Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

SEKRETARIS Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan dr. Siti Nadia Tarmizi membenarkan bahwa subvarian BA.2 Omicron sudah terdeteksi di Tanah Air hingga 252 kasus per 1 Maret 2022.

Meskipun kasus COVID-19 di Indonesia saat ini masih didominasi varian BA.1 Omicron, kemunculan BA.2 tentu saja tidak boleh dianggap remeh.

“Dikatakan BA.2 ini lebih cepat menular dan meningkatkan tingkat keparahan. Tapi dari pola yang ada hingga saat ini, tak hanya di Indonesia tapi di seluruh dunia, 90 persen itu Omicron didominasi BA.1. Tentu ini kembali menjadi kewaspadaan kita,” ujar dr. Nadia dalam konferensi pers virtual (1/3/2022).

Kasus Omicron harian saat ini telah melebihi puncak kasus varian Delta, yaitu 64.718 kasus konfirmasi positif pada 16 Februari 2022, yang menjadi rekor tertinggi selama pandemi di Indonesia.

Subvarian BA.2 mendapat julukan ‘siluman Omicron’ dengan dua gejala baru yang berbeda dari strain aslinya yaitu pusing dan kelelahan.

Subvarian BA.2 Omicron ini baru-baru ini juga mulai marak di lebih dari 43 negara, termasuk di Inggris.

Masyarakat diminta waspada jika beberapa gejala umum BA.1 Omicron yaitu batuk, bersin, sakit tenggorokan, dan pilek datang bersamaan dengan pusing dan kelelahan. Dan diketahui bahwa infeksi Omicorn (BA.1) tidak membuat seseorang bisa kebal terhadap subvarian BA.2.

Inilah mengapa masyarakat diimbau untuk segera mendapatkan vaksin dosis booster jika sudah diperbolehkan dari segi waktu maupun kondisi medis. Vaksin booster menjadi penting untuk menghindari risiko rawat inap maupun kematian.

Catatan 2 Tahun Pandemi COVID-19

Hari ini tepat dua tahun pandemi COVID-19 melanda Indonesia. Wacana seputar endemi telah menjadi perbincangan hangat beberapa bulan terakhir.

Terkait hal itu, dr. Nadia menegaskan bahwa penanganan pandemi harus terkendali sebelum masyarakat bisa menjalani transisi ke arah endemi.

Salah satu poin penting yang menandakan suksesnya pengendalian pandemi adalah laju penularan (reproduction number) yang berada di bawah 1.

Indonesia sebenarnya pernah berada dalam kondisi tersebut pada September hingga Desember 2021. Namun apa daya, gelombang Omicron yang menyebar sangat cepat ke seluruh dunia tidak bisa dihindari.

Menurut dr. Nadia, pemerintah terus berusaha keras agar pandemi terkendali sebelum beralih ke endemi. Butuh waktu yang lebih panjang untuk memastikan agar semua kategori sesuai dengan kondisi endemi.

Dalam prosesnya, masyarakat terlebih dulu masuk posisi pra-endemi sebelum akhirnya masuk ke kondisi endemi. Pemerintah saat ini tengah menyusun kriteria COVID-19 yang aman terkendali dan kriteria masa pra-endemi. Upaya mengendalikan pandemi ini diharapkan bukan hanya dilaksanakan oleh pemerintah pusat tapi juga setiap pemerintah daerah di seluruh Tanah Air.

Sayangnya, memasuki dua tahun pandemi, Indonesia belum melewati puncak Omicron. Kementerian Kesehatan menegaskan masih akan memonitor perkembangan seminggu ke depan—terutama dengan adanya libur akhir pekan panjang pada minggu ini.

Meskipun data menunjukkan ada sedikit penurunan angka kasus yang harus disambut optimis, masih terlihat fluktuasi angka kasus konfirmasi yang masih harus diwaspadai.

Dilansir CNN, penelitian laboratorium di Inggris dan Denmark memperlihatkan bahwa subvarian BA.2 30 persen lebih menular dibandingkan strain asli Omicron. WHO menyatakan BA.2 terdeteksi pada 1 dari 5 kasus COVID-19 di seluruh dunia. Namun diketahui tidak menyebabkan angka rawat inap bertambah secara signifikan.

Dr. Dan Barouch, Direktur Pusat Penelitian Virologi dan Vaksin Beth Israel Deaconess Medical Center, Boston menjelaskan bahwa BA.2 juga memiliki fitur yang membantunya lolos dari antibodi yang dihasilkan vaksin dan dari sebagian besar antibodi monoklonal, seperti juga BA.1. Meski demikian, vaksin booster, protokol kesehatan, dan pil antivirus diharapkan tetap dapat bekerja melawan subvarian ini.

Adapun terkait risiko reinfeksi, lembaga penelitian Statens Serum Institut Denmark melihat adanya risiko infeksi ulang oleh BA.2 pada penyintas Omicron maupun Delta meskipun jarang terjadi. Di Denmark, BA.2 tercatat mendominasi penularan COVID-19 pada pertengahan Januari 2022.

Para peneliti melakukan analisis lebih mendalam terhadap 47 orang yang mengalami reinfeksi BA.2 mengikuti BA.1. Sebagian besar individu yang terinfeksi ulang berusia di bawah 20 tahun (30 orang), hampir semuanya tidak divaksinasi (42 orang), tidak mengalami gejala atau gejala ringan (28 orang), mengalami gejala seperti flu (5 orang), dan tidak ada laporan kematian dari mereka yang mengalami reinfeksi BA.2 setelah pulih dari BA.1.

Artinya, meski ada risiko terinfeksi BA.2, sebagian besar masyarakat telah terlindungi dengan vaksin booster juga infeksi Omicron sebelumnya.

 




Rakerkesnas 2024, Presiden: Indonesia Harus Bisa Manfaatkan Bonus Demografi

Sebelumnya

Tak Lagi Berstatus Ibu Kota, Jakarta Siap Melesat Jadi Pusat Perdagangan Dunia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News