UNICEF
UNICEF
KOMENTAR

KEMENTERIAN Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) mendorong keluarga memperhatikan lebih saksama isu kesehatan mental anak dan remaja.

Karena itulah KemenPPPA berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk meningkatkan kapasitas tenaga layanan yang berhubungan langsung dengan keluarga untuk aktif dalam upaya pencegahan dan penanganan masalah mental serta peningkatan kesadaran keluarga.

KemenPPPA melalui Deputi Bidang Pemenuhan Hak Anak menggelar kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) Modul Dukungan Kesehatan Mental dan Psikososial bagi Anak dan Keluarga yang diikuti peserta dari Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, tenaga layanan Pusat Pembelajaran Keluarga (PUSPAGA), dan Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA) di 11 kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Selatan.

“Isu kesehatan mental saat ini menjadi masalah yang banyak dialami oleh anak yang seharusnya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Oleh karenanya, hal ini harus menjadi perhatian dalam upaya pencegahan dan penanganannya, khususnya bagi para pemerintah daerah dan tenaga layanan yang mengampu substansi perlindungan dan pemenuhan hak anak,” kata Asisten Deputi Pemenuhan Hak Anak atas Pengasuhan dan Lingkungan KemenPPPA, Rohika Kurniadi Sari dalam kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) Modul Dukungan Kesehatan Mental dan Psikososial bagi Anak dan Keluarga (12/5/2023)

Rohika menyampaikan menurut data Survei Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) 2022, bahwa 1 dari 3 remaja (34,9 persen) atau setara dengan 15,5 persen juta remaja Indonesia memiliki satu masalah kesehatan mental dan 1 dari 20 remaja (5,5 persen) atau setara dengan 2,45 juta remaja Indonesia memiliki satu gangguan mental dalam 12 bulan terakhir.

“Untuk melindungi kesehatan mental anak dan remaja, layanan PUSPAGA yang saat ini berjumlah 257 di Indonesia menjadi garda terdepan untuk  melakukan layanan konseling awal. PUSPAGA dapat mengarahkan perlu tidaknya segera melakukan layanan kesehatan mental dan psikososial agar anak yang mengalami masalah kesehatan mental jangan sampai bertambah,” tegas Rohika.

Kesehatan mental  anak dan remaja dapat memengaruhi masa depannya sebagai individu. Lebih lanjut, kesehatan mental seorang anak juga akan memberi dampak terhadap dinamika keluarga dan dalam bermasyarakat.

Terdapat empat cara yang dapat diterapkan ketika berkomunikasi dengan remaja untuk memahami perilaku mereka: (1) mendorong remaja agar mau mengungkapkan perasaannya; (2) meluangkan waktu untuk hadir bagi anak remaja; (3) menyelesaikan konflik dengan duduk bersama dan mendengarkan pandangan anak (4) memberi pemahaman agar anak menjaga kesehatannya dan kebahagiaan diri sendiri.

Sementara itu, United Nations International Children's Emergency Fund (UNICEF) menjelaskan kesehatan mental menjadi salah satu fokus program UNICEF Indonesia dalam topik kesehatan. Karena itulah UNICEF berharap PUSPAGA bisa terus dikembangkan karena menjadi benteng terdepan untuk memastikan layanan keluarga bisa berjalan dengan baik.

Untuk melayani 80 juta anak Indonesia, 257 PUSPAGA dirasa masih kurang cukup sehingga jumlahnya harus terus dikembangkan.

Pada tahun 2022, UNICEF telah meluncurkan  program pencegahan kekerasan seksual online yang melibatkan aspek parenting dalam mencegah dan melindungi anak agar terhindar dari kekerasan seksual online melalui pola asuh yang baik.

Bimtek Modul Dukungan Kesehatan Mental dan Psikososial bagi Anak dan Keluarga tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia PUSPAGA dan tenaga penyedia layanan di daerah dalam memberikan layanan dukungan kesehatan mental dan psikososial.

Peningkatan kapasitas tenaga layanan juga meliputi pengetahuan dalam melakukan mitigasi risiko Kekerasan Berbasis Gender (KBG) dan pemahaman tentang Protection from Sexual Exploitation and Abuse/PSEA (Perlindungan dari Eksploitasi Seksual dan Perlakuan Salah Seksual/PEPSS), serta kaitannya dengan kekerasan berbasis gender.

Hal itu bertujuan agar anak yang mengalami masalah kesehatan mental tidak bertambah dan diharapkan 80 juta anak Indonesia bisa terselamatkan. Anak terlindungi, Indonesia maju.




Rakerkesnas 2024, Presiden: Indonesia Harus Bisa Manfaatkan Bonus Demografi

Sebelumnya

Tak Lagi Berstatus Ibu Kota, Jakarta Siap Melesat Jadi Pusat Perdagangan Dunia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News