Setiap detik adalah berharga, yang sangat merugikan bila tidak dilalui tanpa ibadah dan perbuatan baik/ Net
Setiap detik adalah berharga, yang sangat merugikan bila tidak dilalui tanpa ibadah dan perbuatan baik/ Net
KOMENTAR

BANYAK di antara kita mudah merasa puas dengan kebaikan yang kita perbuat. Hingga ketika kita selesai melakukan satu perbuatan baik, kita berhenti. Mengambil jeda. Sambil berpikir 'ah, cukuplah kita berbuat baik bagi sesama' lalu memilih untuk memperhatikan diri sendiri. Dan tanpa sadar, "jeda" yang kita ambil justru berlarut-larut.

Padahal kita tahu bahwa umur manusia adalah rahasia Allah. Kita tidak tahu kapan batas akhir waktu kita di dunia. Kita juga tidak tahu mana amalan kita yang diterima dan mana yang akan menjadikan kita bangkrut di akhirat kelak. Mungkin tanpa sadar, ada setitik riya dan sombong menyelinap masuk ke dalam hati kita saat mengerjakan amal shaleh. Satu titik yang cukup untuk menggerogoti pahala amal kita.

Maka kita wajib mengingat ayat ke-7 surah Al-Insyirah yang berbunyi "Faidzaa faraghta fanshab." Yang artinya, "Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan lain)."

Tidak perlulah kita menikmati meriahnya 'tepuk tangan' orang lain hingga terlena. Bahkan mendokumentasikan setiap ucapan terima kasih dan pujian dari orang-orang ke media sosial. Seolah-olah kebaikan atau prestasi kita harus selalu diingat dan dikenang. Dan kita merasa puas dengan pencapaian yang kita buat.

Faidzaa faraghta fanshab mengajarkan umat muslim untuk produktif. Menjadi sosok manusia yang padat amal dan padat karya. Bahwa setiap detik adalah berharga, yang sangat merugikan bila tidak dilalui tanpa ibadah dan perbuatan baik.

Ayat tersebut menjadi dalil bahwa setiap muslim harus menjadi hamba yang produktif. Kita harus mampu menghabiskan waktu kita untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat. Tidak berpangku tangan atau berpuas diri setelah melakukan satu kebaikan.

Satu kebaikan seharusnya melahirkan kebaikan-kebaikan lain. Karena kebaikan akan membangkitkan rasa bahagia yang tak terhingga. Ada kepuasan batin yang tak terukur materi manakala kita berhasil mengukir prestasi atau melakukan kebajikan yang manfaatnya terasa tak hanya bagi diri sendiri tapi juga bagi banyak orang.

Setelah satu pekerjaan berhasil kita selesaikan, jangan membuat jeda. Tetaplah bergerak, segera kerjakan hal positif lainnya. Semua insya Allah akan menjadi ladang pahala yang memacu kita untuk menghargai waktu yang diberikan Allah kepada kita.

Menyia-nyiakan waktu bukanlah karakter mulia seorang muslim. Terlalu banyak waktu santai malah 'membunuh' semangat untuk berkarya. Memiliki waktu luang yang terlalu berlimpah akan menjauhkan kita dari menjalankan amar ma'ruf nahi munkar.

Berpikir layaknya pengusaha dalam menjalankan perusahaannya. Selalu berpikir inovatif dan kreatif untuk menghasilkan keuntungan yang lebih dan lebih, termasuk bagaimana menjaga atmosfer kerja yang positif, saling mendukung, dan saling berkompetisi secara sehat.

Juga bagaimana menjaga hubungan suportif antara perusahaan dan karyawan. Dengan begitu, kita terus terpacu untuk melakukan berbagai terobosan untuk mengembangkan perusahaan dan para karyawan ke tingkat yang lebih sejahtera.

Ketika kita berpuas diri dan memilih untuk berhenti sejenak, rasa malas bisa saja menghalangi tekad kita untuk melangkah kembali. Karena ketika berhenti, kita seolah melepaskan diri dari segala kewajiban, keingintahuan, dan kegigihan yang menyertai produktivitas. Dan semakin lama kita membuat jeda, semakin berat untuk memulai hal baru. Maka tak perlulah kita berhenti.

Sekali lagi, faidzaa faraghta fanshab. Keep moving forward. Mari menjadi insan produktif.

 

 

 

 




Sempurnakan Salatmu Agar Terhindar dari Perbuatan Keji dan Mungkar

Sebelumnya

Penyebab Kehancuran Seorang Perempuan Menurut Ustazah Halimah Alaydrus

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur