Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

ALLAH menciptakan lisan pilihannya hanya dua, falyaqun khoirot auliatmuts, berkata baik atau diam. Hati-hati setiap kali kita bicara, kita seperti sedang membuka pintu rumah, sehingga semua orang bisa melihat semua isi yang ada di rumah kita.

"Berantakannya, kotornya, akan terlihat semua. Karena dalam bicara itu ada empat cirinya. Satu, ciri orang yang mulia yaitu kalau bicara pasti akan ada dzikrullah. Tersambung kepada Allah, perkataannya menjadi ilmu yang manfaat, ucapannya menjadi hikmah yang menggugah dan mengubah, dan jadi solusi," kata Aa Gym dalam dakwah yang diposting di IGTV pribadinya.

Kedua, ciri orang yang biasa-biasa adalah sibuk saja dengan peristiwa. Apa yang dia dengar, dia lihat, dia ceritakan. Dengan berbagai bumbu, menghabiskan waktu dan cenderung juga sia-sia bahkan menjadi dosa.

Tapi ada yang lebih buruk dari itu, yaitu orang yang rendahan. Cirinya adalah ucapannya negatif, menghina, mencela, komplain, tidak ada rasa syukur, negatif-negatif saja. Dan itupun menjadi suasana negatif bagi yang mendengarnya.

Keempat, orang yang dangkal yaitu kalau bicara sibuk saja menceritakan dirinya sendiri. Yang dia pikir hanya mengangkat dirinya.

"Itu usaha saya, itu jasa saya, itu ilmu saya, pengalaman saya, harta saya, saya, saya, saya, nah inilah orang yang ujub, hati-hati! Kalau kita termasuk orang yang sangat sibuk menceritakan diri sendiri dan tentu orang yang membicarakan diri sendiri biasanya pakai bumbu kebohongan, maka itulah ciri orang yang dangkal," tegas Aa.

Khalifah kedua Islam, Sayyidina Umar bin Khattab RA, pernah menyinggung pentingnya membersihkan lisan bagi setiap insan. Apalagi tidak sedikit manusia yang kerap mengumbar kata-kata yang tak penting, atau berbicara mengenai hal yang tak berguna.

Dalam kitab Saripati Ihya Ulumiddin karya Syaikh Jamaluddin al-Qasimi disebutkan, Sayyidina Umar pernah berkata:

"Sesungguhnya sesuatu yang paling berhak dibersihkan oleh seseorang adalah lisannya"

Sedangkan dalam atsar diriwayatkan:

"Tidaklah diberi sesuatu yang lebih buruk daripada kelebihan perkataannya"

Ketahuilah bahwa berbicara berlebihan itu tidak terbatas, tetapi yang paling penting adalah membatasinya dengan pakem agama. Sebagaimana diingatkan Allah dalam Surah An Nisa ayat 114:

"Tidak ada kebaikan pada banyak bisikan mereka, kecuali (bisikan) orang yang memerintahkan sedekah, kemakrufan, atau perdamaian di antara manusia"

Rasulullah Saw. pun bersabda:

"Berbahagialah orang yang menahan kelebihan ucapan dari lisannya dan mengingatkan kelebihan dari hartanya"

Semoga kita benar-benar bisa mawas diri, berpikirlah dan gunakanlah rasa hati kita sebelum kita bicara, agar tidak jadi fitnah dunia dan akhirat.

 




Ketika Maksiat dan Dosa Menjauhkan Kita dari Qiyamul Lail

Sebelumnya

Karena Rasulullah Tak Pernah Melupakan Kebaikan Orang Lain

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur