Ilustrasi membatik/Net
Ilustrasi membatik/Net
KOMENTAR

BATIK adalah bagian dari budaya Indonesia yang sudah mendunia. Berbagai jenis dan motif memberikan ciri khas dan makna yang berbeda di setiap goresan motif yang disapukan di atas kain ini, baik secara tulis, cap, celup, ataupun teknik printing.

Indonesia khususnya, adalah negara dengan keanekaragaman suku dan budaya, baik tradisi, bahasa dan hasil kerajinan tangannya membawa daya tarik tersendiri, termasuk batik ini sendiri. Di mana di setiap motif dan filosofinya berbeda di setiap wilayahnya.

Dahulu pada zaman di mana Nusantara masih berdiri kokoh kerajaan-kerajaan yang menjadi cikal bakal lahirnya beberapa motif batik yang sekarang bisa kita jumpai.

Tetapi, tidak semua motif batik dapat digunakan oleh khalayak dikarenakan hanya boleh digunakan raja-raja dan lingkup istana. Alasannya motif dan filosofinya tidak sembarangan.

Dari beberapa literasi kuno, contoh motif batik yang terlarang bagi kalangan biasa yaitu salah satunya adalah motif batik kraton karena istimewaanya, dalam arti mengandung makna dan filosofi tinggi, sehingga peruntukanya hanya raja dan lingkungan kraton.

Batik yang terlarang tersebut disebut “Awisan Dalem Bhatik”. Terbagi dalam 4 motif, yakni motif Parang Rusak, kawung, Sawat dan Semen, dan motif Lerek.

Motif Parang Rusak

Simbolisasi parang rusak identik dengan lambang penguasa. Guratan setiap motifnya merujuk pada kewaspadaan militer dan tanggung jawab dari sang penguasa, penggambaran sinar matahari, bunga teratai yang terbuka sebagian, serta ekspresi kecemerlangan dan keagungan.

Motif ini boleh digunakan oleh Sultan. Namun dalam perkembangannya, melahirkan banyak turunan motif yang kemudian menjadi motif larangan, seperti Parang Templek, Parang Centung, Parang Parikesit, Parang Rusak Gendreh, Parang Rusak Barong Ageng, Parang Kusumo Ceplok Gurdo, dan Parang Rusak Gendreh Ceplok Paradis.

Motif Larangan Kawung

Motif ini termasuk motif batik tua yang pola hiasnya banyak ditemukan pada arca dan candi. Di kraton Jogja, motif Kawung menjadi Awisan Dalem sejak pemerintahan Sultan Hamengkubuwono II.

Motif kawung ini serupa dengan bunga dengan empat kelopak atau teratai yang disederhanakan. Masuk dalam kategori ceplok, yang bagi orang Jawa mencerminkan alam semesta yang terstruktur.

Kawung sendiri adalah ekspresi manca-pat yaang sempurna. Gagasan dari lima kategori yang terkandung dalam satu filosofi empat mata angin dengan satu pusat kendali di tengah.

Motif kawung dalam katalog Awisan Dalem yaitu Kawung Prabu Ceplok Gurda (hanya dikenakan Sultan) dan Kawung Picis Ceplok Gurdo (digunakan Sultan yang bertahta dan seluruh abdi dalem).

Motif Sawat dan Semen

Motif Semen menjadi larangan karena berkaitan dengan ornament Gurdha (Garuda), yang menjadi ornament inti pendukung. Di Jawa khususnya, perihal yang berkaitan dengan kesuburan seperti bumi, bunga naga, ular, serta makhluk laut, diyakini memiliki daya magis tersendiri, terlebih jika divisualkan dalam ukuran besar.

Salah satunya adalah motif batik Semen Naga Raja dapat dikenakan oleh Sultan yang bertahta hingga Putra Dalem (anak Raja). Kemudian motif Semen Sawat Lar yang dapat digunakan oleh Sultan yang bertahta dan canggah Dalem ke atas. Dan bagi Abdi Dalem yang boleh menggunakan ialah Abdi Dalem yang berpangkat Panewu ke atas.

Motif Lerek

Pola hias Lerek pada kain juga digunakan pada arca perunggu Visnu (abad ke- 9), yang tersimpan dalam museum Wereldculturen, Belanda. Pola ragam Lerek telah telah digunakan dalam ragam hias berabad-abad silam, tetapi tidak diketahui istilah penyebutanya.

Namun di kraton Yogyakarta, dalam berbagai arsip ditemukan istilah penyebutnya, antara lain Parang Rusak Barong, Parang Seling, Udan Riris dan Rujak Senthe.

Udan Riris atau Udan Liris merupakan motif larangan sejak era Sri Sultan Hamengkubuwono II. Udan Riris atau gerimis merupakan simbol kesuburan yang berkorelasi dengan pertanian masyarakat agraris.

Rujak Senthe menjadi motif larangan baru pada periode Sri Sultan Hamengkubuwono VII (1921-1939). Ornamen pendukungnya adalah pola lidah api, setengah kawung, banji sawit, mlinjon, tritis ada-ada, dan untu walang.




Panduan Urutan Skincare Malam yang Efektif: Memaksimalkan Perawatan Kulit saat Beristirahat

Sebelumnya

Dian Pelangi, Sumber Inspirasi Outfit Elegan dan Memukau untuk Lebaran

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga