KOMENTAR

BANYAK bisnis yang sukses berawal dari kenekatan untuk mencoba mengibarkan bendera sendiri. Hal inilah yang dilakukan Sri Herlina Siswati Pratama Putri, seorang pengusaha furnitur di Semarang yang berhasil menembus pasar dunia.

Ketertarikannya di dunia mebel berawal saat dirinya bekerja di perusahaan furnitur asing di Semarang. Saat itu perempuan yang akrab dipanggil Herlina ini berpikir “Indonesia adalah negara memiliki banyak hutan dan sentra perajin furnitur, tapi kenapa yang mengekspor produk furniturnya ke mancanegara adalah perusahaan asing?” Pertanyaan ini begitu membekas di hatinya, namun ia tetap menekuni pekerjaannya sebagai marketing pada perusahaan tersebut.

Seiring berjalannya waktu, pengalaman dan pengetahuannya seputar industri furnitur pun bertambah. Ia belajar banyak mengenai mebel, dari mulai desain produk yang sedang tren hingga proses pemasarannya di dunia internasional.

Green Riverina, Merintis dari Nol

Pengetahuan dan pengalamannya tersebut menjadi modal saat ia memutuskan resign dan menjadi ibu rumah tangga pada tahun 2013. Selepas mengundurkan diri ia memiliki banyak waktu luang yang dimanfaatkan untuk membuat website, mengunggah foto-foto mebel yang sedang tren, sekaligus memasarkannya. Didukung sang suami, perempuan yang memang mencintai profesi marketing ini pun mencoba peruntungan dengan berjualan mebel melalui perusahaan yang ia beri nama Green River Indonesia.

“Tahun 2013 ketika sudah tidak bekerja, saya bingung. Jika biasanya sehari-hari sibuk bekerja di kantor, sekarang diam di rumah dan tidak ada aktivitas. Karena pengalaman terakhir adalah dunia furnitur, akhirnya mulai terpikir kenapa tidak melakukan semua pekerjaan yang biasa saya kerjakan di perusahaan sebelumnya namun dilakukan di rumah dan atas nama perusahaan sendiri. Mulailah saya membeli domain dan membuat website serta mengurus izin perusahaan,” kenang perempuan lulusan Akuntansi UI angkatan 1999 ini yang mengaku memiliki passion di dunia mebel.

Pada awal 2014, Hendro Widiarso, suami Herlina menyusul mengundurkan diri dari pekerjaannya. Ia sempat merasa panik karena bisnis mebelnya saat itu belum berkembang, dengan pemesanan yang terbatas pada penjualan lokal.

Melihat kondisi tersebut, ia dan suami kemudian sepakat untuk mengekspor furniture ke mancanegara. Konsep barang yang mereka jual adalah furnitur jati yang dibentuk dengan sentuhan ‘modern living’ atau minimalis, seperti satu set meja makan, kursi taman, atau kursi santai yang bentuknya simpel namun kokoh.

Dengan penuh semangat, ia memasarkan produknya ke perusahaan-perusahaan mebel di luar negeri melalui e-mail. Selang beberapa waktu kemudian, sebuah perusahaan mebel dari benua Eropa memesan 1 kontainer furnitur yang ia tawarkan.

Saat itu ia dan suami sempat bingung bagaimana cara memenuhi permintaan pembeli dari luar negeri tersebut karena foto mebel yang dipasangnya di website belum ada barangnya secara fisik. Selain belum memiliki kantor dan pabrik, ia pun terkendala modal untuk memenuhi pesanan tersebut.

Tapi dengan itikad baik dan karakternya yang luwes dan supel serta memiliki kenalan yang sebagian besar adalah pengusaha mebel di Jepara, ia akhirnya berhasil memenuhi pesanan dari luar negeri tersebut.

“Saat itu sempat bingung kantor atau pabrik pun masih belum ada, apalagi barang-barang produksi. Aset juga masih nol, modalnya cuma nekat aja dan percaya diri pasti bisa. Akhirnya saya menghubungi beberapa rekanan di Jepara,”ujar Herlina.

Sejak saat itu ia optimis bahwa perusahaannya dapat berkembang sebagai perusahaan pengekspor furnitur ke dunia. Hatinya pun mulai tergerak untuk mendirikan pabrik guna memproduksi mebel dengan merknya sendiri. Ia pun menyewa tempat sederhana untuk dijadikan lokasi produksi. Namun karena belum ada pesanan lagi, tempat produksinya pun masih kosong. Hal ini sempat menjadi tanda tanya besar bagi pembeli asing yang mengunjungi lokasi usahanya.

Namun dengan pengalamannya sebagai marketing, perempuan kelahiran 16 Februari 1979 ini berusaha meyakinkan pembeli bahwa perusahaannya memang eksis.

Pameran yang Membuka Pintu Kesuksesan

Sejak saat itu ia dan suami pun berkolaborasi, dengan rajin mencari informasi mengenai pameran-pameran furnitur baik lokal maupun internasional. Akhirnya kesempatan untuk pameran itu pun datang, dengan bantuan salah satu instansi pemerintah, ia mendapat kesempatan mendapatkan booth pada pameran furnitur internasional di Jakarta IFEX pada bulan Maret 2014. Meskipun booth-nya tidak besar, perempuan yang pernah mengikuti program pertukaran pelajar ke Jepang pada tahun 1996 ini berhasil mendapatkan pembeli dari Australia dan Jepang. Hal itu membuat Herlina semakin optimis.

Ia kemudian mengembangkan bisnisnya dengan menyewa tempat seluas 3.000 meter persegi untuk dijadikan pabrik pembuatan mebel. Namun setelah pesanan dari pameran yang ada di Jakarta tersebut terkirim, perusahaannya kembali sepi karena belum ada order selanjutnya.

Pada September 2015, Green Riverina bersama 10-12 perusahaan furnitur di indonesia mendapat kesempatan luar biasa untuk mengikuti pameran Spoga Gafa, yaitu pameran furnitur internasional yang saat itu diadakan di Koln, Jerman yang difasilitasi SIPPO (Swiss Import Promotion Programme) dengan hanya membayar biaya akomodasi dan sewa booth separuh harga.

Herlina dan suaminya pun nekat berangkat pameran ke Koln, Jerman dengan hanya berbekal uang sekitar 500 euro atau sekitar 7,5 juta rupiah. Tentu saja, ini bukan jumlah yang besar untuk dibawa berpergian keluar negeri untuk dua orang selama seminggu. Untuk menghemat, anak pertama dari 5 bersaudara ini membawa makanan dari Indonesia agar dapat bertahan selama di Jerman. Kala itu ia membawa bekal rendang dan beberapa makanan lain yang tahan lama.

“September 2015, kami berpartisipasi di pameran di Spoga Gafa di Koln, Jerman Bersama SIPPO. Dari Indonesia hanya ada sekitar 10-15 perusahaan yang ikut. Melihat situasi perusahaan saat itu, saya bilang ke suami, kalau dari pameran di Jerman ini tidak ada order, ya sudah kita tutup saja,” kata Herlina.

Ternyata perjuangan memasarkan produk furnitur di pameran tersebut berhasil. Pada Oktober 2015, Herlina mendapat order dari salah satu negara Eropa. Di saat perusahaannya sedang mengerjakan pesanan, tim quality control dari salah satu perusahaan furnitur dan dekorasi rumah tangga terkenal di Prancis berkunjung untuk melakukan inspeksi audit pabrik. Kunjungan itu membuat Green Riverina memperoleh penilaian positif dari perusahaan Prancis tersebut hingga mereka memesan barang sekitar 7-8 kontainer.




Best Friend Forever, Kedekatan Batin Ibu dan Anak di Balik Rahasia Sukses Bisnis Keripik yang Mendunia

Sebelumnya

Flona, Hobi yang Bertransformasi menjadi Inovasi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Usaha Ibu