KETANGGUHAN perempuan benar-benar diuji selama hampir dua tahun terakhir. Pandemi yang meluluhlantakkan berbagai sendi kehidupan manusia tak ayal juga menjadi tantangan terbesar dalam kehidupan kaum perempuan.
Tanpa terasa, 2020 dan 2021 berlalu. Pandemi dengan segala ketakutan dan kesedihan yang mewarnainya, membuat perempuan harus mampu berdiri lebih kuat untuk menjalankan peran sentralnya terutama dalam rumah tangga.
Ada banyak kepala keluarga kehilangan pekerjaan, istri dituntut untuk mampu menyemangati suami sekaligus mencari jalan keluar agar keluarganya tetap bisa hidup dengan layak.
Belum lagi para ibu yang harus memperbanyak stok kesabaran dan kreativitas agar sekolah daring anak-anak tak memicu darting. Ibu juga dituntut untuk bisa bijak memfilter informasi agar tidak terpancing hoaks kesehatan yang menyesatkan.
Menjadi tangguh tanpa keluh harus menjadi resolusi yang harus terwujud di tahun 2022. Perempuan sudah harus bangkit dari kekhawatiran berlebih dan menjadi lebih cerdas.
Ada tiga cara yang dibutuhkan untuk menjadi sosok perempuan tangguh tanpa keluh. “Pertama adalah kenali, pahami, dan hargai diri sendiri, kedua adalah kelola emosi dan kendalikan diri, serta yang ketiga adalah terampil dalam bersosialisasi,” kata Diina Sofia, empowering women trainer dari Tempa Trainers Guild (TTG) saat mengisi sharing session bertema Tangguh Tanpa Keluh dalam rangka Gerakan #akuberdaya yang diinisiasi NINA NUGROHO beberapa waktu lalu.
#1 Mengenali Diri
Menurut Diina, jika disodorkan pertanyaan “siapa kita” lalu kita masih kebingungan untuk mencari jawabannya, itu berarti kita masih belum mengenal diri sendiri. Dan jika kita masih belum mampu mengenali siapa sesungguhnya diri kita, akan sangat sulit untuk berdiri tegak dan kuat menghadapi setiap tantangan yang datang.
“Kita gali diri kita sendiri... apa yang membuat kita bahagia dan apa yang membuat kita sedih. Jangan sampai kita mengenal orang lain lebih baik dari kita mengenal diri sendiri. Banyak di antara kita yang menjalani multiperan, selain menjadi ibu rumah tangga juga menjadi pebisnis, dosen, atau profesional lain. Dengan mengenali diri sendiri dengan baik, kita tahu kekuatan diri kita, kapan kita membutuhkan istirahat, dan bagaimana kita bersikap terhadap orang-orang di sekitar kita,” ujar Diina.
#2 Mengelola Emosi
Langkah kedua yang harus dilakukan untuk menjadi perempuan tangguh tanpa keluh adalah mengelola emosi. Kita mesti mengenali beragam emosi yang bisa dirasakan manusia dan memahami apa penyebab munculnya emosi.
Keterampilan mengelola emosi berimbas pada pengendalian diri yang baik. Dalam keadaan suka cita maupun berduka, emosi yang dikelola dengan baik tidak akan menjerumuskan kita untuk melakukan hal bodoh yang akan kita sesali di kemudian hari.
#3 Terampil Bersosialisasi
Keterampilan bersosialisasi termasuk juga keterampilan berinteraksi dengan pasangan sebagai orang terdekat. Jika kita tidak mampu membangun interaksi yang baik dengan pasangan, kita bisa gagal menjalankan peran sebagai istri. Demikian pula ketika kita tidak mengerti cara berinteraksi dengan orang lain, kehidupan sosial bisa menjadi hal berat yang membuat kita sering mengeluh.
Makmum yang Tangguh
Sosok perempuan tangguh dalam pengertian mental, emosi, dan kepercayaan diri bukan berarti membuatnya mengalahkan kedudukan imam dalam rumah tangga.
Dalam Islam, laki-laki adalah kepala rumah tangga yang harus dihormati. Selama suami adalah imam yang baik—yang selalu mengajak pada ketaatan di jalan Allah, maka istri wajib menurutinya. “Jika kita keluar dari koridor itu, kita bukanlah perempuan tangguh, itu namanya kebablasan,” ujar Diina.
Perempuan yang tangguh justru mampu melayani dengan baik, membesarkan hati suami, sekaligus memotivasi dan mendukung suami dalam bekerja dan berkarya. Perempuan tangguh mampu membuat hati suaminya menjadi tenang. Harus ada komunikasi yang efektif antara suami-istri agar saling mengetahui kebutuhan masing-masing.
Meski demikian, menurut Diina, bukan berarti perempuan tangguh tidak bisa merasakan kemerosotan emosi atau kemerosotan sikap istiqamah karena itu semua merupakan hal manusiawi. Namun, perempuan tangguh tak boleh larut. “Tangguh itu artinya cepat bangkit dari rasa terpuruk dan cepat mencari solusi,” tegas Diina. 
KOMENTAR ANDA