Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

MASA kecil yang telah kita lalui tidak begitu saja kita tinggalkan di masa lalu. Sekecil apapun, masa-masa tersebut telah meninggalkan 'jejak'.

Jejak yang ditinggalkan dari masa kecil ini baru dapat terlihat ketika kita beranjak besar, atau malah sudah menetap sebagai bagian dari kepribadian sebagai orang dewasa.

Jejak ini bisa berupa luka yang disebabkan oleh trauma-trauma yang terjadi di masa kecil tadi. Pada akhirnya akan muncul perilaku agresif, ketergantungan akan orang lain, persepsi diri yang negatif, harga diri rendah, suasana hati tidak stabil, emosional, dan lainnya.

Peristiwa potensial yang bisa membuat luka batin tersebut diantaranya kehilangan orangtua, KDRT, diabaikan perasaan atau emosionalnya, pelecehan seksual, intimidasi, perceraian, bencana alam, dan sebagainya.

Dalam ilmu psikologi hal ini disebut "Inner Child", yaitu akumulasi peristiwa-peristiwa baik maupun buruk yang dialami anak dan kemudian membentuk pribadinya hingga dewasa.

Inner child yang buruk bisa menyisakan luka batin yang mampu memengaruhu pika asuh saat mereka sudah menjadi orangtua. Karena itu, menurut Irma Gustiana, seorang psikolog, ada baiknya kita berdamai dengan Inner Child tersebut.

1. Berani menerima dan berpikiran terbuka

Apa yang terjadi di masa lalu adalah bagian dari diri kita yang sekarang. Beranilah untuk mengakui dan menerimanya. Belajarlah untuk memaafkan siapapun yang terlibat di dalamnya. Cobalah untuk berpikir lebih terbuka lagi.

2. Berdialoglah untuk memenuhi kebutuhan inner child

Berkomunikasilah dengan diri sendiri. Akui kehebatan diri yang sudah berhasil dan menjadi pemenang atas "pertarungan" yang sudah terjadi. Coba katakan, "Aku menyayangi dirimu sepenuh hati", kepada diri sendiri.

3. Kenanglah masa-masa indah di waktu kecil

Di antara sekian banyak luka, pasti ada cerita indah yang terselip di dalamnya. Misalnya parents merasa senang melihat film kartun saat situasi keluarga dulu "memanas".

Jadi, bangkitkan memori indah dengan menonton kembali film-film kartun yang parents senangi, atau membaca buku-buku favorit, dan bisa juga melihat kembali album foto.

4. Menulis jurnal

Jika parents tidak tahu harus berbagi kesedihan kepada siapa, tulislah sebuah jurnal. Ungkapkan semua perasaan parents di sana. Biarkan tulisan itu mengalir, hingga perasaan parents menjadi lega.

5. Setel kembali pikiran, bahwa anak adalah sosok yang terpisah dari diri Anda

Anak adalah pribadi yang lain dari diri Anda. Jadi anak tidak perlu mengalami hal-hal yang parents alami di masa lalu.

6. Tetap belajar dan berproses untuk menjadi orangtua

Menjadi orangtua memang tidak mudah. Tapi kita selalu punya kesempatan untuk mempraktikkan pengasuhan dengan cara yang benar.

7. Jangan ragu berkonsultasi dengan ahli

Jika segala usaha sudah parents upayakan, namun tetap belum bisa berdamai dengan masa lalu, segeralah berkonsultasi dengan ahli. Akui semua yang menjadi keresahan.

Ingat, anak tidak perlu merasakan sakit seperti yang parents alami dulu. Anak adalah pribadi yang berbeda dengan kita. Jadi, buat mereka memiliki cerita-cerita yang indah untuk dikenang di masa depan.

 




Memilih Alpukat yang Tepat untuk Disantap

Sebelumnya

Tak Perlu Dicuci, Ini Cara Membersihkan Daging Sebelum Dimasak

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Family