HUMOR diyakini sebagai sebuah ciri istimewa yang dimiliki manusia. Para pemimpin besar berkharisma biasanya memiliki selera humor yang baik.
Demikian pula dengan urusan percintaan, banyak survei di seluruh dunia membuktikan bahwa lebih dari 81% laki-laki maupun perempuan menekankan faktor humoris dalam mencari pendamping hidup.
Sebagai orangtua, kita bisa menyelipkan humor-humor ringan untuk mencairkan suasana rumah selama pandemi Covid-19. Jangan sampai anak-anak tanpa sadar didera stres akibat bosan sementara pelajaran sekolah mulai aktif. Humor juga bisa menjadi sarana untuk mengawali satu perbincangan dengan anak-anak agar mereka merasa nyaman.
Di masa sekarang ini, humor juga telah menjelma menjadi sebuah ‘industri’. Dalam dunia hiburan dengan berbagai platformnya--film, musik, maupun creative content di media sosial—humor menjadi elemen penting yang membawa kepopuleran dan menghasilkan banyak uang. Laman instagram dan twitter juga banyak diwarnai canda serta kalimat-kalimat kocak. Apalagi TikTok yang kian merajalela.
Hampir semua variety show di televisi juga memasukkan unsur humor. Mulai dari infotainment, talkshow, hingga acara penjurian bintang berbakat dipenuhi lawakan. Semua publik figur seolah berlomba ingin dikenal sebagai sosok jenaka.
Mark Twain, penulis besar Amerika, menyatakan bahwa humor adalah anugerah terbesar bagi umat manusia. Dengan humor, manusia mampu melepaskan segala perasaan buruk yang menyelimuti. Humor dan tertawa juga menjadi bagian terpenting dalam menjaga kesehatan mental.
Teori Humor
Humor tidak mesti dirangkai dalam kalimat panjang. Humor pun tak memerlukan penjelasan mendetail untuk bisa dipahami. Dalam Philosophy of Humor yang diterbitkan The Stanford Encyclopedia of Philosophy, setidaknya ada tiga teori dasar tentang humor yang bisa kita pahami.
Pertama, The Relief Theory. Teori ini menyatakan bahwa tertawa adalah bagian tak terpisahkan dari humor. Tertawa inilah yang membuat humor memiliki kekuatan membantu kita mengurangi stres akibat ketakutan maupun kecemasan. Sama halnya ketika kita tidak bisa berhenti tertawa saat seseorang menggelitik bagian tubuh kita.
Kedua, The Theory of Superiority. Teori ini sebenarnya digagas dua filsuf besar, Aristotle dan Plato. Ketika kita menertawakan ketidakberuntungan orang lain, itu berarti kita menegaskan superioritas kita terhadap orang tersebut. Ada pula yang mengatakan bahwa ketika seseorang dapat mengatakan atau melakukan hal-hal jenaka, ia akan merasa superior.
Ketiga, Incongruity Theory. Teori ini menyatakan bahwa humor terjadi ketika kenyataan tidak seindah ekspektasi. Ketika kita mengalami keganjilan, keanehan, atau kecanggungan, momen tersebut dapat menjadi humoris. Secara psikologis, kita terkejut dengan apa yang terjadi namun kita bisa beradaptasi dengan situasinya.
Obat Terbaik vs Perusak Mental
Dari berbagai referensi, kita mengetahui bahwa para dokter mengatakan tertawa dapat membawa kebahagiaan. Bahkan ada kalimat bijak mengatakan “laughter is the best medicine”.
Tertawa merupakan sebuah ‘exercise’ yang sangat menyehatkan.
Tertawa juga menjadi satu ‘senjata’ untuk melawan depresi karena mampu menghadirkan kegembiraan dan menghalau energi negatif. Mengutip Humana, tertawa juga melancarkan sirkulasi darah, meningkatkan daya tahan tubuh, mengurangi rasa sakit, hingga membakar kalori.
Di sisi lain, menjadi sosok lucu yang dapat menghadirkan senyum dan tawa di wajah orang lain merupakan sebuah prestasi. Karena tidak semua orang memiliki good sense of humor dan membuat orang lain memahaminya. Karena itulah humor menjadi salah satu ciri orang berjiwa bahagia. Orang yang bahagia biasanya menularkan semangat positif. Keceriaan yang terpancar darinya akan menceriakan orang-orang di sekitarnya.
Meski humor mampu meningkatkan kualitas hidup manusia, kita harus ekstra hati-hati dalam menciptakan humor. Pemilihan kata harus diperhatikan. Bagaimanapun juga, kekuatan humor sangatlah besar. Humor efektif untuk mempererat hubungan antarsesama manusia dan membawa seseorang ke puncak kesuksesan. Pun sebaliknya, humor bisa merusak keharmonisan kehidupan manusia.
Setiap manusia sejatinya memiliki keterampilan untuk bercanda. Namun amat penting untuk dapat memfilter berbagai hal agar kita memiliki good sense of humor. Universitas Stanford, Amerika Serikat bahkan membuka kelas humor pekerja, menyiratkan bagaimana humor juga dibutuhkan dalam kehidupan profesional.
Menciptakan good sense of humor memang bukan perkara mudah. Ada joke yang dianggap wajar oleh sebagian orang, tapi dianggap kelewat batas oleh sebagian lain. Kita tidak bisa menyamakan mengumbar joke dengan teman-teman terdekat lalu menulis celoteh bercanda di media sosial yang notabene dapat dibaca semua orang di seluruh dunia.
Humor bisa memiliki interpretasi yang berbeda-beda. Karena itulah humor menjadi unik, namun bisa juga menjadi berbahaya. Humor satire salah satunya. Biasanya humor gaya ini digunakan untuk kritik sosial.
Di tengah era UU ITE saat ini, amat mudah bagi orang yang merasa dirugikan dengan kritik tersebut untuk mengadukan pengunggah joke ke ranah hukum.
Humor satire juga kerap digunakan untuk menertawakan diri sendiri atau orang lain. Tanpa kita sadari, joke jenis ini biasanya mengandung body shaming atau berbau pornografi—yang sayangnya justru dianggap lucu oleh banyak orang.
Ada lagi prank dengan beragam aksi yang sukses membuat korbannya (termasuk juga kita—yang menontonnya di media sosial) mengelus dada hingga terbakar emosi.
Di tahun 2003 silam, MTV menayangkan Punk’d, sebuah acara nge-prank yang digagas Aston Kutcher dan Jason Goldberg. Bertahan hingga 9 musim, acara ini sukses mengerjai para selebriti Hollywood dengan berbagai ulah yang bikin penonton geleng-geleng kepala.
Kini, prank seolah menjadi satu konsep yang harus ada dalam channel media sosial seseorang. Bisa mengerjai orang lain lalu menjadi viral bisa menjadi kebanggaan bagi pelaku prank. Sangat disayangkan, humor menjelma menjadi komoditi bisnis yang cenderung merugikan banyak orang demi keuntungan satu pihak.
Rasulullah Pun Bercanda
Tertawa memang bisa menjadi obat termujarab untuk menyehatkan tubuh dan pikiran. Karena itulah kita harus memilih good sense of humor untuk bisa melepaskan berbagai pikiran buruk dan penyakit.
KOMENTAR ANDA