Ilustrasi/Net
Ilustrasi/Net
KOMENTAR

ORANGTUA tidak jarang menakut-nakuti anaknya dengan kalimat-kalimat seram. Jangankan orangtuanya sendiri, seorang paman, kakak, dan kerabat lainnya juga sering menebar ketakutan kepada anak kecil agar nurut.

Di kecil memang kadang terkesan menyebalkan. Tapi, siap punya anak berarti siap bertanggung jawab. Tidak sampai di situ, orangtua juga harus siap mendidik dan bersabar dalam menyikapi sikap anak yang unik itu.

Menakut-nakuti buah hati adalah manajemen parenting paling mudah. Tebar ketakutan, maka anak akan langsung patuh. Tak perlu skill khusus untuk melakukannya. Hasilnya cepat dan praktis. Carah mengancam ini sangat efektif untuk mengendalikan anak.

Raising Children menulis, orangtua dapat membantu anak berperilaku baik dengan menyesuaikan perasaan mereka, mengubah lingkungan, mengalihkan perhatian anak, dan merencanakan masa depan untuk situasi yang menantang.

Jika tebar ketakutan ini terus dikembangkan, maka akan ‘mengorbankan’ masa depan anak, di antaranya membuat anak menjadi:

  • Sudah tidur

Anak yang mendapat pola asuh ‘tebar ketakutan’ ini akan mudah khawatir dan cemas, terutama saat sendirian. Terkadang, rasa cemas itu berlebihan dan membuatnya tidak tenang, mengalami mimpi buruk, bahkan sulit tidur.

Alasannya, kontrol emosi pada anak sangat berbeda dengan orang dewasa. Anak sulit sekali menenangkan diri, sehingga apa yang dipikirkan akan terbawa saat ia tidur. Itu mengapa anak seringkali meminta untuk ditemani saat hendak tidur.

  • Jadi pribadi penakut

Anak akan tumbuh menjadi pribadi penakut, itu sudah pasti. Jika sudah demikian, kreativitas anak akan terganggu, karena takut mencoba hal-hal baru. Parahnya, anak akan menjadi fobia.

  • Hilangnya rasa percaya diri dan kepercayaan anak

Kepercayaan diri yang rendah, sangat mungkin dialami anak yang mendapatkan pola asuh ‘tebar ketakutan’. Mudah minder, bahkan insecure, dan membangun pikiran bahwa setiap yang dilakukannya adalah hal yang salah. Tidak hanya itu, kepercayaan anak terhadap orangtua juga akan hilang.

  • Bergantung pada orang lain

Anak juga akan tumbuh dengan ketergantungan pada orang lain. Ia tidak berani untuk mencoba dan memilih. Anak akan cenderung sulit untuk berpisah, tergantung pada orang lain, dan tidak mandiri.

Nah Bunda, tidak ada yang salah ketika hendak menjalankan pola asuh yang dianggap pas untuk anak. Tapi yang perlu diperhatikan adalah apakah cara parenting itu ‘mengorbankan’ masa depan anak atau tidak.




Anak Remaja Mulai Menjauhi Orang Tua, Kenali dan Pahami Dulu Alasannya

Sebelumnya

Pemalu atau Social Anxiety? Yuk Kenali Tanda-Tandanya, Bunda!

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Parenting