Ibu Tien Soeharto/ Foto: Instagram @tututsoeharto
Ibu Tien Soeharto/ Foto: Instagram @tututsoeharto
KOMENTAR

BERBICARA tentang Hari Pahlawan, salah satu sosok perempuan Indonesia yang dianugerahi gelar Pahlawan Nasional adalah Ibu Negara ke-2, Hj. RA Fatimah Siti Hartinah, atau lebih dikenal dengan sapaan Ibu Tien Soeharto.

Ibu Tien lahir di Desa Jaten, Surakarta, Jawa Tengah pada tanggal 23 Agustus 1923. Ia merupakan anak kedua dari 10 bersaudara pasangan KPH Soemoharjomo dan Raden Ayu Hatmanti Hatmohoedojo.

Tien kecil sering berpindah-pindah tempat tinggal di beberapa kota seperti Klaten, Karangayar, dan Solo. Saat masih bersekolah, ia juga belajar membatik dan mengetik.

Ibu Tien menikah dengan Soeharto di usia 24 tahun pada tanggal  26 Desember 1947 dalam acara sederhana karena kondisi negara saat itu sedang tegang akibat konflik dengan Belanda.

Tien menikah dengan Soeharto tanpa kenal sebelumnya siapa dan bagaimana sosok calon suaminya. Yang ia tahu saat itu, ayah angkat Soeharto datang melamar ke rumahnya untuk Soeharto.

Dari pernikahan tersebut, keduanya memiliki enam anak yaitu Siti Hardiyanti Rukmana (Mbak Tutut), Sigit Harjojudanto, Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati, Hutomo Mandala Putra, dan Siti Hutami Endang Adiningsih (Mamiek).

Semenjak menikah dengan Pak Harto, sebagai seorang istri perwira militer ia kerap ditinggal suaminya yang sedang berjuang menghadapi agresi militer Belanda. Hingga pada tahun 1967, alur kehidupan Ibu Tien berubah drastis seiring diangkatnya sang suami menjadi Presiden RI menggantikan Presiden Soekarno.

Menggagas UU Anti Poligami & Taman Mini Indonesia Indah

Dalam kiprah karier Soeharto sebagai presiden, Ibu Tien memiliki beberapa peran penting di dalamnya. Ia merupakan penggerak Kongres Wanita Indonesia. Bu Tien juga menggagas pelarangan poligami bagi pejabat di Indonesia.

Peraturan poligami ini diwujudkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983. PP tersebut dengan tegas melarang PNS untuk berpoligami dan selaras dengan UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. 

Namun bagi rakyat Indonesia, sumbangsih terbesar Ibu Tien yang selalu dikenang adalah gagasannya untuk membangun Taman Mini Indonesia Indah (TMII).

Gagasan awal dari pembangunan TMII muncul ketika Bu Tien tengah berkunjung ke sebuah objek wisata di Thailand dan Disneyland di Amerika Serikat. Proyek TMII sebelumnya disebut Miniatur Indonesia Indah, bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada bangsa lain tentang kekayaan budaya Indonesia. Walaupun sempat terjadi penolakan terhadap pembangunannya, TMII diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 20 April 1975. 

Sejak saat itu, TMII menjadi objek wisata yang selalu dikunjungi masyarakat di masa liburan. Pengembangan TMII pun terus berlanjut dengan dibangunnya berbagai museum dan sarana aktivitas keluarga juga fasilitas yang lengkap. Tak hanya untuk rekreasi, TMII juga menjadi tujuan kunjungan belajar para peserta didik dari sekolah di seluruh Indonesia.

Ibu Tien meninggal dunia pada 28 April 1996 di Jakarta karena penyakit jantung dan esok harinya dimakamkan di Astana Giri Bangun, Jawa Tengah. Rakyat Indonesia kehilangan sosok Ibu yang dikenal peduli terhadap rakyat kecil dan difabel dalam berbagai kegiatan sosialnya.

Tiga bulan setelah meninggal, tepatnya pada 30 Juli 1996, Presiden Soeharto mengeluarkan surat keputusan yang menetapkan Ibu Tien sebagai pahlawan nasional.

Dalam piagam penghargaan tertulis bahwa Ibu Tien memiliki jasa luar biasa kepada bangsa dan negara Indonesia.

Piagam penghargaan gelar Pahlawan Nasional bernomor 001/XV/1996 yang ditandatangani oleh Presiden Republik Indonesia Soeharto disimpan di ruang tengah Ndalem Kalitan, Solo, rumah almarhumah Ibu Tien.

Namun dasar pemberian gelar Pahlawan Nasional bagi Ibu Tien bukan hanya sumbangsihnya bagi negeri ini setelah ia menjabat sebagai Ibu Negara. Fakta lain terungkap bahwa jasa beliau telah terukir sejak perjuangan mengusir penjajah Belanda.

Tien muda aktif dalam beberapa pergerakan perempuan di masa penjajahan. Di antaranya yaitu Barisan Pemuda Putri saat kependudukan Jepang yang kemudian diinisiasi menjadi Laskar Putri Indonesia setelah Indonesia merdeka. Pun di masa perang kemerdekaan, ia giat membantu di dapur umum.

Selain dianugerahi gelar Pahlawan Nasional, Ibu Tien Soeharto juga telah menerima penghargaan dari sejumlah negara di antaranya adalah The Order of The Golden Heart dari Filipina dan Grand Cordon of the Queen of Sheba dari Etiopia.

 

 




Raih Nusantara Award 2024, Anna Mariana Konsisten Lestarikan Wastra Nusantara Serta Memajukan Pelaku UMKM dan Ekraf

Sebelumnya

Memaknai Hakikat Perempuan Hebat dari Sosok Mooryati Soedibyo: Empu Jamu Indonesia hingga Menjadi Wakil Rakyat

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Women