KOMENTAR

HIDUP itu keras. Dalam segala hal, pada saat ini, rasanya tidak ada yang mudah. Bahkan semua menjadi lebih sulit. Pandemi membuat segalanya buram sekaligus suram. Apa yang kita rencanakan, apa yang kita targetkan, apa yang ingin kita selesaikan, semua terbengkalai. Tertunda hingga entah kapan bisa kita capai dan tuntaskan.

Tapi sebagai makhluk yang diberi kelebihan akal oleh Allah, kita akhirnya menyadari bahwa kita mesti terus berjalan meski harus tertatih. Karena jika kita memilih untuk terus-menerus meratapi, jiwa kita akan ‘terperosok’ semakin dalam. Dan akan semakin berat untuk kita back to track dan move on.

Satu langkah demi satu langkah, marilah kita mulai mencoba berjalan maju. Agar tidak terjebak depresi berlarut, yang harus kita pikirkan adalah meramu kembali berbagai keinginan, harapan, dan mimpi dengan mindset baru. Satu kuncinya: jangan pernah mengharapkan masa depan segemilang masa lalu. Kita hanya harus melakukan saja yang terbaik untuk bisa bertahan sambil terus memperkuat diri.

Menangislah jika air mata yang tertumpah akan menjelma menjadi kekuatan.

Menangislah jika air mata yang tak terbendung akan menghapus semua ketakutan.

Menangislah jika air mata yang terjatuh akan menepis segala keraguan.

Tuntaskan segala lara. Kita berdoa semoga keringnya air mata menjadi pertanda hancurnya tembok penghalang kita untuk melanjutkan hidup.

Meski menangis mampu membuat kita lebih kuat, kita tak boleh larut dalam air mata. Jangn sampai kita berhenti bergerak dan berbuat.

Ingatlah bahwa hidup kita—semua yang dianugerahkan Allah kepada kita—adalah amanahNya. Dan amanah tersebut harus selalu kita jaga agar kita menjadi sebaik-baik hamba dan tidak termasuk golongan orang munafik.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul dan janganlah juga mengkhianati amanah-amanah yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (QS. Al-Anfal: 27)

Ada hak Allah yang harus kita penuhi. Ada hak orangtua yang harus kita penuhi. Ada hak anak yang harus kita penuhi. Ada hak sesama manusia yang harus kita penuhi. Ada hak fakir miskin yang harus kita penuhi. Ada hak tetangga yang harus kita penuhi.

Rasulullah bersabda, “Tidak ada iman pada seseorang yang tidak menunaikan amanah, dan tidak ada iman pada seseorang yang tidak menunaikan janji.” (HR. Ahmad & Ibnu Hibban)

Amanah adalah salah satu sifat mulia Muhammad saw. Artinya, ia dapat dipercaya. Dalam konteks ini, amanah menjadi bagian dari diri seorang Nabi. Semua perkataan dan semua perbuatan Nabi Muhammad tidak ternodai oleh kebohongan dan khianat. Begitu pula umat Muhammad, dikatakan tidak beriman jika ia tidak mampu menjaga amanah.

Kita sepatutnya memohon agar diberi kekuatan menunaikan segala amanah meski langkah tertatih. Keberhasilan kita menjaga amanah adalah salah satu cara kita untuk ‘naik kelas’. Sedikit demi sedikit kita mengumpulkan kebaikan dan kebajikan selama hidup dunia untuk bekal kehidupan abadi kelak di akhirat.

Bagi kita umat Muhammad yang mengaku mengidolakan dan meneladani sosok beliau, tentulah mendambakan diri kita menjadi sosok amanah. Baik itu dalam urusan pribadi maupun urusan sosial, dalam hal benda maupun kepercayaan, kita wajib menunaikan amanah.

Siapa di antara kita yang mampu bersifat amanah berarti mampu mengalahkan dirinya sendiri. Tidak berusaha lari dari tanggung jawab dan tidak mengkhianati amanah sekali pun berada dalam kondisi sulit.

Seringkali, berada dalam situasi pelik seolah memaksa kita mengambil jalan pintas mengkhianati amanah demi mendapat ‘keuntungan’. Jika ini mulai kita rasakan, yang perlu kita lakukan adalah mengingat kembali bahwa Allah pasti membantu hambaNya yang meminta pertolongan dari jalan yang lurus. Tak ada faedahnya menghancurkan kepercayaan.

Jalan pintas yang menggoda manusia hanyalah jebakan iblis laknatullah untuk mencegah kita menjadi Muslim yang diridai Allah. Iblis hanya ingin kita mencederai amanah yang dipikulkan ke pundak kita. Agar kita menjadi orang khianat yang mencintai gelimang dan gemilang dunia dibandingkan akhirat.

Bagi kita yang berhasil ‘naik kelas’, Allah menjanjikan kebahagiaan yang tidak ada bandingannya. Dalam surah Yunus ayat 26, Allah berfirman, “Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya.”

Mudah-mudahan ayat tersebut memacu semangat kita untuk selalu tegar menghadapi segala cobaan hidup dan teguh menjaga amanah.

 

 

 

 




Hubbu Syahwat

Sebelumnya

Bukankah Aku Ini Tuhanmu?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur