GULAI ikan patin memiliki sejarah panjang dan kaya sebagai salah satu hidangan khas di wilayah Riau, terutama di Kota Pekanbaru. Gulai ikan patin muncul dari tradisi kuliner Melayu yang dipengaruhi oleh kekayaan sumber daya alam daerah tersebut, termasuk ikan sungai, seperti patin, yang banyak ditemukan di perairan Riau. Sebagai daerah yang dialiri oleh Sungai Siak, sungai terbesar di Riau, ikan patin menjadi bahan makanan yang melimpah dan mudah diakses oleh masyarakat lokal.
Dalam sejarahnya, kuliner Melayu di Riau dipengaruhi oleh berbagai budaya, seperti Arab, India, dan Tiongkok, yang masuk melalui jalur perdagangan. Rempah-rempah seperti kunyit, jahe, lengkuas, dan serai, yang biasa digunakan dalam gulai ikan patin, mencerminkan pengaruh dari pedagang India dan Timur Tengah yang membawa serta rempah ke wilayah Nusantara. Tradisi ini akhirnya berkembang menjadi masakan khas Melayu yang berakar dari perpaduan antara bahan lokal dan cita rasa yang berasal dari luar.
Gulai ikan patin pun menjadi hidangan yang biasanya disajikan dalam acara-acara istimewa, seperti pesta adat dan upacara keagamaan. Kehadiran gulai ikan patin di meja makan dalam acara-acara ini tidak hanya sebagai hidangan, tetapi juga melambangkan kekayaan alam dan tradisi berbagi dalam masyarakat Melayu. Biasanya, gulai ini disantap bersama nasi atau lontong dan dilengkapi dengan sambal terasi serta lalapan.
Secara turun-temurun, resep gulai ikan patin diwariskan dan berkembang, bahkan setiap keluarga di Riau mungkin memiliki cara tersendiri untuk membuatnya. Gulai ikan patin bukan hanya sekadar makanan bagi masyarakat Riau, tetapi juga simbol identitas budaya yang mempererat hubungan keluarga dan masyarakat dalam tradisi kuliner Melayu.
KOMENTAR ANDA