegangkan karena suara dihitung sepanjang minggu. Wall Street merasa teramat lelah dengan pergerakan saham yang kerap bergejolak seiring cuitan Trump yang emosional selama empat tahun terakhir.

Kampanye yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya karena dilaksanakan di tengah pandemi yang datang 100 tahun sekali dan kondisi sosial yang sangat bergejolak. Joe Biden akhirnya memenangkan pertarungan melawan pendahulunya, sang incumbent Donald Trump.

Di kali ketiga ia masuk pusaran pilpres, Biden dan timnya menemukan cara bagaimana mengelola rintangan politik untuk bisa memenangkan suara elektoral.

Apa saja faktor yang menguntungkan pria yang telah mengabdi di pemerintahan selama hampir 50 tahun itu? Inilah lima alasan di balik kemenangan Joe Biden, seperti dilansir BBC.

Covid, Covid, dan Covid
Bisa dikatakan bahwa Joe Biden dimenangkan oleh sesuatu 'di luar kekuasaan'nya. Ya, pandemi Covid-19 benar-benar menjadi satu alasan kuat yang memengaruhi kehidupan rakyat Amerika termasuk dalam hal politik.

Trump pun mengakui hal tersebut. "With the fake news, everything is Covid, Covid, Covid, Covid," keluh Trump baru-baru ini di Wisconsin.

Akibatnya terlihat jelas dalam poling yang berkaitan dengan bagaimana presiden mengurus krisis. Salah satunya yang digelar Pew Research bulan lalu, Biden meraih poin 17 persen lebih tinggi dari Trump terkait kemampuan menangani Covid-19.

Kampanye dalam 'Diam'
Dalam kampanyenya ketiga kali untuk membidik the Oval Office, Biden belajar untuk tidak terlalu banyak bicara. Sepanjang karir politiknya, Biden memang dikenal kerap tersandung masalah saat mengungkapkan pendapatnya.

Biden toh, tidak perlu banyak berkomentar karena Trump sudah menjadi objek pembicaraan media dengan segala tindakannya. Ditambah lagi, pandemi virus corona, gelombang protes massal pascakematian George Floyd, serta goncangnya perekonomian nasional, telah mendominasi perhatian rakyat Amerika.

Strategi tersebut bisa jadi tidak akan memenangkan Biden jika terjadi dalam kondisi pemilihan "normal" karena Trump dianggap lebih meyakinkan saat menjatuhkan lawannya.

Siapa Saja Selain Mr. Trump
Biden memenangkan pilpres karena dia bukan Trump. Satu minggu sebelum pemilihan, iklan televisi Biden menayangkan slogan yang sebenarnya merupakan ruh dari kampanyenya selama ini yaitu "battle for the soul of America".

Biden, secara sederhana mencoba keberuntungannya untuk menggantikan sosok yang selama ini sangat mudah meradang dan memihak kelompok tertentu. Biden menegaskan bahwa rakyat Amerika memerlukan sosok yang lebih tenang dengan kepemimpinan yang stabil. Sosok kontroversial Trump memang membuat banyak orang tidak tahan menyaksikan tingkahnya.

Tetap Berada di Tengah
Dalam kampanyenya, Biden memilih untuk memaksimalkan penampilannya yang moderat. Salah satu strateginya adalah memilih Kamala Harris sebagai wakil presiden yang memiliki kekuatan tersendiri untuk dipilih lebih banyak kalangan.

Biden seolah menjawab kritik yang ditujukan padanya saat menjabat wakil presiden. Dia merespons bagaimana meningkatkan investasi, kebijakannya terkait lingkungan hidup, serta menjanjikan aksi cepat untuk perbaikan bidang sosial ekonomi.

'Bergeser'nya Biden menyorot  lingkungan dan perubahan iklim dalam kampanye menurut pengamat merupakan satu jalan menarik para pemilih muda.

Lebih Banyak Uang, Lebih Sedikit Masalah
Di awal tahun, kampanye Biden sangat jauh dari kampanye milyaran dolar Trump. Namun sejak bulan April, kampanye Biden-Harris bertransformasi menjadi penggalangan dana yang tak terbendung. Hasilnya, Biden saat ini memiliki posisi finansial yang jauh lebih kuat dari rivalnya.

Pada awal Oktober, Biden berhasil mengumpulkan 144 juta USD lebih banyak dari dana operasional Trump. Tak heran bila Demokrat 'mengubur' Republik dalam iklan televisi yang berseliweran di hampir setiap negara bagian yang menjadi kunci pertarungan.

Memang benar, uang bukanlah segalanya. Seperti empat tahun lalu, Hillary Clinton gagal melangkah ke Gedung Putih meski dana kampanyenya lebih besar dari Trump.

Namun di tahun 2020 ini, pandemi meniadakan kampanye yang melibatkan massa berjumlah besar. Mau tak mau, masyarakat menghabiskan waktu lebih banyak di rumah untuk menonton dan membaca media.

Karena itulah, Biden memanfaatkan dananya untuk menjangkau para pemilih hingga akhir batas pemilihan, terutama di Texas, Georgia, Ohio, dan Iowa. Uang memungkinkan berbagai opsi serta inisiatif kampanye, dan tim Biden mampu menggunakan kelebihannya (finansial-red) dengan sangat efektif.

 




Tak Lagi Berstatus Ibu Kota, Jakarta Siap Melesat Jadi Pusat Perdagangan Dunia

Sebelumnya

BMKG: Hujan Intensitas Ringan Hingga Lebat Berpotensi Guyur Sebagian Besar Wilayah di Indonesia Sepanjang Hari

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News