KOMENTAR

TERUS bertambahnya pemeluk agama Islam kian membuat darah kaum musyrikin mendidih, yang ujung-ujungnya mereka makin meningkatkan penyiksaan, bahkan Rasulullah pun tidak terlepas dari tindakan persekusi.

Memang dua jagoan bak singa telah masuk Islam, tetapi Hamzah bin Abdul Muthalib dan Umar bin Khattab tidak mungkin menjaga tiap detik keselamatan setiap muslim.

Nabi Muhammad saw. tidak mempermasalahkan aneka macam teror yang menimpa dirinya. Beliau pun paham segenap pemeluk agama Islam mampu dengan ikhlas menghadapi cabaran. Akan tetapi, sungguh kesedihan melanda batin Rasulullah tatkala menyaksikan siksaan yang kian pedih menimpa para pengikut agama tauhid.

Moenawar Khalil pada buku Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Volume 1 (2001: 264-265) menjelaskan:

Meskipun Nabi saw. menghadapi bermacam-macam ujian dan rintangan dari kaum musyrikin Quraisy, pendirian beliau tetap teguh dan iman beliau kepada Allah sangat kuat dan tebal. Setelah beliau setiap hari menyaksikan pengikutnya terus-menerus dianiaya dan diperlakukan sewenang-wenang, akhirnya beliau tidak tahan melihat dan menyaksikannya. Beliau ingin memberi pertolongan kepada mereka, namun beliau tidak sanggup karena belum ada kekuatan untuk menolong dan membela mereka.

Setitik harapan dari tanah Afrika

Harapan itu terbit di ufuk benua Afrika, di kerajaan Habasyah bertakhta Raja Najasyi yang memegang teguh ajaran Nasrani sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Isa.

Sebagai sesama penganut agama langit (samawi), Najasyi menunjukkan kecenderungan hatinya terhadap agama Islam. Karena agama Nasrani yang murni memang selaras dengan agama Islam yang menyempurnakan agama-agama terdahulu.

Terkait dengan peluang di benua Afrika, Moenawar Khalil (2001: 265-266) menceritakan:

Oleh karena itu, setelah mendapatkan perintah dari Allah Swt. beliau memerintahkan kepada kaum muslimin, baik laki-laki maupun perempuan supaya hijrah ke luar negeri di mana tidak ada perbuatan yang sewenang-wenang dan penganiayaan kaum Quraisy.

Beliau lebih suka dianiaya oleh kaum musyrikin Quraisy kota Mekah, daripada setiap hari melihat penganiayaan yang diderita oleh para pengikut beliau, dan bersabda kepada mereka, “Jika kamu pindah ke negeri Habasyah, hal itu adalah lebih baik karena di sana ada seorang raja yang di wilayahnya tidak ada seorang pun yang dianiaya, sehingga Allah menjadikan suatu masa yang penuh kesenangan dan kepuasan kepada kamu daripada keadaan yang seperti sekarang ini.”

Perintah Nabi saw. untuk hijrah ke Habasyah ditujukan kepada para pengikutnya yang bersedia. Setelah perintah hijrah diterima, sebagian dari mereka menjalankan perintah dengan tulus ikhlas, namun sebagian besar di antara kaum muslimin lebih suka tetap bertempat tinggal di kota Mekah bersama-sama dengan Nabi Muhammad. Senang atau sengsara hendak dirasakan dan ditanggung bersama dengan beliau.

Rombongan pertama ke Habasyah

Kaum muslimin yang hijrah berangkat dari kota Mekah dengan diam-diam dan sembunyi-sembunyi, tanpa diketahui oleh kaum musyrikin. Mereka berangkat seorang demi seorang atau berdua dengan istrinya masing-masing agar perjalanan mereka tidak diketahui oleh kaum musyrikin. Jika perjalanan mereka sampai diketahui, mereka di tengah jalan akan mendapat gangguan dan rintangan dari pihak kaum musyrikin. 

Sesudah mereka sampai di pantai Laut Merah, mereka menyewa sebuah perahu untuk berlayar ke negeri Habasyah dan akhirnya tiba di negeri Habasyah dengan selamat. Kaum muslimin yang berangkat hijrah ke Habasyah berjumlah lima belas orang, terdiri atas sepuluh orang laki-laki dan lima perempuan orang perempuan.

Mereka adalah Utsman bin Affan (dari Bani Umayyah), Abu Huzaifah bin Utbah bin Rabi’ah (dari Bani Abdu Syamsin), Abu Salamah bin Abdul Asad (dari Bani Makhzum), Zubair bin Awwam (dari Bani Asad), Mush’ab bin Umair (dari Bani Abdul-Dar), Abdurrahman bin Auf (dari Bani Zuhrah), Amir bin Rabi’ah (dari Bani Adi bin Ka’ab), Utsman bin Madh’un (dari Bani Jamuh), Abu Sabrah bin Abi Rahmin (dari Bani Amir), Suhail bin Baidha’ (dari Bani al-Haris), Ruqayyah binti Muhammad, putri Nabi saw. (istri Utsman bin Affan), Sahlah binti Suhail (istri Abu Huzaifah), Ummu Salamah binti Abu Umayyah (istri Abu Salamah), Laila bin Abi Khaitsamah (istri Amir bin Rabi’ah), dan Ummi Kaltsum (istri Abu Sabrah). 

Rombongan Muhajirin pertama ini dipimpin oleh Utsman bin Affan yang ditemani oleh istrinya, Ruqayyah binti Rasulullah. Nabi Muhammad saw. menyebut pasangan itu sebagai “keluarga pertama yang berhijrah di jalan Allah setelah Nabi Ibrahim dan Nabi Luth”.

Mereka berangkat diam-diam di malam nan gulita semata-mata menghindari incaran musyrikin Quraisy. Setibanya di Laut Merah, terdapat kapal yang langsung membongkar sauh menuju Habasyah seiring masuknya para Muhajirin.

Pihak Quraisy yang menyadari pun melakukan pengejaran, tetapi kapal itu sudah terlambat. Dari pelabuhan para begundal Quraisy hanya bisa menatap kapal yang berlayar tenang.

Perjalanan hijrah penuh marabahaya menuju Habasyah juga diikuti oleh para perempuan yang menyertai suami mereka. Sehingga Nabi Muhammad pun dengan penuh haru melepas putrinya terkasih Ruqayyah berhijrah ke Habasyah menyertai suaminya, Utsman bin Affan.

Sebesar apapun cinta Rasul terhadap Ruqayyah, tetapi putrinya mesti dilepas mengharungi lautan padang pasir dan juga menyeberangi Laut Merah menuju Afrika. Sebagai istri, Ruqayyah bertugas mendampingi suaminya, dan sebagai muslimah dirinya pergi untuk menegakkan kebenaran Islam. Perpisahan sang ayah dengan putrinya memang berat, tetapi mesti dihadapi dengan kekuatan hati.

Muhammad Abdullah al-Khatib pada bukunya Makna Hijrah Dulu dan Sekarang (1995: 30) mengungkapkan:

Umat Islam hijrah ke Habasyah pada bulan Rajab tahun kelima kenabian. Orang-orang Quraisy berusaha mengejar mereka tetapi tidak berhasil. Hijrahnya umat Islam dengan meninggalkan rumah, kampung halaman, dan keluarganya itu merupakan bukti kesabaran yang kukuh. Mereka melakukannya hanya karena landasan keimanan kuat kepada Allah dan tuntutan pengembangan risalah Islamiah pada masa itu dan masa mendatang.

Tertipu kabar menyesatkan dari kampung halaman




Belum Ada Perang Seunik Perang Ahzab

Sebelumnya

Mukjizat Nabi pada Periuk Istri Jabir

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Sirah Nabawiyah