Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

KALAU ingin tahu manisnya pernikahan, bertanyalah kepada pengantin baru. Di masa-masa itu cinta bersemi bagaikan bunga-bunga di taman hati. Namun bunga tidak selalu mekar, dan musim semi pasti berlalu. Tapi, apakah cinta dapat sirna di hati suami istri?

Tentu saja bisa! Cinta itu mekar di hati manusia, yang bukan hanya lemah tapi hati juga mudah bolak-balik. Dahulu loyang sekarang besi, dahulu sayang sekarang benci.

Kendati demikian, suami istri hendaklah memahami beberapa cara mengawetkan hubungan pernikahan, di antaranya:

Pertama, mewaspadai jahatnya bisikan. Ketenangan iklim rumah tangga akan terguncang oleh pembisik nan licik.

Pada kitab Shahih Muslim terdapat hadis tentang godaan setan. Di malam yang diliputi api cemburu, Aisyah bertanya, “Apakah setan ada pada setiap manusia?”

Rasulullah berkata, “Ya, di setiap manusia.”

Aisyah bertanya, “Apakah juga ada pada dirimu?”

Nabi Muhammad menjelaskan, “Ya, ada tetapi Tuhanku telah menolong untuk mengalahkan setan, sehingga aku selamat.”

Jahatnya setan itu memang mengerikan, istri yang jungkir balik mengurus keluarga malah dibisikkan yang buruk-buruknya kepada sang suami. Bagi lelaki yang lemah iman, dia pun termakan hasutan setan, sehingga yang terlihat pada diri istrinya tidak ada yang benar.

Setan pula yang membisiki perempuan sehingga melihat suaminya sebagai lelaki terburuk di dunia. Karena setan selalu cerdik mengorek kelemahan orang, bahkan menyulap kebaikan jadi tampak buruk.

Sayangnya, jarang sekali orang yang mau mengakui dirinya tengah dibisiki oleh setan, sebab mereka merasa malu nanti dikira manusia lemah iman. Janganlah kita merasa lebih tinggi derjatnya di atas Rasulullah, karena nabi yang suci pun tidak luput dari godaan setan.

Adakah gunanya menyadari diri tengah dibisiki setan? Tentu ada. Ketika suami melihat keburukan istrinya, dia pun lekas istighfar karena menyadari tengah dibisiki oleh makhluk jahat. Bahkan istri yang lagi kesal melihat keburukan suami dapat menahan diri, dan mengusir setan dari hatinya. Apabila suami istri mau menyadari dan melawan bisikan jahat begini, niscaya masalah terbesar dalam rumah tangga itu telah teratasi.

Kedua, kesempurnaan hanya milik Tuhan. Mengapa di mata istri justru suami terlihat sebagai lelaki paling buruk? Sebaliknya di mata suami malah istrinya malah perempuan terburuk? Karena dialah manusia yang paling dekat dalam hidup kita, jadi wajarlah berbagai keburukannya tersingkap. Sementara lelaki atau perempuan lain terlihat menakjubkan, karena kita belum mengetahui baik buruknya.

Dari itulah menjadi penting menyadari tidak ada manusia yang sempurna. Dia adalah pasangan kita yang merupakan anugerah Ilahi. Kelebihannya telah melengkapi kekurangan diri kita dan atas kekurangannya kita bersabar agar meraup pahala.

Ketiga, hindarilah permintaan yang mustahil. Pada salah satu kasus perceraian berbalut perselingkuhan selebriti top Tanah Air, terselip kabar sang artis merasa tidak mendapatkan kebahagiaan. Dia lupa, kebahagiaan dirinya bukanlah kewajiban siapapun.

Bahagia atau tidak itu bergantung kepada pribadi masing-masing, tergantung kemampuan hati seseorang dalam bersyukur dan bersabar. Jadi, dirinya telah menuntut sesuatu kepada suami yang manusia manapun tidak akan mampu memberikannya.

Setiap permintaan itu mengandung beban, dan kita perlu menghormati batas kemampuan pasangan. Karena suami dapat menderita batin bila tidak mampu mengabulkan harapan istrinya, begitu pula sebaliknya. Dan pada dasarnya, jika ingin bahagia maka kurangilah permintaan, kecuali dibatas kemampuan saja.

Keempat, hormatilah limit diri. Superman atau wonderwomen  tidak pernah ada di alam nyata. Diri kita hanyalah manusia biasa terdiri dari tulang belulang dan cairan dengan kemampuan amat terbatas. Limit atau batasan kemampuan diri itulah yang perlu diketahui dan dihormati.

Dari sekarang sadarilah di mana batas lelah diri sendiri, sebelum sampai di  limit itu, segeralah tinggalkan segala urusan. Karena jika terus dipaksakan melewati limit lelah itu, emosi akan meledak, dan segalanya akan menjadi buruk. Lagi pula masih ada waktu lain untuk menyelesaikan apapun urusannya. Toh, tidak semua perkara harus beres sekarang juga.

Sabar memang sifat mulia, tetapi mulailah jujur mengukur limit kesabaran yang kita mampu. Sabar ada batasnya, ketika batas kemampuan itu terlangkahi, maka akan menimbulkan berbagai kejadian buruk dalam rumah tangga. Hormatilah batas kesabaran diri sendiri! Karena itu bagian dari kunci awetnya pernikahan.

Kemudian muncul pertanyaan, apakah dengan pudarnya cinta, hubungan pernikahan akan berujung pertengkaran bahkan perceraian? Tidak juga demikian. Cinta bukanlah satu-satunya alasan. Selama suami istri berpegang kepada alasan yang lebih kokoh di atas cinta, maka rumah tangga dapatlah diselamatkan.

Singkat kata, rumah tangga akan gampang goyah apabila hanya mengandalkan cinta semata. Karenanya, dalam Al-Qur’an pernikahan itu tidak melulu perkara cinta, tetapi berlandaskan kepada hal-hal yang kokoh, yang disebut dalam surat an-Nisa ayat 21, mitsaqan ghalizha atau ikatan yang kokoh.

Pada kitab Tafsir Ibnu Katsir diterangkan, Abu Ja'far Ar-Razi meriwayatkan dari Ar-Rabi' ibnu Anas sehubungan dengan ayat ini, bahwa yang dimaksud ialah kalian telah menjadikan mereka istri-istri kalian dengan amanat dari Allah.

Apabila pernikahan itu kita pahami dan sadari sebagai amanah dari Allah, maka siapakah yang berani mengkhianatinya, dan siapa yang tidak akan all out dalam mempertahankannya.




Hubbu Syahwat

Sebelumnya

Bukankah Aku Ini Tuhanmu?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur