Ketika kita ingin anak tangguh, perlihatkan bahwa kita selalu menyertakan Sang Pencipta dalam setiap langkah/ Net
Ketika kita ingin anak tangguh, perlihatkan bahwa kita selalu menyertakan Sang Pencipta dalam setiap langkah/ Net
KOMENTAR

MEMBERIKAN yang terbaik bagi anak adalah keinginan terdalam setiap ayah bunda. Sayangnya, banyak orangtua mengartikan tindakan memberi yang terbaik dengan memberi anak limpahan materi berkecukupan dalam bentuk barang-barang premium, makanan lezat bergizi tinggi, hingga institusi pendidikan kelas atas.

Hal tersebut tidak sepenuhnya salah. Karena toh, dalil orangtua untuk bekerja keras adalah untuk kesejahteraan anak. Memang betul, kehidupan serba nyaman adalah “pemberian yang terbaik” dari orangtua kepada anak. Pemberian yang bersifat ‘real time’.

Namun apakah pemberian yang terbaik itu dapat membuat anak menjadi versi terbaik dirinya kelak setelah dewasa? Apakah “pemberian yang terbaik” tadi akan berguna untuk masa depan si buah hati?

Ayah bunda, banyak juga di antara kita yang berpikir tentang masa depan anak. Ada orangtua yang menyimpan deposito atas nama anaknya. Ada orangtua yang membangun rumah untuk ditempati anaknya kelak setelah dewasa dan berkeluarga. Semuanya dengan tujuan: jangan sampai anak susah di masa depannya. Jangan sampai dia melarat dan hidup dalam kesulitan ekonomi.

Jika ayah dan bunda meluangkan waktu sejenak untuk menyatukan nurani dan akal sehat, kita pasti akan mengatakan bahwa semua kenyamanan tersebut tidak bisa menjamin ketangguhan anak dalam menghadapi masalah dan kemandirian anak dalam menjalankan kehidupannya kelak.

Orangtua yang benar-benar memahami hakikat kasih sayang, sejatinya akan menyiapkan jiwa anak untuk menjadi sosok yang mandiri dan tangguh di masa depan. Karena kita menyadari bahwa kelak anak akan hidup tanpa orangtuanya. Anak akan mendewasa dan kita—entah berapa lama lagi usia kita di dunia—mungkin tak akan terus ada di sampingnya.

Jika kita ingin menyempurnakan kasih sayang kepada si buah hati, kita harus memberinya pendidikan mental. Kita mendampingi buah hati tercinta dalam pembentukan karakter dan mentalnya. Bukan berarti kita menjadi sosok galak yang ditakuti dengan segudang aturan dan seabrek hukuman, melainkan kita menyiapkan jiwa anak sejak dini untuk bisa menjadi pribadi yang mandiri dan tangguh.

Memupuk jiwa anak dengan cara yang bijak. Dengan langkah-langkah yang mampu diresapi anak. Hingga kelak sekali pun kita sudah tak bisa mendampinginya, anak akan bertahan hidup, mampu berkompetisi, dan tidak terperosok ke dalam kehancuran manakala ia harus mengalami kegagalan.

Ya, hanya dengan mental yang kuatlah seseorang mampu meraih kesuksesan dalam hidupnya. Kenyamanan berlimpah biasanya sulit membuat seseorang berpikir kritis dan kreatif karena ia hampir tak pernah menemui kesulitan dalam hidupnya. Ia menjalani kehidupan yang dianggap sebagian orang sebagai a perfect life.

Padahal, setiap orang pasti akan berjuang dalam hidupnya. Meskipun ada sebagian yang harus berjuang lebih keras dibanding sebagian lainnya. Karena sekali pun seseorang berada dalam zona terlampau nyaman, ia pasti harus ‘sedikit’ berjuang untuk menyelaraskan diri dengan hal-hal yang ada di luar jangkauannya.

Lalu apa yang harus dipersiapkan oleh orangtua untuk agar si buah hati dapat menjadi orang paling bahagia di masa depan karena dapat menaklukkan berbagai kesulitan dalam hidupnya?

Membangun bonding yang kuat

Tak akan ada kekuatan mental yang bisa dibangun tanpa adanya ikatan kuat antara orangtua dan anak. Ketika kita dapat hadir utuh membersamai anak sejak golden ages, memasuki usia pre-teen, hingga remaja, insya Allah segala yang kita ajarkan kepada anak akan melekat dalam dirinya hingga ia mendewasa.

Membiasakan anak untuk hidup teratur

Salah satu cara untuk mendisiplinkan anak adalah dengan mengajarkannya rutinitas harian. Dengan demikian, ia tak hanya terampil merapikan tempat tidur hingga menggosok gigi sebelum tidur tetapi juga menyadari bahwa ia memiliki tanggung jawab terhadap diri sendiri dan lingkungan terdekatnya.

Hidup teratur juga berarti membiasakan anak menaati aturan. Ia akan tumbuh menjadi pribadi yang memahami bahwa aturan dibuat agar kehidupan berjalan baik, tertib, dan tidak merugikan orang lain.

Menstimulasi dan mendorong anak melakukan hal baru

Bukalah dunia seluas-luasnya di hadapan anak. Biarkan ia melihat banyak hal baru yang melahirkan pengalaman baru. Saat bepergian ke tempat baru, biarkan ia mengeksplorasi sekitarnya.

Tak hanya tentang alam yang indah, anak juga bisa berkenalan dengan anak-anak di sana, merasakan budaya mereka. Atau ketika mengajarkan anak untuk peduli sesama, berilah kesempatan pada anak untuk memikirkan bantuan apa yang paling tepat untuk korban bencana alam. Berikan anak kesempatan menambah wawasan dan empatinya.

Membiasakan anak berpikir kritis

Kritis bukan berarti siap mengkritik orang lain. Berpikir kritis yang harus kita ajarkan kepada anak adalah melatihnya memanfaatkan akal untuk berpikir sebelum bertindak. Belajar tentang risiko. Belajar tentang konsekuensi. Misalnya jika ingin memanjat pohon yang tinggi, maka harus siap sakit saat jatuh.

Berpikir kritis juga belajar tentang sebab-akibat, proses dan kerja keras, juga proses pembelajaran dalam kegagalan. Contohnya, jika ingin mendapat nilai bagus dalam PAS (Penilaian Akhir Semester), tidak bisa hanya dengan tidur dan bermain game.

Menumbuhkan kepercayaan diri anak

Jangan pernah menakuti anak hingga membuatnya mundur saat ingin melakukan sesuatu. Sebagai orangtua, kita tidak ingin melihat anak kecewa atau terluka. Tapi agar anak memiliki jiwa yang kuat, maka ia harus tahu bagaimana rasanya mencoba dan gagal. Karena kegagalan adalah hal manusiawi.




Anak Remaja Mulai Menjauhi Orang Tua, Kenali dan Pahami Dulu Alasannya

Sebelumnya

Pemalu atau Social Anxiety? Yuk Kenali Tanda-Tandanya, Bunda!

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Parenting